Ruang Sederhana Berbagi

Jumat, Februari 17, 2012

Monumen Sepeda di Cimahi


Sebagaimana monumen lainnya yang dibuat dengan tujuan khusus, saya beranggapan bahwa 7 sepeda tersebut juga memiliki makna yang ingin disampaikan kepada khalayak.

Sebelum memasuki lebih jauh, saya ingin menegaskan tentang patung atau monumen. Ini menjadi penting karena saya kebingungan pada saat menentukan judul. Baiklah kita tinjau secara definisi. Menurut salah satu sumber, patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Orang yang menciptakan patung disebut pematung. Tujuan penciptaan patung adalah untuk menghasilkan karya seni yang dapat bertahan selama mungkin. Karenanya, patung biasanya dibuat dengan menggunakan bahan yang tahan lama dan sering kali mahal, terutama dari perunggu dan batu seperti marmer, kapur, dan granit. Kadang, walaupun sangat jarang, digunakan pula bahan berharga seperti emas, perak, jade, dan gading. Bahan yang lebih umum dan tidak terlalu mahal digunakan untuk tujuan yang lebih luar, termasuk kayu, keramik, dan logam.

Sementara monumen adalah jenis bangunan yang dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari peringatan kejadian pada masa lalu. Seringkali monumen berfungsi sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu kota atau lokasi tertentu. Misalnya di beberapa ibu kota pusat pemerintahan seperti Washington D.C., New Delhi, dan Brasília memang telah dirancang sedemikian rupa sehingga dibangun meliputi banyak monumen kenegaraan. Lokasi Monumen Washington dirancang untuk membentuk ruang publik yang rapi dan teratur.

Dari dua definisi di atas saya lebih suka menyebutnya sebagai monumen bukan patung. Dasarnya adalah tujuan, patung bisa jadi semata-mata karena ekspresi seniman saja, sementara monumen bisa jadi ada tujuan-tujuan khusus dari pembuatannya. Nah, monumen sepeda tersebut lebih layak disebut sebagai monumen daripada patung.

Makna 7 Sepeda

Monumen yang menarik itu adalah sebuah rangkaian sepeda yang melengkung. Cobalah tengok jika anda melewati Cimahi. Ada sesuatu yang menarik perhatian dan baru di kota ini. Apalagi kalau bukan sebuah patung sepeda yang melengkung seolah-olah mau terbang. Sepeda yang ada di patung tersebut beragam, dari mulai sepeda baheula sampai sepeda jaman kini, dari ukuran gede sampai yang kecil ada dalam patung tersebut. Walaupun memang tetap saja tidak selengkap koleksi museum sepeda.
132701718463795509
7 Sepeda pada malam hari (dok pribadi)
Sebagaimana monumen lainnya yang dibuat dengan tujuan khusus, saya beranggapan bahwa 7 sepeda tersebut juga memiliki makna yang ingin disampaikan kepada khalayak. Misalnya pesan tentang raman lingkungan, sepeda biasanya menjadi refresentasi dari gerakan ramah lingkungan. Atau bisa jadi Sepeda juga menjadi lambang gerakan feminism. Ajakan atau kampanye dalam 7 sepeda tersebut bisa jadi beragam seusai interpretasi. Mengajak warga untuk ramah lingkungan, mendukung gerakan feminism, mendukung kampanye bersepeda ke tempat kerja, sekolah, dll.

Makna 7 juga bisa memiliki banyak tafsiran dan makna. Dalam Ilmu pengetahuan, angka 7 adalah dasar dari akumulasi angka yang tak terhitung jumlahnya, mulai dari 7 atom, 7 partikel terkecil dan seterusnya Misalnya  di China angka 7 dihubungkan dengan kehidupan gadis, dimana gadis mempunyai gigi susu pada usia 7 bulan dan tanggal pada usia 7 tahun, dalam 2 x 7 tahun “roda yin” membuka ketika ia mencapai masa puber, dan pada 7 x 7 = 49 datanglah masa monopause.

Dalam islam, yang menarik dan untuk dicatat adalah, bahwa surah pertama dalam Al-Qur’an, Al-Fatihah mempunyai 7 ayat. Kalimah Syahadat dalam Laa Ilaaha ilaa Allaah, Muhammad rasul Allah terdiri dari 7 kata. Menurut Al-Qur’an Tuhan menciptakan langit dan bumi menjadi 7 lapis. Lalu Thawaf mengelilingi Ka’bah di Mekkah dilakukan sebanyak 7 kali, demikian juga dengan lari lari kecil (Sa’i) antara Shafa dan Marwah. Pada akhir haji, dekat Mina, syetan di lempar dalam 3 kali masing masing dengan 7 buah kerikil kecil yang lazim disebut (melempar jumroh). Angka 7 juga disukai oleh kaum Sufi. Tasawuf memperbincangkan 7 Lathaaif, atau titik titik subtil pada tubuh tempat kaum Sufi memusatkan kekuatan spiritualnya.

Dalam tradisi Jawa, ada moment tertentu yang berhubungan dengan angka 7. Sebagai contoh ketika orang hamil sudah usia 7 bulan, maka diadakan selamatan dengan istilah yang disebut “Tingkepan”. Lalu pada bayi yang telah berusia 7 bulan, maka ada prosesi yang dinamakan turun tanah. Persyaratan Upacara adat tertentu harus menggunakan kembang 7 rupa, mandi 7 sumur, pesta kadang - kadang diadakan 7 hari 7 malam.

Nah di luar makna angka 7 tersebut, 7 sepeda bisa beragam interpretasi. Bisa jadi 7 keluarga, 7 dukungan, 7 kecamatan, 7 dananya, 7 pembuatnya, atau bisa jadi 7 karena pembuatnya 7 orang dan menyukai pemain bola bernomor 7 seperti CR7, Atep, Beckham. Saking mengidolakannya pemain nomor 7, monumen pun dibuat sebanyak 7 buah. Tetapi yang tidak saya sukai dari monumen 7 sepeda tersebut hanya satu, warna. Entah apapun itu warnanya terlalu mencolok dan partai banget. Seperti partai yang berwarna-warna, atau malah ini interpretasi juga yah? Sesuai interpretasi, itulah seni mengapresiasi seni. (Iden Wildensyah)
Share:

Berakhir di Bahasa


Tiga hal yang menjadi penting di era sekarang adalah kemampuan bahasa, kemampuan retorika, dan kemampuan menulis. Tiga hal tersebut muncul dari diskusi kreativitas bersama Acep Iwan Saidi, seorang penulis hebat yang sering saya baca tulisannya di media cetak. Pak Iwan, demikian saya memanggil beliau kalau bertemu di sekolah. Sore itu Pak Iwan menjadi narasumber untuk diskusi yang rutin dilaksanakan setiap selasa pukul 13.30. Pak Iwan menyampaikan beberapa contoh tentang keterkaitan antara kreatifitas, bahasa, dan seni serta pentingnya dalam pembelajaran anak.
Bahasa adalah hal penting setelah inovasi mewujud bentuk dan bentuk menjadi mati ketika kita tidak bisa mendefinisikan dalam bahasa. Misalnya seorang inovator dengan kreatifitasnya berhasil menciptakan penemuan robot pemadam kebakaran. Si robot pemadam kebakaran akan menjadi sebuah benda bernilai lebih saat seorang inovator menjelaskan perihal robot tersebut. Robot tersebut kemudian akan bernilai lebih lagi ketika dia sudah diketahui oleh masyarakat umum, tentang kegunaannya, tentang cara pemakaiannya, dll. Robot tidak akan menjelaskan secara langsung siapa dirinya jika tidak diprogram oleh manusia yang menciptakan.
Contoh lainnya misal sebuah kursi hasil inovasi dengan berbagai bentuk dan tambahan lainnya. Kursi akan bernilai ketika dia bisa dibahasakan melalui iklan, melalui narasi, dll. Kursi baru hasil inovasi akan diam begitu saja tanpa diketahui orang lain jika sang inovator tidak berusaha membahasakan.
Pembangunan apartemen dan perumahan hasil kolaborasi teknik sipil dan teknik arsitektur akan bernilai dan berharga ketika dibahasakan dengan baik kepada masyarakat. Lihat saja misalnya seorang marketing ketika menyampaikan harga mahal tetapi seperti biasa saja karena dibahasakan dengan baik. Seperti ”apartemen ini bebas macet, keluar tol dalam kota langsung masuk komplek apartemen. Harganya dijamin murah, hanya dengan dua ratus lima puluh juta perbulan, anda sudah bisa menempati ruang ekslusif dengan jaminan keamanan dan kenyamanan”. Bayangkan hanya dengan dua ratus lima puluh juta rupiah perbulan (Rp250.000.000,00/bulan) !. Fantastis tetapi seperti biasa saja saat dibahasakan dengan intonasi yang baik dan meyakinkan.
Itulah beberapa contoh tentang bahasa memegang peranan penting baik dalam menyampaikan gagasan atau juga menyampaikan hasil gagasan tersebut. Inilah yang saya sebut sebagai berakhir di bahasa. Selain selanjutnya adalah kemampuan retorika. Kemampuan retorika atau kemampuan menyampaikan gagasan melalui argumentasi yang kuat. Retorika seperti kelanjutan dari bahasa. Seorang yang memiliki kemampuan bahasa dengan baik akan lebih bisa menjelaskan sesuatu dengan baik dibanding orang yang tidak memiliki kemampuan berbahasa. Retorika berdasar pada bahasa yang disampaikan, itu berarti argumentasi akan kuat ketika bahasa penyampaian efektif. Dan penyampaian yang efektif membuat sesuatu yang dibahasakan menjadi sampai pada tujuan yang akan dicapai. Tujuan tersebut misalnya ketika menyampaikan gagasan atau inovasi yang mewujud.
Jika berbahasa dengan baik sudah, berinovasi juga sudah, selanjutnya tentu saja menulis. Menulis adalah bagian dari menuangkan gagasan dalam bentuk nyata. Menulis harus memiliki kemampuan bahasa yang baik, argumentasi yang kuat, dan logika bahasa yang baik juga. Ini adalah bagian dari kreatifitas agar tidak mati setelah mewujud. Dia harus dituliskan, harus disebarkan pada semua khalayak terutama untuk inovasi yang penting untuk masyarakat. Tujuannya tidak lain adalah untuk kebaikan semua. Menulis merupakan bagian tidak terpisahkan dari bidang keilmuan apapun. Dia holistik. Dulu saya mengatakan pada dosen waktu kuliah di Jalan Setiabudi 207 Bandung bahwa keilmuan itu menjadi mati ketika dosen atau mahasiswa tidak berusaha menuliskannya di surat kabar. Surat kabar menjadi sebuah media terbaik untuk membagi hasil pemikiran. Dari pemikiran yang dikirim ke media, khalayak menjadi berpengetahuan. Pengetahuan menjadi milik bersama yang tidak terbatas pada lembaga pendidikan saja.
Share:

Selasa, Mei 10, 2011

Colin Beaven si Kreatif!

Saya katakan demikian saja, karena awalnya saya ingin menulis judul dengan kalimat “Si Gila Collin Beaven”. Tetapi karena konotasi gila bagi beberapa pembaca termasuk kata negative yang tidak patut ditiru maka saya ubah menjadi kalimat seperti di atas. Saya mengetahui Colin Beaven dari acara Markinon yang rutin digagas oleh YPBB (Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi) di Bandung. Seperti biasa bertempat di Walhi (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) Jawa Barat, walaupun dalam beberapa waktu tempatnya berpindah-pindah.

http://noimpactman.typepad.com/
Saya bersyukur bisa mengikuti salah satu acara itu. No Impact Man menurut saya menarik untuk diikuti, sekedar merefresh atau mencari alternative gerakan lingkungan. Gerakan lingkungan alternative yang bisa dijadikan acuan untuk diri sendiri. Syukur-syukur kalau bisa dibagikan kepada orang lain. Dari informasi di selebaran facebook saya mendapatkan bahwa No Impact Man bercerita tentang sebuah keluarga yang berkomitmen untuk mencoba hidup tanpa listrik, kosmetik, berbagai bahan pembersih yang berbahan kimia sintetis, kendaraan bermotor dan segala pernak-pernik kehidupan di kota besar. Sangat menarik dan membuat saya penasaran.
Saya terlambat beberapa menit, si Colin Beaven sudah bercerita sebelumnya. Saya ikuti saja sampai akhir. Film itu sebuah documenter tentang keluarga si Colin Beaven yang menjalankan proyek No Impact Man selama 6 bulan. Hidup di belantara kota tanpa listrik, bahan kimia, kendaraan bermotor, mengonsumsi makanan organic, dan selalu kampanye lingkungan ke sekitarnya. Salah satu media kampanye yang selalu dia lakukan adalah memosting catatanya melalui blog.
Ceritanya berjalan seperti reality show pada umumnya, tidak ada kejutan-kejutan yang muncul di awal atau di akhir adegan. Cenderung lurus dan apa adanya. Yah… begitulah adanya, tidak ada yang perlu dikejutkan. Cuma memang saya melihat itulah Amerika. Segala sesuatu yang terjadi di Amerika bisa dipastikan akan mendunia, dalam film itu diceritakan si Colin Beaven mengisi acara-acara Talk Show diberbagai televise dan radio di Amerika. Kisahnya dimuat di beberapa harian cetak. Pokoknya sangat popular dengan gerakannya atau proyek No Impact Man-nya.
Sisi manusiawi juga muncul saat Colin Beaven berbincang dengan istrinya, selalu ada pertentangan antara idealism dengan pragmatism, dikala frustasi istrinya menganggap proyek tersebut sebagai sesuatu yang sia-sia, tetapi Colin Beaven selalu meyakinkan bahwa gerakan No Impact Man mempunyai kontribusi besar terhadap kualitas lingkungan dan masa depan. Misalnya saat Colin Beaven memilih konsep Pot dalam Pot untuk menggantikan Kulkas, kemudian istrinya protes karena tidak ada air dingin, lalu kompromi mereka berakhir pada tempat penyimpanan yang diisi es, es meminta dari tetangga. Kreatif, tentu saja. Untuk hidup tanpa kendaraan, tanpa listrik, makan makanan organik membutuhkan kreatifitas yang tinggi. Dan Colin Beaven membuktikan betapa dia sangat kreatif menyikapi kebutuhan hidupnya tanpa harus mengorbankan lingkungan. Misalnya seperti kulkas tadi, kemudian keranjang takakura, solar cell, dll. Tidak kalah penting selain sisi kreatif yang saya garis bawahi, Colin Beaven menunjukan semangat belajarnya yang tinggi. Dia tidak berhenti untuk belajar, dia belajar terus seperti mencari ilmu tentang pertanian organik, pengetahuan tentang sampah, lobi ke senat, dll.
Selanjutnya, pelajaran apa saja sih yang didapat dari menonton film tersebut? Dari beberapa orang yang mengikuti diskusi saya mendapatkan gambaran. Pertama, untuk menjalankan proyek seperti Colin Beaven itu butuh idealism tinggi. Kedua, jika idealism kita belum setinggi Colin Beaven kita bisa mengambil hal terkecil yang bisa kita perbuat untuk lingkungan. Untuk hal ini ada banyak ragam, seperti mengurangi memakan daging kemudian menjadi vegetarian, bersepeda, selalu membawa botol air minum, mengurangi sampah, lalu yang merokok ada yang memberikan usulan dari membeli rokok kemasan jadi beralih ke rokok lintingan, dll.
Yang menarik selain film atau tontonannya juga refleksi setelah menonton No Impact Man. Disinilah kita bisa mengetahui film tersebut memberikan kesan bagi penontonnya. Film itu bagus, ringan, dan tidak perlu dipikirkan untuk menebak akhir atau alur ceritanya. Yang menjadi pertanyaan, setelah mereka menjalankan proyek selama 6 bulan tersebut, apakah selanjutnya akan berlangsung seperti itu?. Sip kembalikan pada penonton dan mereka yang peduli lingkungan.
Salut untuk alternative gerakan lingkungan seperti itu, jika kita tidak punya idealism sebesar Colin Beaven, kita bisa melakukan sesuai kapasitas dan kemampuan kita. Let’s Go Green!
Share:

Sabtu, Januari 08, 2011

Buku Rangka Atap Baja Ringan

Sebuah buku dengan judul ” RANGKA ATAP BAJA RINGAN Untuk Semua”, berisi penjelasan sangat detil tentang Rangka Atap Baja Ringan antara lain : Struktur, Variasi, Supporting dan Pekerjaan, Desain, Cara Pemasangan, Perbandingan Kayu dan Baja Ringan berdasarkan Kriteria Bahan banguan Ekologis dan lain-lain sebagainya.

Berbeda dengan buku-buku teknik lainnya yang pernah kubaca, buku ini boleh kukatakan buku tehnik nuansa Novel yang ditulis oleh seorang sastrawan dengan bahasa yang sederhana, santai dan banyak disisipkan kata-kata mutiara yang begitu inspiratif seperti :
Tidak ada hal hebat yang tercipta dalam sekejap (Epictetus-Filsuf Yunani)
Gagasan bukan sesuatu, tetapi gagasan yang menciptakan sesuatu (Napoleon Hill 1883-1970)
Satu-satunya alasan kenapa ada waktu, karena segala sesuatu tidak terjadi sekaligus (Albert Einstein. Ilmuwan Fisika) dan banyak lagi tersisip di setiap bab.

Beberapa praktisi dalam dunia properti memberikan catatan/kesan :

Buku ini ditulis dengan pendekatan sederhana. Namun didukung oleh data-teknis dan sarat pengalaman lapangan. Sangat cocok bagi Anda sebagai panduan untuk memilih produk/kontraktor rangka atap baja ringan (Joyce Soelistiowati-Tabloid PROPERTI.BIZ)
Share:

Jumat, Juni 04, 2010

Terpukau Chalwanka

Musik tradisional selalu menggelitik untuk diketahui, melodi serta suaranya yang berbeda dengan kebanyakan musik pada umumnya mampu mengalihkan perhatian. Begitu juga dengan peristiwa malam minggu 29 Mei 2010 saat ada pertunjukan dari group musik yang berasal dari Amerika Selatan.

Di sela-sela keramaian pengunjung, suara musik tradisional yang mengalun merdu itu ternyata mampu membuat pengunjung menengok. Yah, saya salah satunya, sangat disayangkan jika moment yang menarik, unik dan berbeda ini dilewatkan begitu saja.

Saya bersama Pacha (dok.pribadi)
Chalwanka, demikian nama group musik yang sedang performance malam itu. Di lorong kanan dari parkir depan, tepat di arah lorong masuk menuju Blitzmegaplex, Chalwanka menarik pengunjung untuk sejenak mengetahui alat seni tradisional dari Amerika Selatan ini. Chalwanka dari brosur yang saya dapatkan adalah group musik dari pegunungan Andes, Chalwanka berasal dari bahasa asli suku Inca yaitu bahasa Quechua (kechua) yang artinya ‘Ikan Batu’.

Pendiri Chalwanka yang juga hadir dan performance malam itu adalah seorang musisi yang bernama Pacha dari Peru. Dengan alat musik Zamponas (Zamponyas) dan Quenas (kenas). Pacha telah performance lebih dari 20 tahun ke beberapa negara seperti Italia, Portugal, Spanyol, Brazil, Jepang dan malam itu sedang di Indonesia.

Saya bersama Pacha (dok.pribadi)
Share:

Senin, Mei 03, 2010

Jalur Sepeda di Bandung

Jalur Sepeda di Bandung itu unik
Keberadaan jalur sepeda bagi pesepeda sangat membantu. Jalur sepeda memungkinkan para pesepeda merasa aman selama mengayuh sepedanya. Kekhawatiran terserempet atau parahnya tertabrak oleh mobil atau motor tidak akan ada. Jalur sepeda secara tidak langsung mengkampanyekan gaya hidup baru, bersepeda.

Bike Line di Bandung (dok.pribadi)
Jogjakarta adalah contoh kota yang sukses membangun jalur sepeda. Memang bukan hal yang aneh karena secara kultur, bersepeda disana seperti sudah menjadi tradisi sejak dahulu. Sepeda seolah tidak bisa dihilangkan dalam kebudayaan masyarakat Jawa. Lihat saja dalam beberapa catatan atau foto tentang sepeda, iring-iringan sepeda disana lebih banyak dibanding di Kota Bandung misalnya, atau Kota-kota lain di Indonesia. Mayoritas penduduk disana tidak asing dengan sepeda, bahkan sebelum ada kampanye bersepedapun sudah banyak yang menggunakan sepeda ke kantor, balaikota, dan juga ke sekolah.

Kita tengok sejenak keluar negeri, salahsatu kota yang sudah ada jalur sepeda sebagai implementasi program langit biru bersamaan dengan kebijakan transportasi massal adalah Bogota. Bogota berhasil dalam membuat jalur pedestrian, jalur sepeda, taman kota, ruang publik dan moda transportasi massal. Bahkan Jakartapun belajar dari Bogota dalam proyek Busway-nya walaupun tidak seberhasil Bogota karena tidak diikuti oleh program lainnya yang saling mendukung.

Bandung mau ikut Bogota, tunggu dulu. Bisa terlaksana jika kebijakan lainnya juga dilaksanakan dengan baik. Misalnya Jalur Sepeda, ternyata di Kota Bandung, jalur sepeda hanya 3-5 meter setelah itu hanya trotoar biasa. Yang lebih miris lagi, trotoar yang selalu terjadi rebutan ruang dengan pihak lain. Kalau sudah begini, pertanyaannya, bagaimana mungkin bersepeda di jalur sepeda seperti itu? Inginnya nyaman yang ada malah memancing keributan dengan pihak lain.

Oh iya, gambar Sepeda di Lantai ini hanya ada di Jalan Dago, hanya beberapa meter saja. Dulu saya berpikir sepanjang jalan Dago dari Ujung utara di Simpang Dago Sampai Balaikota Bandung di Jalan Merdeka, ternyata cuma sedikit saja.

Jalur Sepeda Tapi Tidak Ada Sepeda Yang Berani Lewat (dok.pribadi)
Jalur Sepeda Tapi Tidak Ada Sepeda Yang Berani Lewat (dok.pribadi)
Mari Pulihkan Bandung (dok.pribadi)
Mari Pulihkan Bandung (dok.pribadi)
Share:

Kamis, April 15, 2010

Ide yang Sama

Pernah melihat tulisan serupa tapi tak sama? Saya sering, bahkan beberapa ide ceritanya mirip, hanya saja ada beberapa bagian yang berbeda. Misalnya penyajiannya, penuturannya dan tentu saja penulisnya. Pada mulanya saya merasa sudah dicuri ide, tetapi setelah ditelusuri ternyata berbeda. Sayapun anggap sebagai bagian utuh cerita yang saling melengkapi.

Ilustrasi diunduh dari Google.com 
Misalnya tentang facebook, lebih dari sepuluh penulis yang menulis tentang facebook. Banyak dinamika facebook yang menjadi sorotan penulis kompasiana, dari mulai statusnya, isinya dan efeknya. Efek.. Ah lagi-lagi saya menulis efek facebook yang fantastis.

Bagi saya, keadaan ini menunjukan bagaimana besarnya dan mahalnya ide. Seorang yang memiliki energi ide yang besar adalah potensi bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya. Beruntunglah mereka yang masih selalu berputar-putar idenya bahkan ketika melakukan apapun selalu terpikir ide menulis dan celakalah mereka yang kehabisan ide. Habis ide berarti kematian bagi penulis. Penulis yang notabene harus selalu punya ide untuk menjadi bahan tulisannya, jika tiba-tiba saja kehilangan ide maka sudah pasti dia mati karya. Saya berpikir lalu menulis maka saya ada. Keberadaan dilihat dari karya tulisnya.
Share:

Si Harimau Itu Telah Kembali

Si Harimau itu telah Kembali lagi dan bersiaplah diterkam
Tiger Wood is back, ya si harimau itulah yang kembali lagi meramaikan ajang kompetisi bergengsi Golf. Saya sangat mengagumi dia diluar kontroversi perselingkuhannya dengan beberapa wanita yang membuat heboh berita di dalam dan luar negeri. Bagaimanapun, saya mengidolakan dia karena kualitas pribadi dan skill bermainnya yang baik.

Tiger Woods (www.independent.co.uk)
Saya belum menonton secara penuh misalnya ketika permainan dimulai dari hall 1 sampai hall 18. Kadang cuma beberapa Hall saja, itupun karena Televisi dikooptasi bos besar. Selain sepakbola, ya Golf itulah yang bisa dinikmati bersama. Disela menonton itu saya mengetahui dari perbincangan tentang Tiger Wood. Bagaimana dia bersaing dengan Ernie Els, memukul, Birdie dan lain-lain. Pukulan Tiger Wood selalu tepat, jarang melihat pukulan dia OB, selalu jatuh di Green.

Salahsatu hal yang unik dari permainan dia adalah selalu bermain jelek diawal tetapi seiring waktu terus menanjak dan puncak terbaiknya diakhir permainan dia menampilkan permainan terbaik hingga akhirnya memenangkan permainan. Saya tidak tahu apakah ini strategi dia untuk mengalahkan dan menjatuhkan mental yang lain atau memang kenyataannya demikian, telat panas kayak mesin diesel. Makanya melihat dia bermain, lihat diakhir saja.

Bermain konsisten dalam Golf sangat sulit, pukulan itu ternyata dinamis, bahkan sekelas Tiger Wood saja masih terus menerus melatih pukulan. Praktisnya dia memukul 1000 bola setiap hari, dan itu dilakukan berulang-ulang. Tiger Wood bisa seperti itu karena ketekunan dan konsisten dalam berlatih.
Kompetisi Golf sempat kehilangan greget ketika Tiger Wood menghilang karena isu perselingkuhan dan masalah keluarganya. Tetapi kini si Harimau itu siap mengaum, membuat banyak sejarah dan catatan kembali di dunia Golf.

Oh iya, saya suka sampul majalah ini :)
Tiger Woods and Obama - Golf Digest
Tiger Woods and Obama - Golf Digest
Share:

Rabu, Maret 31, 2010

Football Supporters in Kompasiana


Little by little emerged surface, that the fans write and read it was also a football lover. Moreover, many kompasianer who is also a supporter of football teams in their respective regions. That of West Java, for example-do discuss his support for Persib Bandung. From North Sumatra, blatant love die Sriwijaya FC, from supporting Persis Solo Solo Solo Arseto slipped even legendary. Then from Malang not miss a single soul Aremania greetings, from Medan to support PSMS Medan, Surabaya support from Persebaya, from PSM Makassar Makassar support and of course from Jakarta to support Persija.
In recent postings, especially after the teaser said "selocalsoccer", I saw like a mushroom growing in the rainy season. Many of the names of fans lined the ball ideas, write reports, record reportage about football trinkets. From critics, supporting up to put a complete entertainment is also available in the football record this Kompasianer.
This is if the supporters of the ball asiknya writing, there is always another side that can be written in the dynamics of football. But the key for me and it should be noted is that the average kompasianer writer in supporting his favorite team looks adult. There are no words to convey hostility or news writing. All delivered with unique styles, elegant and mature. I was lucky to meet the forum to write this, this is where the beauty of football supporters adults gather, convey ideas, express frustration, complaints and criticisms of his favorite team without being an anarchist or childish.
Imagine supporting Indonesian football like this, I'm sure the stadium is no longer a scary place. The stadium will be like a public space that can unite all elements of society without overwhelmed by fear, unrest will be riots after the match ended. Could be, this will become the benchmark in supporting, as an increasing number of campaigns for the support of adult-style football in a way kompasianer, maybe more that will mature in support.
Who love to die, please just continue his love of football. Who like to hang out and yells of encouragement to sing, just do it with attractive and interesting. Origin .... Please do not anarchist. Because anarchists will hurt yourself and the image of our beloved team. Let us support football supporters that the peace movement, grow up, and uphold sportsmanship. Fair play please!
Share:

Postingan Populer