Sudah lama saya ingin menuliskan tentang keanehan serta pertanyaan yang menggantung dalam pikiran saya. Kompas Minggu yang berbeda disebuah pojok kiri bernama Komik Strip. Nah, disini saya sering menemukan sisi lain yang berbeda dari kehidupan kota Jakarta. Saya mungkin telat menuliskan fenomena ini, tapi saya yakin telat bukan berarti tidak bisa menuliskannya.
Benny dan Mice, selalu memberikan pandangan yang unik, berbeda, dan unpredictable. Bahkan, Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito, mengatakan bahwa kartun Benny & Mice sebenarnya adalah bagian dari tradisi kritik kebudayaan yang disampaikan dengan bahasa sopan namun menggelitik dan membuat orang berpikir.
Pada tanggal 4 Juli 2010 adalah episode terakhir Benny & Mice dan pada minggu berikutnya (11 Juli 2010), Benny & Mice digantikan oleh Mice Cartoon yang hanya digambar oleh Muhammad “Mice” Misrad. Hanya Mice, tanpa ada Beni di dalam cerita maupun judulnya.
Penasaran dengan kenyataan ini, saya mencoba mencari melalui mesin pencari google. Disinilah saya baru mengetahui bahwa keduanya sudah tidak bersama lagi. Walaupun sebenarnya tebakan saya benar bahwa Beni sudah tidak bersama lagi dengan Mice. Namun, penyebab berpisahnya ini yang membuat saya penasaran. Kepenasaran harus dituntaskan! demikan saya membuat cetakan dalam ide menulis sekarang.
Beruntunglah saya, sebuah blog sudah memuat persis dengan kepenasaran saya. Disana dituliskan tentang mengapa Beni dan Mice “bercerai”. Blog itupun mendapatkannya dari tempo interaktif. Ceritanya begini.
Benny ke mana ya? Saya cari-cari di kolong, di belakang lemari kok enggak ada,” kata Mice dengan canda khasnya, Kamis pekan lalu. Dalam kesempatan berbeda, Benny hanya menjawab, “Bennynya sudah mati tiba-tiba.” Duo kartunis yang memiliki nama lengkap Benny Rachmadi, 40 tahun, dan Muhammad Mirsad, 40 tahun, ini memang dua pekan terakhir tak lagi bersama.
Kini hanya hadir Mice dengan curahan hatinya sebagai seorang suami dan ayah satu anak. “Konsepnya sedikit berubah, meski hadir tetap sebagai Mice yang tolol, sok tahu, dan norak. Hanya obyek dan isi cerita mungkin akan sedikit berbeda,” kata pria berkacamata ini. “Nah, karakter itu yang saya enggak bisa, makanya saya memilih untuk mundur saja,” ujar Benny.
Keduanya mengaku dari dulu memang tak memiliki satu visi dan misi. “Kami dua pribadi yang sangat berbeda, Benny keras, kaku, pandangan lurus. Mice sok tahu, tolol, tapi fleksibel,” Mice menjelaskan. Toh, perpisahan ini menjadi pukulan berat dalam karier mereka berdua. Persahabatan mereka pun sudah terjalin lama, 20 tahun, sejak kuliah di Institut Kesenian Jakarta. “Mungkin yang terbaik saat ini kami pisah ranjang dulu, bertualang sendiri-sendiri,” keduanya kompak menjawab meski di tempat terpisah.
Sedih memang, tapi bagaimanapun life must go on. Walaupun Beni sudah tidak bersama lagi dengan Mice, kelakar Mice tetap saya suka. Ada sesuatu yang lain dalam cerita Mice.
Sekilas tentang Beni dan Mice
Tidak ada salahnya kita coba lihat lagi kilas balik Beni dan Mice. Benny & Mice adalah sebuah seri strip komik yang terbit setiap minggu di harian Kompas. Strip komik ini mengambil latar keadaan kota Jakarta yang Metropolitan. Komik ini dikarang oleh Benny Rachmadi dan Mihammad “Mice” Misrad. Komik ini banyak melakukan kritik sosial kepada penduduk Jakarta dari berbagai kalangan. Kedua tokohnya, yaitu Benny & Mice sebenarnya merupakan gambaran diri dari kedua pengarang sendiri. Komik ini bergaya hiperbolik. Kisah kartun Benny & Mice diambil dari realitas sosial di sekitar kedua pengarangnya.
Seri strip komik ini bercerita mengenai dua lelaki berumur sekitar 30-an yang mencoba bertahan hidup di kota Jakarta . Benny dan Mice adalah dua sahabat yang termarjinalkan secara struktural di Jakarta. Namun kondisi tersebut tidak menyurutkan mereka untuk tetap menerima hidup ini apa adanya. Meskipun kelihatannya ndeso dan kampungan, keduanya tetap kompak dan berusaha sebaik mungkin untuk tetap eksis di lingkungan sosial kota Jakarta. Kekuatan utama dari komik ini adalah nilai kejujuran dan objektifitas yang diilustrasikan di setiap ceritanya. Benny dan Mice adalah representasi dari jutaan rakyat yang terjebak dalam kemiskinan kota besar seperti Jakarta. Keduanya selalu ingin mengejar “kecepatan” kota Jakarta dengan kondisi seadanya dan bahkan tidak memungkinkan.
Dua tokoh Benny and Mice sebenarnya dapat dikatakan sebagai dua karakter yang menyatu. Sekilas memang tidak ada perbedaan karakter antar keduanya. Jahil, polos, kampungan dan konyol. Namun jika diperhatikan, tokoh Benny memiliki sifat lebih tegas, sedikit pintar tetapi sok tahu. Karakter Mice lebih bijak tetapi sama juga otaknya dangkal, sangat naif dan lugu. Uniknya, di kolom awal kartun ini, Benny dan Mice selalu digambarkan dengan setting dan kostum yang berbeda-beda di setiap episodenya. Objektivitas cerita pun menjadi salah satu kelebihan kartun ini. Dalam ilustrasinya, kartun ini memang mengetengahkan isu-isu realisme sosial dan politik. Namun, tidak seperti kartun-kartun lainnya yang selalu terkesan menggurui, kartun Benny and Mice tampil apa adanya. Malah ada beberapa kebiasaan buruk masyarakat miskin dikritik oleh kartun ini. (Iden Wildensyah)
Sumber tulisan ini diantaranya: