Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label pembangunan berkelanjutan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pembangunan berkelanjutan. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Januari 16, 2016

Pembangunan Berkelanjutan dan Keberlanjutan Ekologi

Bila membanding masalah lingkungan dengan masalah sosial, rasanya orang lebih tertarik untuk menelaah, mengikuti sampai ikut-ikutan menganalisis masalah sosial dari pada masalah-masalah lingkungan hidup. Bila dilihat unsur kedekatan, sebetulnya masalah lingkungan hidup itu lebih dekat dari pada masalah sosial semacam kesenjangan sosial, kemiskinan atau kelaparan. Hal ini karena hampir kebanyakan titik masalah sosial sedikit banyak berawal dari masalah lingkungan hidup.

Ambilah salah satu contohnya masalah sampah, masalah sampah berkaitan dengan masalah perilaku dan kepedulian untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Dari masalah sampah ini bisa timbul masalah yang lebih besar lagi semacam masalah banjir. Masalah air, akan berkaitan erat dengan kesenjangan sosial lalu mengerucut pada masalah konservasi sumber daya air, lahan dan daerah resapan. Keterkaitan satu sama lain dari masalah lingkungan ini dikarenakan masalah lingkungan adalah masalah bersama dalam satu lingkaran ekologi, ketika salah satu komponen ekologi terganggu, maka dalam satu lingkaran tersebut akan terkena dampaknya.

Menyangkut masalah lingkungan ini, terutama kaitannya dengan sumber daya air. Beberapa pekan yang lalu media massa hangat membicarakan Kawasan Bandung Utara oleh semua stake holders yang peduli lingkungan, NGO, legislatif, eksekutif dan masyarakat. Secara umum keterkaitan isu lingkungan di sana adalah dampak pembangunan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Ambilah salah satu contohnya kasus bila kita kekurangan air karena cadangan air tanah sudah semakin berkurang. Sejauh ini, dampak lingkungan akibat pembangunan yang merugikan masyarakat belum bisa digantikan dengan uang.
 
Pembangungan Berkelanjutan dan Keberlanjutan Ekologi (iden wildensyah)
Ketersediaan lahan dengan kualitas lingkungan berbanding lurus. Coba bandingkan antara kawasan yang penuh dengan pepohonan dengan kawasan yang jarang pepohonan. Akan tampak jelas sekali perbedaan kualitas diantara keduanya. Hal ini dipengaruhi oleh interaksi simbiosis mutualisme antara pepohonan dengan lingkungan sekitar, manusia salah satu contohnya. Dari proses fotosintesis akan tampak jelas hubungan positif tersebut, pohon melepaskan O2 yang dibutuhkan manusia untuk bernafas dan manusia melepaskan CO2 yang berguna bagi proses fotosintesis tersebut.

Banyaknya ruang terbuka hijau memungkinkan mahluk hidup dalam lingkaran ekologi untuk hidup dengan kualitas lingkungan yang sehat. Sebaliknya sedikitnya ruang terbuka hijau akan menyebabkan mahluk hidup berada dalam kondisi dengan kualitas lingkungan yang jelek.

Pembangunan Berkelanjutan

Sejak tahun 1980-an agenda politik lingkungan hidup mulai dipusatkan pada paradigma pembangunan berkelanjutan. mula pertama istilah ini muncul dalam World Conservation Strategy dari Lester R Brown, The International Union For The Conservation Of Nature (1980), lalu dipakai oleh dalam buku Building A Sustainable Society (1981), istilah yang kemudian menjadi sangat populer melalui laporan Brundtland, Our Common Future (1987). Paradigma pembangunan berkelanjutan diterima sebagai sebuah agenda politik pembangunan untuk semua negara didunia pada tahun 1992 dalam konferensi tingkat tinggi (KTT) Bumi di Rio De Janeiro, Brasil namun hingga kini paradigma tersebut tidak banyak diimplementasikan bahkan masih belum luas dipahami dan diketahui, ini bukan saja terjadi di Indonesia melainkan juga ditingkat global.

Salah satu sebab dari kegagalan mengimplementasikan paradigma tersebut adalah paradigma tersebut kurang dipahami sebagai prinsip - prinsip kerja yang menentukan dan menjiwai seluruh proses pembangunan. paradigma ini tidak dipahami sebagai berisi prinsip pokok politik pembangunan itu sendiri. pada akhirnya cita - cita yang dituju dan ingin diwujudkan dibalik paradigma tersebut  tidak tercapai karena prinsip politik pembangunan yang seharusnya menuntun pemerintah dan semua pihak lainnya dalam merancang dan mengimplementasikan pembangunan tidak dapat dipenuhi.

Cita - cita dan agenda utama pembangunan berkelanjutan tidak lain adalah upaya untuk mensinkronkan, mengintegrasikan dan memberi bobot yang sama bagi tiga aspek utama pembangunan yaitu aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. karena itulah gagasan dibalik itu bahwa pembangunan ekonomi, sosial budaya dan lingkungan hidup harus dipandang sebagai terkait erat satu sama lain, sehingga unsur - unsur dari kesatuan yang saling terkait ini tidak boleh dipisahkan atau dipertentangkan satu dengan yang lainnya yang mau dicapai dengan pembangunan berkelanjutan adalah menggeser titik berat pembangunan dari hanya pembangunan ekonomi menjadi juga mencakup pembangunan sosial budaya dan ekologi lingkungan hidup.

Dengan kata lain yang ingin dicapai disini adalah sebuah integrasi pembangunan sosial budaya dan pembangunan lingkungan hidup kedalam arus utama pembangunan nasional agar kedua aspek tersebut mendapat perhatian yang sama berharga dengan aspek ekonomi. pembangunan aspek sosial budaya dan lingkungan hidup tidak boleh dikorbankan demi dan atas nama pembangunan ekonomi.

Keberlanjutan Ekologi

Arus pembangunan berkelanjutan di Indonesia seiring juga dengan arus kerusakan lingkungan, ambilah salah satu contohnya kasus Ladia Galaska yang menghancurkan ribuan hektar hutan di Leuseur serta terganggunya habitat asli dan semakin maraknya illegal logging dari jalur bukaan hutan. ini tentunya juga bukan tanpa alasan pembangunan jalan ini di bangun, akan tetapi laju kerusakan yang parah ini menjadi catatan tersendiri dari dampak pembangunan itu.

Dalam hal ini kritik terhadap pembangunan berkelanjutan juga diungkapkan oleh Arne Naess seorang filsuf Norwegia yang mengenalkan pemahaman etika lingkungan yang dikenal dengan deep ecology.  Dia menawarkan apa yang disebut sebagai keberlanjutan ekologi yang luas sebagai ganti dari pembangunan berkelanjutan. Keberlanjutan ekologi ini akan dicapai kalau benar- benar dilakukan perubahan mendasar dalam kebijakan politik ekonomi menyangkut pertumbuhan ekonomi dan gaya hidup masyarakat yang konsumtif. Bahkan keberlanjutan ekologi ini akan dicapai pada level global kalau kebanyakan ditingkat global benar-benar melindungi kekayaan dan keanekaragaman bentuk - bentuk kehidupan di planet ini.

Paradigma berkelanjutan ekologi menuntut sebuah perubahan mendasar dalam kebijakan  nasional yang memberi prioritas pada kelestarian bentuk-bentuk kehidupan di planet ini, demi mencapai keberlanjutan ekologi. Jadi yang menjadi sasaran utama bukan pembangunan itu sendiri melainkan mempertahankan dan melestarikan ekologi dan kekayaan bentuk-bentuk kehidupan didalamnya. ini harus menjadi komitmen politik pembangunan nasional, kalau tidak kehancuran lingkungan dan ancaman bagi kehidupan manusia di planet ini semakin tidak teratasi.

Penutup

Konteks pembangunan berkelanjutan maupun keberlanjutan ekologi adalah dua alternatif yang bisa dipilih untuk diterapkan  di Indonesia karena keduanya mempunyai sasaran yang sama, integrasi ketiga aspek yaitu aspek pembangunan ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek lingkungan hidup. bedanya, titik berat pembangunan berkelanjutan memusatkan pada pembangunan ekonomi sambil memberi perhatian pada secara proporsional pada kedua aspek lain sementara keberlanjutan ekologi mengutamakan peletarian ekologi dengan tetap menjamin kualitas kehidupan ekonomi dan sosial budaya bagi masyarakat setempat dengan jaminan konsekuen dilaksanakan sesuai komitmen untuk menjamin ketiga aspek tersebut secara proporsional keduanya tidak akan menjadi masalah dalam paradigma pembangunan ini.

Untuk menghindari jebakan developmentalisme, paradigma berkelanjutan ekologi tentu lebih menarik karena dengan ini kita bisa melestarikan ekologi dan sosial budaya masyarakat demi menjamin kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik



Share:

Postingan Populer