Saya katakan demikian saja, karena awalnya saya ingin menulis judul dengan kalimat “Si Gila Collin Beaven”. Tetapi karena konotasi gila bagi beberapa pembaca termasuk kata negative yang tidak patut ditiru maka saya ubah menjadi kalimat seperti di atas. Saya mengetahui Colin Beaven dari acara Markinon yang rutin digagas oleh YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) di Bandung. Seperti biasa bertempat di Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jawa Barat, walaupun dalam beberapa waktu tempatnya berpindah-pindah.
Saya bersyukur bisa mengikuti salah satu acara itu. No Impact Man menurut saya menarik untuk diikuti, sekedar merefresh atau mencari alternative gerakan lingkungan. Gerakan lingkungan alternative yang bisa dijadikan acuan untuk diri sendiri. Syukur-syukur kalau bisa dibagikan kepada orang lain. Dari informasi di selebaran facebook saya mendapatkan bahwa No Impact Man bercerita tentang sebuah keluarga yang berkomitmen untuk mencoba hidup tanpa listrik, kosmetik, berbagai bahan pembersih yang berbahan kimia sintetis, kendaraan bermotor dan segala pernak-pernik kehidupan di kota besar. Sangat menarik dan membuat saya penasaran.
Saya terlambat beberapa menit, si Colin Beaven sudah bercerita sebelumnya. Saya ikuti saja sampai akhir. Film itu sebuah documenter tentang keluarga si Colin Beaven yang menjalankan proyek No Impact Man selama 6 bulan. Hidup di belantara kota tanpa listrik, bahan kimia, kendaraan bermotor, mengonsumsi makanan organic, dan selalu kampanye lingkungan ke sekitarnya. Salah satu media kampanye yang selalu dia lakukan adalah memosting catatanya melalui blog.
Ceritanya berjalan seperti reality show pada umumnya, tidak ada kejutan-kejutan yang muncul di awal atau di akhir adegan. Cenderung lurus dan apa adanya. Yah… begitulah adanya, tidak ada yang perlu dikejutkan. Cuma memang saya melihat itulah Amerika. Segala sesuatu yang terjadi di Amerika bisa dipastikan akan mendunia, dalam film itu diceritakan si Colin Beaven mengisi acara-acara Talk Show diberbagai televise dan radio di Amerika. Kisahnya dimuat di beberapa harian cetak. Pokoknya sangat popular dengan gerakannya atau proyek No Impact Man-nya.
Sisi manusiawi juga muncul saat Colin Beaven berbincang dengan istrinya, selalu ada pertentangan antara idealism dengan pragmatism, dikala frustasi istrinya menganggap proyek tersebut sebagai sesuatu yang sia-sia, tetapi Colin Beaven selalu meyakinkan bahwa gerakan No Impact Man mempunyai kontribusi besar terhadap kualitas lingkungan dan masa depan. Misalnya saat Colin Beaven memilih konsep Pot dalam Pot untuk menggantikan Kulkas, kemudian istrinya protes karena tidak ada air dingin, lalu kompromi mereka berakhir pada tempat penyimpanan yang diisi es, es meminta dari tetangga. Kreatif, tentu saja. Untuk hidup tanpa kendaraan, tanpa listrik, makan makanan organik membutuhkan kreatifitas yang tinggi. Dan Colin Beaven membuktikan betapa dia sangat kreatif menyikapi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengorbankan lingkungan. Misalnya seperti kulkas tadi, kemudian keranjang takakura, solar cell, dll. Tidak kalah penting selain sisi kreatif yang saya garis bawahi, Colin Beaven menunjukan semangat belajarnya yang tinggi. Dia tidak berhenti untuk belajar, dia belajar terus seperti mencari ilmu tentang pertanian organik, pengetahuan tentang sampah, lobi ke senat, dll.
Selanjutnya, pelajaran apa saja sih yang didapat dari menonton film tersebut? Dari beberapa orang yang mengikuti diskusi saya mendapatkan gambaran. Pertama, untuk menjalankan proyek seperti Colin Beaven itu butuh idealism tinggi. Kedua, jika idealism kita belum setinggi Colin Beaven kita bisa mengambil hal terkecil yang bisa kita perbuat untuk lingkungan. Untuk hal ini ada banyak ragam, seperti mengurangi memakan daging kemudian menjadi vegetarian, bersepeda, selalu membawa botol air minum, mengurangi sampah, lalu yang merokok ada yang memberikan usulan dari membeli rokok kemasan jadi beralih ke rokok lintingan, dll.
Yang menarik selain film atau tontonannya juga refleksi setelah menonton No Impact Man. Disinilah kita bisa mengetahui film tersebut memberikan kesan bagi penontonnya. Film itu bagus, ringan, dan tidak perlu dipikirkan untuk menebak akhir atau alur ceritanya. Yang menjadi pertanyaan, setelah mereka menjalankan proyek selama 6 bulan tersebut, apakah selanjutnya akan berlangsung seperti itu?. Sip kembalikan pada penonton dan mereka yang peduli lingkungan.
Salut untuk alternative gerakan lingkungan seperti itu, jika kita tidak punya idealism sebesar Colin Beaven, kita bisa melakukan sesuai kapasitas dan kemampuan kita. Let’s Go Green!
Saya bersyukur bisa mengikuti salah satu acara itu. No Impact Man menurut saya menarik untuk diikuti, sekedar merefresh atau mencari alternative gerakan lingkungan. Gerakan lingkungan alternative yang bisa dijadikan acuan untuk diri sendiri. Syukur-syukur kalau bisa dibagikan kepada orang lain. Dari informasi di selebaran facebook saya mendapatkan bahwa No Impact Man bercerita tentang sebuah keluarga yang berkomitmen untuk mencoba hidup tanpa listrik, kosmetik, berbagai bahan pembersih yang berbahan kimia sintetis, kendaraan bermotor dan segala pernak-pernik kehidupan di kota besar. Sangat menarik dan membuat saya penasaran.
Saya terlambat beberapa menit, si Colin Beaven sudah bercerita sebelumnya. Saya ikuti saja sampai akhir. Film itu sebuah documenter tentang keluarga si Colin Beaven yang menjalankan proyek No Impact Man selama 6 bulan. Hidup di belantara kota tanpa listrik, bahan kimia, kendaraan bermotor, mengonsumsi makanan organic, dan selalu kampanye lingkungan ke sekitarnya. Salah satu media kampanye yang selalu dia lakukan adalah memosting catatanya melalui blog.
Ceritanya berjalan seperti reality show pada umumnya, tidak ada kejutan-kejutan yang muncul di awal atau di akhir adegan. Cenderung lurus dan apa adanya. Yah… begitulah adanya, tidak ada yang perlu dikejutkan. Cuma memang saya melihat itulah Amerika. Segala sesuatu yang terjadi di Amerika bisa dipastikan akan mendunia, dalam film itu diceritakan si Colin Beaven mengisi acara-acara Talk Show diberbagai televise dan radio di Amerika. Kisahnya dimuat di beberapa harian cetak. Pokoknya sangat popular dengan gerakannya atau proyek No Impact Man-nya.
Sisi manusiawi juga muncul saat Colin Beaven berbincang dengan istrinya, selalu ada pertentangan antara idealism dengan pragmatism, dikala frustasi istrinya menganggap proyek tersebut sebagai sesuatu yang sia-sia, tetapi Colin Beaven selalu meyakinkan bahwa gerakan No Impact Man mempunyai kontribusi besar terhadap kualitas lingkungan dan masa depan. Misalnya saat Colin Beaven memilih konsep Pot dalam Pot untuk menggantikan Kulkas, kemudian istrinya protes karena tidak ada air dingin, lalu kompromi mereka berakhir pada tempat penyimpanan yang diisi es, es meminta dari tetangga. Kreatif, tentu saja. Untuk hidup tanpa kendaraan, tanpa listrik, makan makanan organik membutuhkan kreatifitas yang tinggi. Dan Colin Beaven membuktikan betapa dia sangat kreatif menyikapi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengorbankan lingkungan. Misalnya seperti kulkas tadi, kemudian keranjang takakura, solar cell, dll. Tidak kalah penting selain sisi kreatif yang saya garis bawahi, Colin Beaven menunjukan semangat belajarnya yang tinggi. Dia tidak berhenti untuk belajar, dia belajar terus seperti mencari ilmu tentang pertanian organik, pengetahuan tentang sampah, lobi ke senat, dll.
Selanjutnya, pelajaran apa saja sih yang didapat dari menonton film tersebut? Dari beberapa orang yang mengikuti diskusi saya mendapatkan gambaran. Pertama, untuk menjalankan proyek seperti Colin Beaven itu butuh idealism tinggi. Kedua, jika idealism kita belum setinggi Colin Beaven kita bisa mengambil hal terkecil yang bisa kita perbuat untuk lingkungan. Untuk hal ini ada banyak ragam, seperti mengurangi memakan daging kemudian menjadi vegetarian, bersepeda, selalu membawa botol air minum, mengurangi sampah, lalu yang merokok ada yang memberikan usulan dari membeli rokok kemasan jadi beralih ke rokok lintingan, dll.
Yang menarik selain film atau tontonannya juga refleksi setelah menonton No Impact Man. Disinilah kita bisa mengetahui film tersebut memberikan kesan bagi penontonnya. Film itu bagus, ringan, dan tidak perlu dipikirkan untuk menebak akhir atau alur ceritanya. Yang menjadi pertanyaan, setelah mereka menjalankan proyek selama 6 bulan tersebut, apakah selanjutnya akan berlangsung seperti itu?. Sip kembalikan pada penonton dan mereka yang peduli lingkungan.
Salut untuk alternative gerakan lingkungan seperti itu, jika kita tidak punya idealism sebesar Colin Beaven, kita bisa melakukan sesuai kapasitas dan kemampuan kita. Let’s Go Green!