Dari Cikajanglah, pemain Persib bersinar. Sebut saja Uut, Nyanyang, Jajang Nurjaman, Adeng Hudaya dan era sekarang yaitu Zaenal Arif. Untuk nama terakhir, ketika Liga Indonesia sudah profesional tanpa dukungan APBD, Zaenal Arif pindah ke Persisam. Nama-nama itu beken di kampung saya, siapapun pasti mengidolakan pemain itu. Saya masih ingat ketika itu tahun 80an, televisi belum masuk kampung kami, dan satu-satunya alat komunikasi yang selalu menyiarkan acara Persib adalah RRI Bandung. Dengan pembawa acara yang mengebu-gebu ketika salah seorang pemain Persib membawa bola, auranya terasa sampai ke kampung-kampung, apalagi kalau terjadi gol.. berjingkrak, berangkulan dan bersujud atas kemenangan seolah kami merasakan saat-saat mencetak gol. Bayangkan, itu hanya dari indera pendengaran saja, bukan seperti sekarang era televisi.
Uut yang terkenal dengan bola “boseh“nya (boseh diperuntukan pada saat kaki mengayuh sepeda, dalam bahasa Indonesia berarti kayuh) membawa bola dengan kaki seperti mengkayuh sepeda melewati beberapa pemain, mengoper dan goool. Serentak semua pendengar berteriak. Istilah yang kini menjadi tren adalah “ngabobotohan” Persib (ngabobotohan berarti mendukung). Bobotoh kini menjadi nama supporter khusus dari Jawa Barat. Uut adalah fenomena tersendiri bagi saya waktu itu, ditariknya dia ke team Persib karena kelincahannya sewaktu membawa bola, melewati beberapa pemain Persib saat tandang persahabatan ke Cikajang.
Dari cita-cita anak kecil Cikajang yang selalu terngiang dalam benaknya menjadi Pemain Persib inilah saya menjadi punya hubungan spesial dengan Persib Bandung. Setelah mengalami masa-masa kecil dan remaja, saya merasa Persib tetap menjadi bagian dari orang-orang di Jawa Barat. Menurut saya ini sangat unik, Persib berbeda dengan team lain yang ada di Indonesia, Persib bukan milik pecinta sepakbola di Bandung saja, tetapi juga di Jawa Barat, dari Ujung Barat sampai ke perbatasan Jawa Tengah. Bahkan saya pernah membaca tulisan salah seorang wartawan Tribun Jabar, bahwa fanatisme terhadap Persib bukan hanya terjadi di Jawa Barat saja, tetapi juga sebagian Jawa Tengah terutama perbatasan.
Tentu bukan saya saja yang menyukai Persib, bisa jadi anda juga walaupun bukan orang Jawa Barat. Tetapi yang utama adalah tetap menjunjung tinggi sportivitas, dewasa dalam mendukung dan santun dalam bertindak. Menghindari anarkisme, mendukung sepenuh hati dan selalu berteriak “Hidup Persib!”