Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Indonesia. Tampilkan semua postingan

Selasa, November 12, 2019

Neglasari Waterfall in South Garut

“I want to sing like the birds sing, not worrying about who hears or what they think.” (Rumi)

Ever heard the lyrics to the Indonesian song group 'Sheila On 7', entitled What Is Missed? (Yang Terlupakan) This is not about the lyrics, this note is about a Neglasari waterfall that is often overlooked.

Admired from afar but to reach it, it seems rarely people or tourists who stop by for a moment to look from near this Neglasari Waterfall. This waterfall is located in the middle of the journey between Garut City to the south towards Pameungpeuk, West Java.

Neglasari Waterfall (iden wildensyah)

This beautiful panorama of Curug Neglasari lies in its location, tea plantations and cool air. From the direction of Garut approximately spent 3 hours, when entering the Neglasari area after the Dark Mountain. Dark Mountain itself is an unspoiled forest even though there are already many residential areas but the trees are very dense.


In the story of people around, Mount Dark is named after the name of natural events that occur, dark in the sudan language means lightning or lightning. Dark Mountain during the making of the road occurred a terrible lightning to be able to throw workers into the tree. Beyond true or false, I just accept the story.

Back again to Neglasari waterfall, this waterfall has never shrunk its water. Even in the dry season there is still water flowing in the waterfall. What distinguishes it is only the volume of water. Very contrast when it is the rainy season and the dry season.

Neglasari Waterfall (Iden Wildensyah)

I visit Curug Neglasari when it rains, from a distance the water is very large.

What is overlooked, so I call it only because it is often admired but rarely visited. Admired by motorists who passed Neglasari to Pameungpeuk or from the opposite direction towards Garut. (Iden Wildensyah)
Share:

Selasa, Mei 02, 2017

Hari Pendidikan Dan Semangat Merdeka

Guru merdeka! Dua kata ini menarik perhatian saya pada sebuah pelatihan. Pertanyaan-pertanyaan mendasar kemudian bermunculan dalam kepala ini. 

Apa itu guru merdeka? Kenapa guru merdeka, apakah selama ini guru tidak merdeka? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan penting pada konteks guru merdeka ini.

Baiklah, kita coba kesampingkan dulu pertanyaan. Saya ingin melihat sebuah buku menarik tentang menjadi manusia merdeka karya Ki Hadjar Dewantara, bukunya Tan Malaka, lalu tema serupa dari buku-buku Rudolf Steiner, serta buku-buku pendidikan alternatif lainnya seperti Paulo Preire. Buku-buku tersebut fokus utamanya kepada kemerdekaan menjadi manusia. 

Manusia merdeka adalah tujuan pendidikan, ia tidak lagi dijajah oleh pihak manapun dari luar dirinya. Ia merdeka untuk berkehendak, merdeka untuk berpikir, dan merdeka untuk merasakan apapun. Kemerdekaan ini nyatanya sulit didapatkan. Banyak pihak-pihak yang tidak menghendaki manusia menjadi merdeka karena mereka masih membutuhkan kehadiran manusia tidak merdeka untuk kepentingannya. 


Pendidikan untuk memanusiakan manusia sering kita dengar tetapi tak banyak yang tahu bagaimana implementasi memanusiakan manusia dalam kurikulum pendidikan dan kegiatan sehari-harinya di sekolah. Banyak guru yang terjebak hanya di kuadran 'tahu' saja konsep memanusiakan manusia tersebut. Sisanya, guru-guru yang terus menempa diri, belajar ke sana ke mari, mengkaji berbagai buku tentang pendidikan dari pemikir-pemikir pendidikan di masa lalu. Sebagian kecil ini menjadi guru merdeka yang paham dan mampu mengimplementasikan konsep memanusiakan manusia lewat kegiatan di dalam kelas bersama anak didiknya.

Guru-guru merdeka terkadang menjadi minorias di dalam sebuah komunitas sekolah. Menjadi berbeda dalam mengolah pembelajaran, dan selalu berusaha membuat konkret setiap konsep pembelajaran merdeka lewat praktik-praktik kecil di kelas yang dikelolanya.

Walaupun minoritas, percayalah di luar komunitas yang tidak merdeka, guru merdeka belajar mendapatkan banyak dukungan dari komunitas peduli pendidikan alternatif lainnya. 
Share:

Kamis, April 06, 2017

Mengejar Sunset di Santolo, Melihat Sunrise di Sayang Heulang

Ada hal yang sangat menyenangkan ketika kita mampu mengambil pelajaran dari setiap hal yang terjadi. Sebuah pengalaman yang akan terus terkenang sampai kapanpun. Pengalaman yang menjadi bahan cerita turun temurun.

"Dahulu, saya pernah jalan kaki jauh sekali, susur pantai, naik gunung, susur kampung, jelajah kota... Dan sebagainya" adalah pembuka cerita yang sangat menyenangkan. Belum lagi kejadian-kejadian spesial seperti terjebak badai, hujan besar, longsor, dan kejadian-kejadian lainnya di alam terbuka saat melakukan perjalanan jauh.

Keindahan alam juga sering menjadi awal cerita yang menyenangkan. "Wah, matahari terbenam di laut A itu sangat indah sekali. Waktu melihat matahari terbit dari puncak gunung itu, indah banget. Malam hari lihat bulan purnama di gunung atau pantai itu, subhanalloh indahnya!"

Itu hanya pembuka cerita saja tentang pengalaman-pengalaman menarik yang tidak akan bisa terasa jika tidak melihat langsung dan mengalami langsung.

Dalam konteks pendidikan alternatif, membawa anak-anak dalam pengalaman  lansung berinteraksi dengan proses yang ada di alam semesta itu sangat penting. Fasilitator pembelajaran cukup merencanakan kegiatan yang aman bersama anak-anak ke sebuah daerah dengan tujuan yang ditetapkan bersama maka anak akan mendapatkan banyak pelajaran serta pengalaman yang akan berguna kelak dikemudian hari saat anak tidak bersama kita lagi.

Inilah semacam catatan mengalami proses pembelajaran melihat matahari terbenam dan terbit bersama anak-anak di sebuah tempat yang sangat Indah, Indonesia!

Matahari terbit di timur dari pantai Sayang Heulang

Kemudian menikmati indahnya ketenangan pagi hari


Share:

Rabu, April 05, 2017

Makna Kehidupan Dari Buku The Last Lecture

Beberapa buku yang sudah saya baca selalu memberikan kesan yang mendalam. Menyimpan banyak sekali pembelajaran dalam setiap kalimat yang ada dalam tiap paragraf. Salah satu buku Karya Ausberg 49 tahun buku yang berjudul THE LAST LECTURE yang menjadi salah satu buku best-seller di tahun 2007, buat saya sangat banyak memberikan pelajaran tentang kunci membuat hidup lebih baik yang terdiri; Personality, Community, dan Life.

Mari kita bahas satu persatu!
(1) PERSONALITY

1. Jangan membandingkan hidup Anda dengan orang lain karena Anda tidak pernah tahu apa yang telah mereka lalui.

2. Jangan berpikir negatif akan hal-hal yang berada diluar kendali Anda, melainkan salurkan energi Anda menuju kehidupan yang dijalani saat ini, secara positif

3. Jangan bekerja terlalu keras, jangan lewati batasan Anda.

4. Jangan memaksa diri Anda untuk selalu perfect, tidak ada satu orang pun yang sempurna.

5. Jangan membuang waktu Anda yang berharga untuk gosip.

6. Bermimpilah saat anda bangun (bukan saat tertidur).

7. Iri hati membuang-buang waktu, Anda sudah memiliki semua kebutuhan Anda.

8. Lupakan masa lalu. Jangan mengungkit kesalahan pasangan Anda di masa lalu. Hal itu akan merusak kebahagiaan Anda saat ini.

9. Hidup terlalu singkat untuk membenci siapapun itu. Jangan membenci.

10. Berdamailah dengan masa lalu Anda agar hal tersebut tidak mengganggu masa ini.

11. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas kebahagiaan Anda kecuali Anda.
 
12. Sadari bahwa hidup adalah sekolah, dan Anda berada di sini sebagai pelajar. Masalah adalah bagian daripada kurikulum yang datang dan pergi seperti kelas aljabar (matematika) tetapi, pelajaran yang Anda dapat bertahan seumur hidup.
13. Senyumlah dan tertawalah.

14. Anda tidak dapat selalu menang dalam perbedaan pendapat. Belajarlah menerima kekalahan.

(2) COMMUNITY

15. Hubungi keluarga Anda sesering mungkin

16. Setiap hari berikan sesuatu yang baik kepada orang lain.

17. Ampuni setiap orang untuk segala hal

18. Habiskan waktu dengan orang-orang di atas umur 70 dan di bawah 6 tahun.

19. Coba untuk membuat paling sedikit 3 orang tersenyum setiap hari.

20. Apa yang orang lain pikirkan tentang Anda bukanlah urusan Anda.

21. Pekerjaan Anda tidak akan menjaga Anda di saat Anda sakit, tetapi keluarga dan teman Anda. Tetaplah berhubungan baik

(3) LIFE

22. Jadikan Allah sebagai yang pertama dalam setiap pikiran, perkataan, dan perbuatan Anda.

23. Allah menyembuhkan segala sesuatu.

24. Lakukan hal yang benar.

25. Sebaik/ seburuk apapun sebuah situasi, hal tersebut akan berubah.

26. Tidak peduli bagaimana perasaan Anda, bangun, berpakaian, dan keluarlah!.

27. Yang terbaik belumlah tiba.

28. Buang segala sesuatu yang tidak berguna, tidak indah, atau mendukakan.

29. Ketika Anda bangun di pagi hari, berterima kasihlah pada Allah.

30. Jika Anda mengenal Allah, Anda akan selalu bersukacita.

Nah, sangat menarik bukan! Yah, kehidupan kita akan sangat bermakna ketika kita mampu memberikan makna tersebut untuk kehidupan itu sendiri.

Kita hanya setitik kecil di alam semesta!

Share:

Jumat, Maret 24, 2017

Ini Alasan Kenapa Jalan-Jalan Itu Baik

Jika perkembangan profesi sekarang semakin pesat dan banyak yang tidak terduga sebelumnya, maka traveler menjadi salah satu profesi yang bisa masuk dalam kategori tersebut.
Tidak sedikit yang bangga untuk menuliskan profesinya sebagai traveler. Aktor Nicholas Saputra misalnya, ia dengan bangga menyebut dirinya sebagai fulltime traveler. Lalu Trinity Traveler yang sudah menempelkan traveler dalam namanya. 
Dalam jajaran blogger, travel blogger semakin banyak. Blogger yang mengkhususkan diri pada kegiatan traveling, penjelajahan, dan jalan-jalan lainnya. Kekhususan dalam tema tulisan yang diangkat dalam blognya seringkali menjadi referensi para traveler lainnya sebelum berangkat menuju tempat tujuan baik di dalam negeri atau di luar negeri.
Pendidikan! Ah iya, tidak sedikit juga para traveler yang menjadikan pendidikan sebagai pokok utama perjalanannya. Bukan sekadar jalan-jalan saja tetapi juga membawa misi pendidikan. Sebut saja sebuah akun @1000_guru yang tagline-nya traveling and teaching. Pegiat komunitasnya sudah tersebar banyak di berbagai kota di Indonesia. Ini bentuk alternatif baru membangun kepedulian pendidikan kepada anak muda lewat cara-cara yang fun, menarik, medsos center. Belum ada ukuran berhasil atau tidak tapi untuk sebuah semangat layak untuk diapresiasi.

Jalan-Jalan Untuk Guru
Sebenarnya kalau disebut mendobrak sistem, enggak juga. Jalan-jalan adalah sesuatu yang biasa saja. Sudah dilakukan sejak lama oleh para pegiat pendidikan di jaman dahulu kala. Mereka bepergian ke sebuah daerah untuk mencari ilmu, mendapatkan pengalaman langsung dari guru di daerah yang dimaksud. Misalnya ketika mereka ingin belajar tentang pertanian, langsung menuju tempat pertanian dan belajar langsung selama sekian waktu. Menyelami proses belajar bertani dengan terjun langsung di lapangan. Merasakan keseharian petani kemudian setelah pengalamannya memadai ia akan pulang lalu mengaplikasikan pengalaman belajarnya.
Banyak pengalaman yang menarik selama proses jalan-jalan berlangsung. Proses mengenal diri sendiri, lingkungan baru, dan hal-hal yang bisa membukakan wacana sebelumnya. Terutama jika sudah terkukung oleh paradigma sendiri, jalan-jalan menjadi celah masuk untuk melihat ada yang lain di luar sana. Misalnya metode pendekatan belajar yang baru, ilmu-ilmu baru, dan hal-hal lain yang bisa diaplikasikan di dalam kelasnya. 
Khusus untuk kegiatan bertajuk fieldtrip, outing, study ekskursi, karya wisata, wisata edukasi, dan nama-nama lainnya menjadi sangat positif jika mampu diarahkan dengan baik tidak sekadar kegiatan rutin tahunan menghabiskan anggaran atau lebih parah lagi dijadikan ajang bisnis oleh sekolah untuk menarik uang dari orangtua siswa.
Semangat jalan-jalan guru akan menjadi inspirasi buat anak didiknya ketika ia mampu mengemas kegiatan tersebut sebagai pembelajaran. Siswa menyerap proses yang berlangsung dalam diri gurunya lewat cerita perjalanan yang disampaikan pada waktu-waktu tertentu. 
Selain semangat yang bisa mengalir kepada anak didiknya, jalan-jalan juga membuat semangat bekerja semakin baik. Guru akan terlepas dari rasa bosan, penat, dan stress karena tekanan mengajar dan rutinitas sehari-hari. 
Cerita perjalanan saya ada juga di https://steller.co/idenide

Jalan Jalan Untuk Siswa
Mari kita bedah dari sisi siswa yang turut serta dalam kegiatan yang dirancang oleh gurunya atau secara mandiri atau bersama-sama antara guru dan siswa. 
Dalam sisi pembelajaran, semua kegiatan ke luar ruangan selalu banyak sisi yang menarik untuk dikaji. Terutama mengaitkan teori dan praktik. Yang paling menarik misalnya sains, ilmu kebumian, dan ilmu sosial. 
Ilmu yang berhubungan bumi tentu sangat menarik jika siswa langsung melihat dan merasakan bentuk konkrit teori dalam buku. Misalnya melihat jenis-jenis batuan, fenomena alam, kenampakan alam, dan lain-lain. Antusiasme mereka berbeda ketika mendengarkan teori di dalam kelas dengan melihat langsung. Guru bahkan tidak harus memberikan banyak ceramah, cukup memberikan stimulan sebelumnya kemudian biarkan siswa yang menyerap proses pengalaman tersebut di lapangan. 
Jalan-jalan buat siswa juga menjadi media untuk belajar mengambil jeda dari rutinitas keseharian. Memberikan pengalaman untuk membuat mereka tetap bersemangat menjalani rutinitas. Siswa yang sehari-hari bergiat dengan teks-teks buku pelajaran butuh ruang baru untuk melihat dan merasakan suasana baru yang berbeda dari keseharian yang mereka lalui.
Inspirasi jalan-jalan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi akan menjadi pembelajaran seumur hidup buat mereka terutama ketika mereka harus beradaptasi dengan lingkungan baru, suasana baru, kegiatan baru, dan hal-hal baru lainnya yang kelak akan mereka temukan dalam kehidupan yang akan datang. 
Cerita perjalanan mereka bisa menjadi sebuah hal yang menarik dan menginspirasi jika guru mampu mengemas sebuah perjalanan sebagai pendekatan baru dalam mendidik. Tidak usah jauh dari lingkungan sekolah, di lingkungan terdekatpun, sebagai guru kita bisa mengajak mereka untuk jalan-jalan mengenal lingkungan terdekatnya. Jalan-jalan untuk mengkaji, menganalisis, dan membuat solusi atas masalah yang ditemukan selama jalan-jalan. Dalam proses ini, kita sudah mendekatkan proses pembelajaran dari realitas sosial terdekat dengan anak. 

Temui juga cerita lainnya di https://steller.co/idenide



Share:

Senin, Desember 05, 2016

Pentingnya Mengajarkan Lagu Kebangsaan Di Sekolah

Learning without thinking is useless, but thinking without learning is very dangerous!Sukarno, dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi

Lagu-lagu kebangsaan Indonesia menggambarkan semangat, kegigihan, kecintaan, persatuan dan kesatuan, serta kebanggaan sebagai bangsa Indonesia. Mulai dari Lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman yang selalu dinyanyikan pada saat perayaan hari-hari penting nasional. Lagu Indonesia Raya rutinnya dinyanyikan pada saat upacara bendera. Saya masih ingat saat sekolah, setiap senin adalah upacara bendera. Upacara bendera kata guru saya selain menanamkan kecintaan pada negara Indonesia tetapi juga menanamkan kedisiplinan.
Menumbuhkan semangat kebangsaan lewat lagu kebangsaan 
Kecintaan kepada negara Indonesia karena pada saat upacara bendera selain menyanyikan lagu kebangsaan, juga ikut merenungkan bangsa Indonesia secara umum. Kemudian mendoakan para pahlawan yang sudah gugur pada saat mengheningkan cipta, dan bersemangat dengan bangsa Indonesia saat menyanyikan lagu kebangsaan. Semangat dan harapan ini terus dipupuk dalam diri siswa-siswa yang sedang mengikuti upacara bendera. Mereka benar-benar menyanyikan dengan semangat, lantang, dan kompak. Sementara pengibar bendera mengerek bendera sampai ke ujung tiang yang ada di tengah-tengah lapangan upacara bendera.

Pada saat mengerek bendera sampai ke ujung, ada yang ditunggu-tunggu sebagai bahan candaan. Maklum masih remaja, ketika ada hal menarik untuk ditertawakan langsung menarik perhatian. Saat yang ditunggu tersebut adalah kesesuaian antara akhir lagu kebangsaan dengan sampainya bendera di ujung tiang bendera. Jika terjadi kesesuaian maka bahan candaan hilang dan upacara lancar, sementara jika tidak terdapat kesesuaian maka spontan beberapa orang akan tersenyum bahkan mungkin tertawa. Walau tidak terbahak-bahak tapi peristiwa lucu saat upacara bisa menjadi perbincangan ketika waktu istirahat tiba. Kelucuan-kelucuan yang menarik dikenang sekarang. Bukan karena menertawakan lagu kebangsaan atau upacara benderanya, lebih karena merasa lucu atas tingkah polah remaja.

Semangat Kebangsaan

Lagu kebangsaan yang membuat bersemangat lainnya adalah Hari Merdeka. Kalau menyanyikan lagu ini, rasanya semangat benar-benar berkobar sangat besar. Tambah membesar ketika dinyanyikan serentak dalam jumlah orang yang menyanyikannya banyak. Lagu kebangsaan ini dinyanyikan biasanya pada saat upacara hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dilakukan setiap tanggal 17 Agustus. Perhatikan liriknya “Merdeka, sekali merdeka tetap merdeka. Selama hayat dikandung badan!”. Bergetar semangat ini saat lirik tersebut. Inilah saat yang menarik dan bersemangat ketika upacara bendera.

Sementara lagu syahdu yang harus khidmat pada saat lagu kebangsaan yang dinyanyikannya ketika mengheningkan cipta. Ketika menyanyikan lagu ini, rasanya merinding, apalagi pemimpin upacara meminta untuk mendoakan arwah para pahlawan yang sudah gugur. Mendengar kata ‘arwah’ saja rasanya sudah merinding, apalagi ditambah dengan lagu mengheningkan cipta yang syahdu dan senyap. Yah... pada saat dinyanyikan lagu ini, suasana terasa senyap dan hening. Bayangan menjelajah ke para pahlawan yang sudah gugur pada saat berjuang merebut kemerdekaan dan juga berjuang mempertahankan kemerdekaan negara Indonesia.

Di tengah-tengah suasana senyap, sunyi, dan khidmat ini, terselip juga rasa patriotisme yang tinggi. Ada semacam kebanggaan yang muncul saat ketika upacara. Saat-saat mengheningkan cipta adalah saat merenungkan dan bersyukur atas kemerdekaan yang dicapai bangsa Indonesia untuk lepas dari penjajahan bangsa asing. Merenungkan dan mengheningkan diri untuk merasakan lebih dalam peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu untuk kebaikan di masa yang akan datang. Pada saat itu pula, ada semacam tuntutan mengisi kemerdekaan dengan segala aktivitas yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia. Patriotisme memang tidak hadir dari slogan-slogan, dia hadir dari perenungan dan tindakan semua bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Patriotisme

Patriotisme yang muncul dari upacara bendera tentu sangat berbeda dengan patriotisme yang muncul dari teori-teori yang diajarkan di dalam kelas. Teori-teori yang ada dalam pelajaran Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah dan Perjuangan Bangsa, dan Pendidikan Kewarganegaraan, hanyalah sebagian kecil usaha yang bisa disampaikan kepada anak didik. Tetapi patriotisme yang hadir dari perenungan yang mendalam saat upacara berbeda, rasanya lebih baik dibandingkan dengan teori-teori saja. Terpenting juga, lagu kebangsaan bisa menumbuhkan kebanggaan dan patriotisme bagi yang menghayatinya.

Setiap lagu kebangsaan memberikan rasa yang berbeda untuk siapa saja yang menyanyikan dengan penghayatan tinggi. Salah satu contoh lainnya adalah lagu kebangsaan berjudul Ibu Kita Kartini. Saat menyanyikan lagu ini, ada rasa yang sangat berbeda dengan lagu kebangsaan lainnya seperti Hari Merdeka dan Indonesia Raya. Dalam lagu Ibu Kita Kartini, ada semacam cita rasa wanita yang kuat dan tegar. Perjuangan Kartini yang memperjuangkan emansipasi wanita di Indonesia sangat fenomenal. Lagu Ibu Kita Kartini adalah sebentuk apresiasi atas jasa pahlawan perempuan yang berani menegakkan emansipasi wanita.

Sementara pada saat menyanyikan lagu syukur, ada segenap rasa syukur yang dipanjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa. Kadang ini menjadi saat-saat yang mengharukan, apalagi misalnya dinyanyikan setelah mengikuti pendidikan dasar pecinta alam. Pada saat pelantikan menjadi anggota baru, menyanyikan lagu syukur dengan senandung saja membuat suasana sangat haru bercampur baur dengan kesenangan karena sudah berhasil melewati tahapan berat di Pendidikan Dasar.

Lagu kebangsaan lainnya yang menarik dan memberikan semangat adalah Halo-Halo Bandung. Walaupun hanya berada di Bandung tetapi kekuatan lagu ini sangatlah besar. Halo Halo Bandung adalah lagu penyemangat yang membara dan membakar semangat untuk bergerak maju. Dalam lirik lagu Halo Halo Bandung terkandung semangat besar “mari bung rebut kembali”. Ada semacam pesan untuk berjuang tanpa lelah dalam mengambil kembali Bandung yang sudah dibakar.

Share:

Jumat, November 11, 2016

Pembelajaran Mendalam Yang Hadir Di Buku Kami Tidak Seragam dari Sanggar Anak Alam Yogya

Jika orientasi pendidikan hanyalah urusan duniawi semata, maka apalah guna nyalimu? Ia bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan materi” (Sanggar Anak Alam)

Setiap kali ada karya siswa yang mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya melebihi harapan guru, di situ saya selalu merasa takjub dengan potensi anak-anak. Apresiasi yang besar juga saya sampaikan untuk para fasilitator yang mengantarkan proses belajar menyenangkan. Fasilitator yang mampu memfasilitasi anak hingga mengeluarkan potensi terbaik dari dalam dirinya.
Pembelajaran mendalam atau deep learning adalah salah satu fokus pembelajaran yang sering saya lakukan. Untuk diri saya, pembelajaran mendalam membuat saya memahami sisi-sisi lain dari setiap hal yang saya pelajari. Sementara mengantarkan asyiknya pembelajaran mendalam buat anak menjadi pengantara agar anak tidak sekadar belajar saja. Lebih dari sekadar belajar tetapi memaknai, mampu mengaplikasikan pengetahuannya dalam keseharian, dan mampu menjadi bagian utuh dalam dirinya yang tidak terpisah satu sama lain.
Mula-mula lewat proses berpikir mendalam pada setiap kejadian atau pada setiap pelajaran setelah itu terbiasa melakukannya dalam keseharian. Berpikir mendalam akan menghasilkan pertanyaan-pertanyaan penting yang akan membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Pertanyaan menjadi jalan masuk untuk mempelajari sesuatu, penuh rasa ingin tahu, takjub, kemudian bertanya sesuatu yang mendasar lewat ‘mengapa?’. Mengapa begini, mengapa begitu, bagaimana ini bisa terjadi, bagaimana jika begini, dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan terbuka yang membuat gairah untuk mencari tahu semakin besar.
Peran Guru
Guru di jaman sekarang bukan lagi sosok super yang tahu segala hal. Guru bukan lagi sumber ilmu pengetahuan. Guru sekarang harus bisa menjadi fasilitator untuk pembelajaran anak. Membangun kemandirian anak agar mampu belajar dengan cara sendiri. Guru tidak perlu tahu segala sesuatu karena bantuan teknologi membuat anak bisa mengakses sendiri pengetahuan yang ingin ia dapatkan. Guru hanya memberikan sebuah stimulan tentang bagaimana mendapatkan jawaban atas pertanyaan tersebut. Guru tak perlu menjawab semua pertanyaan karena hal ini bisa membuat anak tergantung segalanya kepada guru. Efeknya saat tidak ada guru, anak menjadi malas untuk belajar mandiri, belajar mencaru tahu sendiri, ngulik, dan efek kemalasan lainnya.
Guru yang baik di jaman sekarang harus mampu menyesuaikan kebutuhan pembelajaran anak dengan memfasilitasi pembelajaran di mana pun dan kapan pun. Jika sudah memahami konsep pengalaman adalah guru terbaik, maka sebaik-baiknya guru cukup dengan memberikan pengalaman pada tiap anak didiknya kemudian biarkan anak yang mengambil pelajaran dari pengalaman yang sudah dialaminya.
Less is more, semakin sedikit guru berperan dalam kehidupan anak maka semakin besar potensi anak untuk belajar lewat pengalaman dirinya sendiri. Demikian juga sebaliknya semakin besar peran guru, maka semakin kecil peran anak untuk belajar mandiri.
Sanggar Anak Alam Yogyakarta (salamjogja.wordpress.com)
Pembelajaran mendalam di Sanggar Anak Alam
Lewat pengalaman yang dilalui bersama teman-temannya, anak-anak di Sanggar Anak Alam Yogyakarta mampu mengambil pelajaran penting yang berguna untuk kehidupannya. Anak-anak yang karyanya ditulis dalam buku Kami Tidak Seragam menunjukan kedalaman berpikir yang sangat menarik. Sebut saja Natalia Nane atau Nane anak kelas 6 yang menuliskan pengalaman bertanding badminton. Ia tidak sekadar bermain badminton, ia tidak sekadar bertanding, ia tidak sekadar berlatih, ia mengambil pelajaran penting dari kegiatan yang dilakukannya.
Di buku itu menulis “Selama ini aku dilatih dan disiapkan oleh Pak Ari untuk menjadi pemain tunggal. Pemain tunggal biasanya mengupayakan agar lawan bergerak ke sekeliling lapangan sesering mungkin, dan agar dia berpindah dari posisi basis atau pangkalannya. Pada akhirnya, lawan terpaksa melakukan pukulan yang lemah, agar bola itu bisa dipukul jatuh. Dan lawan harus dibuat bergerak pontang-panting terus, dengan mengubah teknik pukulan dari dropshot ke lop dan melakukan lop sedalam mungkin ke sudut backhandnnya”.
Di akhir ia juga menulis sebuah pengalaman yang sangat indah “Untuk menjadi pemain badminton yang berhasil, aku harus disiplin berlatih, makan makanan yang sehat, istirahat yang cukup, dan berdoa kepada Tuhan agar membantu serta merestui usahaku ini”.
Di cerita yang lain, Elang Sakti Wiwardana kelas 5 misalnya menuliskan sisi yang menarik tentang proses pembelajaran mendalam ini. Risetnya tentang kegiatan memancing. Dari kegiatan memancing ia menulis pembelajaran yang ia dapatkan. Misalnya ia menulis “menunggu ikan itu sangat lama dan membutuhkan kesabaran yang tinggi....... Memancing itu butuh kesabaran, walaupun aku tidak dapat ikan tetapi aku tetap senang”. Kesenangan adalah awal dari pembelajaran yang bermakna. Dengan senang hati ia tidak akan merasa capai untuk belajar bahkan ia tidak merasa sedang belajar padahal banyak sekali pembelajaran yang ia dapatkan.
Kedua cerita singkat itu sangat indah dan dalam bukan? Yah buat saya, ia tidak sekadar memancing, bermain, dan berlatih saja tetapi ia membagi tips dan pelajaran penting dari sebuah pengalaman yang sudah dilaluinya. Pengalaman yang dituliskan Nane buat beberapa anak yang berlatih mungkin saja terlewatkan. Demikian juga pengalaman memancing Elang, bisa terlewatkan begitu saja karena berbagai alasan seperti capai dan malas berpikir. Sayangnya hal itu tidak berlaku buat mereka. Mereka tetap mengambil pelajaran dari kegiatan mancing atau berlatih badminton. Jangan lupakan berdoa kepada Tuhan, kedalaman spiritualisme muncul dari seorang anak kelas 6 lewat kegiatan berlatih badminton. Persis seperti kutipan di atas, “Jika orientasi pendidikan hanyalah urusan duniawi semata, maka apalah guna nyalimu? Ia bukan sesuatu yang bisa dibeli dengan materi”. Ayo sebarkan semangat pembelajaran mendalam karena pendidikan bukan sekadar urusan duniawi, ada yang lebih dalam dari itu!

Kami Tidak Seragam, Rekam Jejak Anak Salam (Iden Wildensyah)



Share:

Minggu, Oktober 23, 2016

Gadis dan Hujan

Di sebuah kafe di kota kecil, seorang gadis duduk di pojok ruangan. Di tangannya sebuah buku yang berjudul The Man Who Love Books Too Much, tampak asyik tidak terganggu lalu lalang pengunjung yang datang silih berganti. Sesekali ia berhenti untuk menyeruput kopi yang tersedia di mejanya.
Menunggumu yang tak jua datang ketika hujan terus mengguyur
Meja di pojok itu kecil, terbuat dari kayu jati dengan gurat-gurat yang masih alami. Dua kursi nyaman yang senada dengan warna kayu dibuat agar pengunjung nyaman mendudukinya. Satu kursi kosong, sepertinya ia sediakan untuk temannya. Bisa jadi teman lelakinya atau teman perempuannya. Ia sedang menunggu seseorang yang akan datang sore itu.

Di luar, air hujan jatuh membasahi jalanan. Lalu lalang angkot yang membawa penumpang tak berhenti di depan kafe itu. Hujan makin deras. Angin bertiup kencang dan suhu terasa makin dingin. Tanpa pendingin ruangan saja, suhu sudah teras dingin.

Di raihnya tas ransel yang ia simpan di samping kursinya, lalu ia ambil sweater. Dingin membuat ia harus memakai baju hangat. Bukunya masih terbuka, ia lepaskan dari tangannya sebentar kemudian ia letakan di atas meja. Baju hangat kini ia pakai. Sebentar ia urai rambut panjangnya yang kusut saat mengenakan baju hangat tadi dengan tangannya. Ia raih kembali buku yang tadi ia simpan di atas meja. Kembali ia tenggelam dalam bukunya.

Hujan masih terus mengguyur kota, orang-orang berteduh di pelataran toko, di halte angkot, di terminal, dan tempat-tempat yang cukup aman untuk berlindung dari derasnya air hujan.

Hampir 2 jam lebih, gadis itu masih asyik dengan buku di tangannya. Seseorang yang ia nantikan belum datang jua. Ia masih tetap berharap seseorang menemaninya membaca buku sore itu. Hujan belum juga reda dan seseorang masih tertahan langkahnya, entah berada dimana.

[Bulan Indah Januari]
Share:

Selasa, Oktober 04, 2016

Inilah Tips Traveling Hemat Untuk Mahasiswa

Traveling kini bukan hanya komoditas orang-orang berduit saja. Traveling kini sudah menjadi kebutuhan banyak orang dari berbagai golongan. Tak terkira banyaknya orang yang senang melakukan perjalanan di dalam maupun di luar negeri. Perkembangan teknologi informasi semacam media sosial semakin membuat banyak orang melakukan perjalanan. Ada yang memang tujuan refreshing, pekerjaan, hobi tetapi ada juga yang sekadar ingin terlihat gaya dan mengikuti trend global.

Untuk orang luar negeri, para turis asing yang melakukan traveling bersama-sama maupun sendirian atau solo traveling, perjalanan ke tempat-tempat baru itu bukan sesuatu yang baru. Buat mereka traveling seolah sudah menjadi semacam kebutuhan. Hal yang sangat wajar mengingat traveling bisa menjadi semacam bentuk manusia mengadaptasi lingkungan. Misalnya saat musim dingin yang sangat drastis penurunan suhunya, maka orang-orang sekitar akan mencari daerah yang hangat untuk bisa bertahan hidup.

Nah, hal ini yang mendasari beberapa traveler berani menempuh perjalanan jauh sekalipun itu berisiko. Mereka tidak mengenal lagi ketakutan-ketakutan karena sudah menjadi kebutuhan hidup untuk bertahan. Daripada mati kedinginan mending mencari daerah yang hangat sekalipun itu harus berlayar jauh. Liburan-liburan panjang di musim dingin akan dimanfaatkan oleh mahasiswa di sana seperti di Eropa untuk melancong atau traveling ke daerah tropis seperti Asia Tenggara.

Tidak boleh kalah dengan mahasiswa lain yang traveling untuk mencari pengalaman, kita juga bisa meniru hal baik tersebut di Indonesia. Cukup untuk dalam negeri saja. Mengelilingi Indonesia tidak akan cukup waktu sebulan. Banyak sekali tempat-tempat menarik yang harus dikunjungi untuk mengeksplorasi keindahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pulau-pulau yang tersebar di Indonesia sangat banyak, gunung-gunung tinggi, dan lembah-lembah yang indah menunggu kita untuk didatangi.

Traveling mahal, yah! Kalau tidak bisa menyiasatinya, kegiatan traveling akan terasa sangat mahal tetapi jika bisa menyiasatinya maka kita bisa menikmati perjalanan mengelilingi Indonesia dengan harga hemat. Beberapa tips praktis ini mungkin bisa menjadi referensi untuk mewujudkan traveling hematmu:

1. Bangun jaringan pertemanan mahasiswa yang baik
Bangun jaringan yang baik antar mahasiswa (findmotivationtoday.com)
Membangun jaringan yang baik antar sesama mahasiswa di berbagai daerah di Indonesia bisa membantumu untuk mengurangi pengeluaran. Jaringan mahasiswa antar daerah sering bahu membahu untuk saling menolong jika ada tamu mahasiswa dari daerah lain. Jaringan ini sangatlah mahal karena tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang. Jaringan mahasiswa banyak sekali ragamnya mulai dari minat sampai jurusan tertentu. Berdasarkan minat seperti mahasiswa pecinta alam, unit pers mahasiswa, unit fotografi mahasiswa, dan jenis minat-minat lainnya. Berdasarkan jurusan seperti jurusan teknik sipil, jurusan teknik arsitektur, jurusan komunikasi, jurusan hukum, dan berbagai jurusan lainnya.

2. Bergabung dengan media sosial khusus traveler
Bergabung dengan sosial media khusus traveler (bussines2comunity.com)
Banyak sekali kemudahan yang didapatkan ketika perkembangan teknologi informasi sangat membantu untuk mewujudkan traveling hematmu. Media sosial yang umum digunakan seperti facebook, twitter, Google+, dan lain-lain, bisa membantumu untuk menemukan orang yang memiliki minat yang sama denganmu untuk menjelajahi. Di luar media sosial itu, ada juga media sosial khusus traveler seperti couchsurfing bisa membantumu untuk membangun komunikasi dengan teman sesama traveler di dalam maupun di luar negeri.

3. Riset penginapan yang terjangkau di lokasi
Riset penginapan yang terjangkau (e27.co)

Jangan lupakan riset sebelum melakukan perjalanan. Riset sangat penting untuk mendukung semua kebutuhanmu selama traveling. Walaupun saat menjalani bisa jadi kamu melakukan banyak improvisasi tetapi riset yang dilakukan mutlak akan menjadi dasar untuk kegiatanmu. Bayangkan jika kamu tidak lakukan riset terlebih dahulu, saat datang di lokasi kota yang dituju, kamu akan kebingungan saat harus menentukan tempat menginap, tempat menyimpan barang-barang, dan hal lainnya seperti tourist center. Untuk memudahkan riset penginapan, Zen Rooms bisa membantumu untuk menentukan penginapan yang sesuai. Buka dari telepon pintarmu kemudian cari penginapan yang dibutuhkan dan nikmati layanannya.

Traveling hemat untukmu akan terasa sangat menarik ketika kamu bisa membagikan pengalamanmu kepada orang lain. Lewat media seperti blog dan media sosial lainnya, catatan atau cerita kamu akan menjadi referensi buat orang yang hendak mengunjunginya. Tentu setiap orang mengalami pengalaman berbeda di suatu tempat tetapi yakinlah bahwa salah satu ceritamu menjadi kebaikan buat orang yang membacanya.

Share:

Jumat, September 23, 2016

Belajar Kebijaksaan Dari Seorang Petani

Alkisah jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang puteranya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa.

Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: 'Wahai Pak tani,sungguh malang nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, 'Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Keesokan harinya, ternyata kuda Pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan. Segera ladang Pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni 'koleksi' kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Pedagang-pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan hargatinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tuanya.


Kisah Inspiratif Kebijaksanaan Seorang Petani

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, ' Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Keesokan harinya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kakinya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, ' Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya. Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah akan baik kembali. Keesokan harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putranya bertempur,dan berkata: 'Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!'. Pak tani hanya menjawab, 'Malang atau beruntung? Aku tidak tahu ...'

Share:

Kamis, April 21, 2016

Perempuan dan Lingkungan Hidup

Setiap Hari Kartini, saya selalu mengingat sosok Vandana Shiva yang menulis buku Water Wars. Yah, dari Vandana Shiva saya kemudian menelusuri jejak-jejak perempuan dan lingkungan hidup. Vandana Shiva (bahasa Hindi: वंदना शिवा: lahir 5 November 1952) adalah cendekiawan, aktivis lingkungan, dan penulis anti-globalisasi India.Shiva yang saat ini tinggal di Delhi telah menulis lebih dari 20 buku. Ia merupakan salah satu pemimpin dan anggota dewan International Forum on Globalization (bersama Jerry Mander, Edward Goldsmith, Ralph Nader, Jeremy Rifkin, et al.) dan tokoh gerakan solidaritas global yang dikenal dengan sebutan gerakan alter-globalisasi. Ia mendukung nilai-nilai tradisional seperti yang pernah dipaparkannya dalam buku Vedic Ecology karya Ranchor Prime. Ia adalah anggota komite ilmiah Fundacion IDEAS, wadah pemikir Partai Sosialis Spanyol. Ia juga merupakan anggota International Organization for a Participatory Society. Pada tahun 1993, Shiva dianugerahi Right Livelihood Award dan sejumlah penghargaan lainnya.
Perempuan dan Lingkungan Hidup

Perempuan dan Lingkungan Hidup
Perempuan yang dilekatkan dengan sifat feminin selama berabad-abad, baik secara natural maupun kultural, lebih dekat relasinya dengan bumi. Secara natural, femininitas perempuan membawa perempuan menjadi sosok yang caring & nurturing, bernaluri merawat dan memelihara, sebagaimana perannya sebagai ibu yang mengandung dan melahirkan, yang  kemudian (secara otomatis diharapkan melakukan peran) merawat dan memelihara anak-anak yang dikandung dan dilahirkannya. Peran merawat dan memelihara itu membuat perempuan banyak berhubungan langsung dengan lingkungan dan bumi secara luas dan positif, sedangkan laki jika berhubungan dengan bumi lebih secara negatif (berburu). Perempuan menjadi bukan hanya secara otomatis lebih peduli  terhadap bumi dan segala yang hidup, namun juga menjadi lebih mudah mengidentifikasikan diri dengan bumi yang melahirkan banyak kehidupan. Sementara itu secara kultural, secara training, perempuan selama berabada-abad lebih diakrabkan dengan dunia domestik dan bercocok tanam yang lebih dekat dengan alam, maka lagi-lagi, perempuan menjadi sahabat alam, sedangkan laki-laki menjadi musuh alam.

Menurut Vandana Shiva, kesalahan sudah dimulai pada definisi mengenai ranah yang dianggap produksi, yaitu mengendai pengertian dan definisi tentang yang produktif dan tidak produktif. Menurut konsep yang sudah diterima oleh umum, yang sangat bias laki-laki, sesuatu dianggap masuk ranah produktif ketika sudah ada internvesi teknologi dan tenaga yang sayangnya adalah bias laki-laki tadi. Contohnya adalah hutan di Kalimantan yang kaya akan keaneragaman hayati dan menjadi sumber kehidupan bagi sejumlah suku dan sub-suku di Kalimantan tidak masuk dalam kategori hutan produktif, karena tidak pernah ada jamahan traktor, atau benih pabrikan, atau tangan-tangan insinyur pertanian dengan berbagai teorinya. Sama seperti mata air yang mengalir dari pegunungan, dan menghidupi jutaan orang yang dilewati sungai tersebut juga tidak dianggap sebagai produktif sampai datang para investor, memasang bendungan berkatup, atau memasukkan air ke dalam botol dan menjualnya ke masyarakat yang sebenarnya tidak membutuhkan botol-botol plastik tadi. Fakta bahwa selama ribuan tahun sebelum ada internvensi teknologi alat berat dan internvensi pabrikan tadi sudah ada tangan-tangan perempuan dan laki-laki, tetapi terutama perempuan, yang membuat hutan dan sungai mampu nenghidupi ribuan penduduk di sekitarnya, tidak bisa diperhitungkan sebagai sebuah proses produksi. Saya katakan terutama perempuan, karena dengan gender divisioan labor tradisional seperti diuraikan di atas, perempuan yang lebih banyak secara langsung berinteraksi dan memanfaatkan sumberdaya alam tersebut.

Dalam analogi demikian, kerja perempuan dalam mengambil air bersih dari mata air sampai di atas meja makan, dan atau mengambil hasil hutan dan mengubahnya menjadi makanan di atas meja makan atau bahkan di warung-warung kecil di depan rumahnya tidak masuk dalam kategori produktif.  Masih menurut Shiva, perempuan beraktifitas di ranah ekonomi subsistense, berproduksi dan reproduksi dalam kemitraan dengan alam, menjadi ahli di bidangnya secara lebih holistis dan ramah lingkungan. Namun model pengetahuan, keahlian, dan bidang produksi yang mereka lakukan itu tidak dakui oleh teori kapitalisme dan kaum reduksionis.

Menurut Shiva, kita perlu berhati-hati dengan pandangan yang selama ini seperti sudah diamini oleh dunia modern (diperkenalkan oleh Francois Bacon) bahwa “knowledge is power”.  Dalam teori Bacon, pengetahuan adalah sumber kekuasaan, karena pengetahuan sanggup menghasilkan keuntungan, memperbesar kemampuan dan kekuasaan manusia.  Shiva menganggap hal tersebut sebagai tradisi epistemologi Barat yang membawa kekuatan patriarkis dan bersifat reduksionis.  Hal ini disebabkan karena tradisi pemikiran itu mengubah kemampuan manusia untuk mengetahui alam dengan menyingkirkan cara-cara mengetahui yang berbeda yang memiliki paradigma lain, yang tidak berbicara keuntungan dalam perspektif material dan ekonomis semata, dan sekaligu pelaku pengetahuan lain tadi.

Para Perempuan Penggerak Lingkungan Hidup di Dunia
Perkembangan permintaan sumber daya di seluruh dunia telah mengancam kesehatan lingungan hidup dunia sampai ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kecuali kebijakan baru ditetapkan, situasi ini dapat memiliki implikasi menghancurkan bagi perkembangan manusia. Dalam konteks ini, wanita dan anak-anak dapat menjadi peserta yang sangat aktif dalam membela lingkungan dan menghentikan, atau bahkan membalikkan degradasi dari sumber daya alam kita.

Pada tingkat dunia, ada kesadaran yang tumbuh akan kebutuhan dan pentingnya membuat perempuan berkontribusi terhadap identifikasi masalah lingkungan, serta dalam perencanaan kegiatan-kegiatan yang diarahkan pada pembangunan yang berkesinambungan dari komunitas mereka.
Selama 200 tahun terakhir, proses industri telah bertanggung jawab atas peningkatan tingkat polusi dan degradasi udara, air, dan tanah. Selain eksploitasi sumber daya alam tak terlarang, praktek-praktek pertanian yang tidak sehat memiliki efek sangat buruk bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat dan kualitas hidup. Perempuan dan anak-anak telah sangat terpengaruh.

Perempuan , terutama yang sedang hamil, sangat rentan terhadap beberapa ancaman lingkungan, khususnya wanita yang tinggal di daerah pedesaan atau di pinggiran kota marjinal di negara-negara berkembang. Sampai saat ini, wanita memiliki beberapa pilihan akan jenis gaya hidup yang mereka ingin pimpin dan lebih sedikit kesempatan untuk mengubah kondisi yang tidak memuaskan dan meningkatkan kesehatan keluarga dan diri mereka sendiri.

Karena peranan mereka sebagai manager rumah, penyedia ekonomi, dan peran mereka dalam reproduksi, perempuan rentan terhadap masalah kesehatan dan bahaya dalam beberapa situasi. Terutama sistem reproduksi perempuan hamil rentan terhadap kontaminasi lingkungan. Setiap langkah dalam proses reproduksi dapat diubah oleh zat-zat beracun di dalam lingkungannya. Zat-zat beracun ini dapat meningkatkan resiko aborsi, cacat lahir, keterbelakangan pertumbuhan janin, dan kematian pra-lahir.

Meskipun dalam waktu lama perempuan telah dianggap sebagai penerima bantuan pasif, bukan peserta aktif dalam pembangunan, peranan mereka sangat penting baik bagi perekonomian negara-negara berkembang maupun untuk masa depan lingkungan. Dalam hal itu, sebagai pendidik lingkungan dan motivator bagi perubahan, perempuan adalah agen kunci dalam proses yang mengarah ke pembangunan yang lebih berkelanjutan dan sehat di planet ini.

Perempuan adalah pelindung tradisional lingkungan. Sebuah survei dunia akan sikap publik terhadap lingkungan yang disponsori oleh Program Lingkungan PBB menunjukkan bahwa wanita, bila dibandingkan dengan laki-laki, lebih cenderung memilih standar hidup yang lebih rendah dengan resiko kesehatan yang lebih sedikit daripada standar hidup yang lebih tinggi dengan resiko kesehatan yang lebih.

Mungkin contoh terbaik akan partisipasi perempuan dalam kegiatan lingkungan diwakili oleh pemenang Hadiah Nobel Wangari Maathai, pendiri gerakan Green Belt. Melalui usahanya, lebih dari 30 juta pohon telah ditanam oleh para partisipan gerakan ini di tanah publik dan swasta. Karyanya telah memimpin pemulihan hutan-hutan Kenya yang berkurang cepat dan telah memberdayakan perempuan pedesaan dalam teknik pelestarian lingkungan.

Di Nepal, Saraswoti Bhetwal telah mampu bertahan sebagai petani berkat teknik-teknik yang dipelajari di Pusat Internasional bagi Pembangunan Pegunungan Terpadu (PIPP), seperti pemanenan atap air, irigasi tetes, pembuatan kompos, dan pemerataan teras.

Di Amerika Latin, perempuan pribumi menjadi lebih aktif dalam penggunaan strategi pengurangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, peningkatan partisipasi perempuan dalam sumber-sumber pemikir dan aktivitas pelatihan lingkungan yang memungkinkan mereka untuk mendidik masyarakat dan pembuat kebijakan tentang hubungan penting antara wanita, penggunaan sumber daya alam, dan pembangunan berkelanjutan.

Dalam hal itu, perempuan memiliki akses yang lebih baik ke isu-isu lingkungan lokal dan bagaimana untuk melakukan pendekatan dibandingkan dengan pria. Perempuan sering memiliki peran kepemimpinan dalam mengurangi penggunaan yang tidak perlu terhadap sumber daya, mempromosikan etika lingkungan, dan daur ulang sumber daya untuk meminimalkan limbah.

Ada bukti yang berkembang bahwa perempuan di beberapa negara di seluruh dunia mengambil peran sentral dalam gerakan penting lingkungan. Dan ada peningkatan keyakinan bahwa kebijakan pembangunan yang tidak melibatkan wanita dan juga seperti halnya laki-laki tidak akan sukses dalam jangka panjang. (artikel ini diolah dari berbagai sumber)
Share:

Senin, November 23, 2015

Banti, Cerita Kepedulian Kepada Lingkungan dan Masyarakat Lokal

Banti bisa jadi salah satu destinasi menarik untuk anda kunjungi. Letak di bawah Tembagapura. Ketinggiannya berkisar antara 1.000-1.500 mdpl. Cukup dingin untuk ukuran mereka yang terbiasa sehari-hari berada di pantai tapi hangat buat mereka yang sering berada di ketinggian seperti Tembagapura. Banti termasuk salah satu wilayah binaan PT Freeport Indonesia. Semua fasilitas umum dibangun dari dana corporat social responsibility untuk masyarakat setempat seperti jalan, jembatan, gedung sekolah, rumah sakit, pasar, dan lain-lain.
Eksotisme Banti sudah terasa sejak memasuki kawasan desa. Dipinggir jalan tanaman hijau tersebar dengan baik. Sungai mengalir dengan deras. Penduduk berjalan dengan damai di pinggir sambil membawa gendongan yang disangkutkan ke kepalanya. Di beberapa lokasi sungai, tampak para penambang tradisional melakukan aktivitas penambangan menggunakan alat seadanya seperti saringan dan penyedot air sungai. Aktivitas yang mengundang banyak pendatang ke Tembagapura. Terlihat sepanjang jalan banyak sekali pendatang yang mendirikan bangunan semi permanen.
Beberapa warung yang menyediakan kebutuhan sehari-hari tampak mencolok karena warna barang jualannya yang kontras berbeda dengan alam sekitar. Sebut saja barang-barang dari plastik seperti ember, gayung, dan beberapa jenis pakaian. Pendatang ini seolah memeriahkan suasana penambangan di sungai tersebut. Beberapa dosen yang saya kenal sewaktu kuliah dulu pernah bercerita tentang para penambang tradisional ini. Mereka menggunakan air raksa untuk memisahkan mineral emas dari pasir tailing yang ada di sungai tersebut. Sebuah aktivitas yang berbahaya karena menyangkut logam merkuri yang akan mencemari air sungai dan biota lainnya. Terlebih selain biota yang hidup di sekitar sungai tetapi juga manusia.
Selama perjalanan ke Banti, sesekali saya melihat rumah tradisional Papua yaitu Honai tetapi sudah lebih modern karena atapnya menggunakan terpal atau plastik. Dalam Honai yang benar-benar asli, atapnya terbuat dari bahan alami yaitu sirap. Honai yang masih tersisa di Banti, bagian bawahnya tetap menggunakan deretan kayu-kayu yang keras. Sebagian rumahnya sudah ada yang berjenis panggung seperti rumah di pulau Jawa. Honai terselip di antara beberapa bangunan di sepanjang jalan.
Akses jalan ke Banti terbilang sangat mulus untuk ukuran jalan desa. Jembatan berdiri kokoh dilewati setiap hari oleh penduduk yang hilir mudik dari atau ke desanya setiap hari. Jalanan yang mulus ini harus tetap berhati-hati jika menggunakan kendaraan. Babi yang dipelihara oleh masyarakat setempat sering berlalu lalang di jalanan. Babi adalah harta yang paling berharga untuk kebanyak suku di Papua. Saking berharganya, babi dijaga sedemikian rupa agar tidak hilang. Babi juga masuk rumah dan tidur bersama-sama dengan pemiliknya di dalam rumah.
Jika saja seekor babi tertabrak dan mati, harga penggantiannya bisa lebih mahal dari harga kambing di pulau Jawa. Misalnya untuk babi yang baru beberapa bulan lahir saja harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Seorang kawan bercerita bahwa temannya pernah harus mengganti sampai dua juta rupiah untuk seekor babi kecil yang tertabrak kendaraannya. Dengan terpaksa mereka harus merogoh sakunya dalam-dalam karena urusannya berabe jika tidak diselesaikan.
Hal lain yang penting diperhatikan adalah etika dan sopan santun. Kedua hal ini sangat universal dimanapun dan kapanpun kita berada. Memasuki Banti berarti anda memasuki wilayah adat tradisional. Di awal kunjungan saya diingatkan untuk berhati-hati saat berbincang dan memotret. Jangan sampai menjadi masalah hanya karena ketidaktahuan kita. Berbicara dengan penduduk lokal tentu sangat mengasyikan tetapi jika tidak tahu caranya, hal itu akan sangat merugikan kita. Para penduduk di Papua sangat berhati-hati saat berbicara dengan pendatang. Seorang guru di asrama Papua menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena antar satu suku dengan suku lainnya terkadang beda makna pada satu jenis kata. Untuk menghindari perbedaan makna ini, para penduduk lebih banyak terlihat seperti malu-malu saat diajak berbicara. Mereka mengobservasi dulu kita. Setelah terasa nyaman, obrolan akan mengalir. Berbeda dengan mereka yang sudah sering berinteraksi dengan penduduk dari luar, sudah tak sungkan lagi dan sangatlah asyik berteman dengan mereka.
Di Banti, semua akses masyarakat untuk pendidikan dan kesehatan dilakukan dengan gratis. Jika ada warga yang sakit, dokter dan tenaga kesehatan tak segan untuk menjemputnya bahkan sekalipun menggapai pedalaman. Dengan menggunakan helikopter, dokter dan tenaga medis siap melakukan pelayanan ke kampung-kampung. Jika bisa dirawat di rumah sakit Banti, warga yang sakit akan dirawat sebaikmungkin. Kalau ternyata sangat parah dan membutuhkan perawatan yang lebih, pasien akan dibawa ke rumah sakit di Jakarta. Jikapun ternyata di Jakarta terbatas, pasien akan dibawa ke luar negeri (Australia) dengan tetap gratis karena biaya perawatan akan dibayar oleh PT Freeport Indonesia.
Sebuah bentuk pelayanan masyarakat yang totalitas serta bakti untuk negeri yang nyata. Banti hanyalah bagian kecil dari bentuk dukungan perusahaan kepada masyarakat setempat. Bagaimanapun segala sesuatunya harus seimbang. Kepedulian kepada masyarakat sekitar harus terus ditingkatkan. Jangkauan yang lebih luas agar semua masyarakat Papua merasakan nilai dari kehadiran perusahaan harus makin dikembangkan. Jika bukan oleh mereka yang memiliki kepedulian kepada sesama, oleh siapa lagi? Tanggungjawab kemanusiaan adalah yang terpenting. Eksplorasi alam boleh dilakukan selama masyarakat setempat bisa merasakan hasilnya. Mengabaikan masyarakat berarti mengabaikan UUD 1945 bahwa alam beserta isinya digunakan untuk kemakmuran rakyat.
Share:

Rabu, November 18, 2015

Malapetaka lingkungan Karena Merkuri

Limbah yang mengandung logam berat merkuri pernah menjadi malapetaka di berbagai tempat di dunia. Inilah beberapa catatan dampak tailing pada lingkungan yang sangat merusak dan dampaknya tidak hanya terjadi pada satu periode saja tetapi bisa sangat panjang dan turun temurun. Beberapa kalangan menilai logam berat yang berbahaya tersebut ada dalam limbah pembuangan pabrik kimia dan juga dalam tailing yang dihasilkan oleh pertambangan tembaga, emas, dan perak. Tailing yang mengandung merkuri dihasilkan oleh perusahaan yang dalam pengolahannya menggunakan air raksa atau logam berat lainnya. Prof Otto Soemarwotto seorang ahli lingkungan dari Universitas Padjadjaran dalam bukunya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan menuliskan beberapa catatan penting tentang kejadian karena merkuri yang menimpa beberapa negara di dunia.

Minamata

Pada akhir tahun 1953 di antara penduduk nelayan dan keluarganya di sekitar Teluk Minamata, Jepang di baratdaya Pulau Kyushu, yang makanan utamanya terdiri atas ikan, terjadilah wabah neurologis yang tidak menular.

Minamata Bay
Para penderita secara progresif mengalami melemahnya otot, hilangnya penglihatan, terganggunya fungsi otak dan kelumpuhan yang dalam banyak hal berakhir dengan koma dan kematian. Penyakit itu belum dikenal oleh dunia kedokteran. Baru pada tahun 1959 atau 6 tahun kemudian dapat ditunjukan, penyakit tersebut disebabkan oleh konsumsi ikan yang tercemar oleh metilmerkuri. Sumber metilmerkuri ialah limbah yang mengandung Hg dari pabrik kimia Chisso Co. yang memproduksi plastik (PVC). Limbah tersebut dibuang ke Teluk Minamata selama beberapa tahun sebelum 1953. Metilmerkuri itu terbentuk dari asetaldehide dan air raksa anorganik yang digunakan sebagai katalisator. Penyakit ini kemudian dikenal dengan nama penyakit Minamata.

Pada tahun 1964-1965 terjadilah ledakan kedua penyakit MInamata di antara penduduk nelayan dan keluarganya yang hidup di sekitar Niigata yang terletak di pantai Laut Jepang di utara Tokyo. Di sini pun ikan merupakan makanan harian para korban. Ikan itu berasal dari laut dan sungai Agano yang mengandung limbah pabrik alat listrik Showa. Ledakan ketiga terjadi pada tahun 1973 di Goshonoura di Pulau Amakusa yang berhadapan dengan Minamata.

Walaupun air raksa di dalam air laut semula rendah, organisme tertentu dapat menimbun air raksa yang diserapnya dari lingkungannya ke dalam tubuhnya. Peristiwa ini disebut bioakumulasi. Kadar tersebut makin lama dapat menjadi makin tinggi dalam rantai makan-memakan dari plankton sampai ke ikan. Dalam ekologi rantai makan-memakan disebut rantai makanan dan masing-masing matarantai disebut tingkat trofik. Rantai makanan berlanjut dengan dimakannya ikan oleh burung, kucing, dan manusia. Dengan demikian kucing dan burung serta manusia yang menempati tingkat trofik dapat menimbun air raksa sampai ke tingkat yang beracun. Karena gejala penyakit Minamata tidak hanya terdapat pada manusia, melainkan juga pada kucing dan burung.

Gandum Tercemar Air Raksa di Irak

Malapetaka selanjutnya yang berkaitan dengan air raksa ini terjadi di Irak. Saat itu Irak menerima benih gandum dari Meksiko yang telah diperlakukan dengan fungisida air raksa, yaitu etilmerkuri p-toluen sulfonanilida. Benih tersebut dimaksudkan untuk ditanam dan bukan untuk dikonsumsi. Akan tetapi penduduk yang melarat telah memakannya, sehingga mengalami keracunan.  Dengan jatuhnya korban pemerintah Irak mengumumkan, siapa pun yang mempunyai benih yang telah diperlakukan itu akan ditindak tegas, bahkan akan dihukum mati.
Pengumuman tersebut membuat petani ketakutan sehingga membuang benih tersebut ke sungai dan danau yang berdekatan. Akibatnya ialah tercemarnya air sungai dan danau yang mengakibatkan peracunan penduduk yang amat luas. Diperkirakan 5.000 sampai 50.000 orang meninggal dan lebih dari 100.000 orang atau bahkan mungkin sampai 500.000 orang telah menjadi cacad seumur hidup.

Pengolahan konsentrat tanpa merkuri

Begitu besarnya dampak karena pencemaran merkuri dari tailing sisa pengolahan mineral tambang, kini sudah banyak perusahaan tambang yang meninggalkan air raksa. Semua pelaku industri dalam pengolahan barang tambang tidak lagi menggunakan merkuri untuk memisahkan mineral yang dibutuhkannya. Selain merugikan lingkungan juga merugikan perusahaan itu sendiri karena proses recovery membutuhkan waktu yang lama.

Penyakit karena merkuri bersifat menurun seperti yang sudah ditulis sebelumnya. Dalam satu rantai makanan ketika satu mata rantai tercemar maka rantai-rantai lainnya akan akan ikut tercemar. Bukan hanya satu atau dua saja korbannya, melihat data dari korban di Irak ternyata bisa sampai 500.000 orang yang menjadi korban karena merkuri ini. Pengawasan yang ketat pada tailing sangatlah dibutuhkan. Reklamasi lahan yang tepat sehingga bisa berfungsi kembali seperti sediakala sangat penting untuk dilakukan. Demikian juga dengan penanganan lingkungan dari mulai hulu sampai hilir mutlak untuk diperlukan.


Dampak sosial terhadap masyarakat lokal setempat harus diperhatikan secara menyeluruh. Semua yang terdampak harus mendapatkan prioritas penanganan yang memadai. Jika tidak dilakukan maka gejolak sosial karena kehadiran perusahaan tambang akan terjadi. Alih-alih tenang melakukan eksplorasi, yang terjadi malah sebaliknya. Kerugian besar yang harus ditanggung oleh perusahaan. Tanggungjawab sosial dan lingkungan adalah kewajiban yang harus ditunaikan dengan baik.
Share:

Jumat, November 13, 2015

Reklamasi Lahan Yang Menarik di Sisi Grasberg

Rumput hijau yang indah di sisi tebing karst (Iden Wildensyah)
Selama ini banyak orang hanya terfokus melihat penambangan terbuka yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia di Grasberg tetapi tak banyak orang yang melirik aktivitas reklamasi lahan di sisi yang lainnya. Reklamasi di sisi Grasberg juga sangat penting untuk diperhatikan selain aktivitas penambangannya itu sendiri. Penambangan dan reklamasi lahan adalah dua hal yang harus berjalan beriringan. Ketika salah satu aktivitas dilakukan tanpa diikuti dengan aktivitas lainnya, maka ketidakseimbangan ekosistem akan terjadi. Reklamasi ini sangat penting dalam rangka mengembalikan kondisi tanah sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya, maka terhadap lahan bekas pertambangan, selain dilakukan penutupan tambang, juga harus dilakukan pemulihan kawasan bekas pertambangan.
Penambangan terbuka jelas mengubah bentuk dan struktur bumi. Misalnya dari sebuah lahan terbuka dengan banyak sekali vegetasi, ketika terjadi penambangan maka lahan tersebut akan hilang. Vegetasi alami yang awalnya tumbuh di atas lapisan atas akan berubah seiring perubahan pada kontur tanahnya. Perubahan ini bukan tanpa sebab, perubahan lahan ini memang di desain untuk mendapatkan kandungan mineral yang dibutuhkan. Mineral yang ditambang misalnya seperti tembaga, emas, dan perak. Bahan mineral ini kemudian diolah menjadi bahan baku untuk barang-barang yang kita gunakan sehari-hari seperti perangkat alat elektronik, kendaraan, dan kebutuhan lainnya.

Kelestarian Alam dan Reklamasi

Bibit tanaman untuk reklamasi lahan PT Freeport Indonesia (Iden Wildensyah)
Dalam bukunya Etika Lingkungan, Sony Keraf mengatakan bahwa melestarikan warisan alam adalah memberi prioritas pada nilai lain selain nilai ekonomis, nilai keindahan alam, nilai penghormatan akan apa yang diciptakan sendiri dan lebih dari itu, nilai kehidupan itu sendiri.
Reklamasi tambang pada dasarnya adalah usaha untuk memperbaiki dan memulihkan kembali kondisi lahan setelah aktivitas penambangan selesai. Aktivitas pertambangan yang melakukan penggalian dan merubah bentang lahan, perubahan iklim mikro hingga ke kondisi fisik lingkungan harus dilakukan usaha memulihkan kembali. Pemulihan ini berguna agar bentang alam yang sudah rusak masih mampu menopang kehidupan di sekitarnya. Baik untuk hewan, tumbuhan, bahkan manusia. Di sisi yang lain industri pertambangan juga menimbulkan dampak positif sebagai sumber devisa negara, pendapatan asli daerah, penciptaan lahan kerja, perubahan ekonomi hingga bertindak sebagai development agen bagi daerahnya. 

Reklamasi Lahan di Grasberg

Luas areal pertambangan terbuka Grasberg berdiameter sekitar 4 km, dengan kedalaman 1 km lebih. Dari Grasberg ini cadangan tembaga, emas, dan peraknya ditambang setiap hari. berdasarkan data produksi bijih (batuan mineral) PT Freeport Indonesia sekitar 220.000-240.000 ton per hari, sekitar 70% datang dari Grasberg.  Grasberg merupakan ikon tambang dunia yang terkenal. Tepat di bagian atas lokasi penambangan Grasberg terdapat sebuah lahan luas yang diperuntukan sebagai tempat budidaya tanaman endemik Papua yang nantinya akan ditanam di lokasi bekas urugan batuan sisa tambang. Lokasinya bernama Nursery Manado Grasberg. Dengan ketinggian lebih dari 3.800 Mdpl, beberapa tanaman khas yang hidup di daerah sub alpine dipelihara setiap hari. Dengan pengawasan yang ketat serta sistematis, beberapa tanaman jenis rumput-rumputan sudah menyebar tumbuh dengan baik di ketinggian Grasberg. Grasberg yang berarti gunung rumput begitu menawan karena kontrasnya warna gunung dinding karst dengan hijaunya daun rumput.
Sebagian polybag menggunakan bahan dari tumbuhan lokal (Iden Wildensyah)
Vegetasi tumbuhan yang dikembangkan di areal pembibitan tersebut antara lain: Deschamsia Klosii, Deschamsia Caespitosa, Rhododendiron spp, dan lain-lain. Tiga bagian yang saya sebut adalah jenis yang ditanam paling banyak. Untuk mereka yang sering naik gunung, beberapa jenis paku-pakuan, serta tanaman yang hanya tumbuh di puncak gunung pasti sudah tak asing lagi saat melihat langsung.
Tanaman-tanaman tersebut dipelihara dan akan menjadi tanaman pelopor di kawasan reklamasi tambang. Tanaman pelopor yang diharapkan menjadi awal untuk mengundang berbagai jenis satwa liar yang biasa hidup di lokasi seperti berbagai jenis burung dan satwa-satwa kecil. Keberadaan satwa ini akan menjadi penyebar alami lewat buah dimakannya kemudian biji yang keluar bersama kotoran hewan tersebut.
Nah, menarik bukan? Buat saya bukan hanya menarik dari sisi pemandangan tetapi dari cara berpikir. Di Grasberg saya melihat cara berpikir yang utuh dan terintergasi saat melakukan eksplorasi alam. Hal ini menjadi penting karena lingkungan itu satu kesatuan utuh yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Saat melakukan kegiatan pertambangan, semua aspek lingkungan harus dipikirkan secara bersamaan. Reklamasi lahan di lokasi PT Freeport Indonesia ini bisa menjadi contoh untuk siapapun. Tentang sistemnya, tentang keteraturan, dan tentang pengawasan yang ketat pada segala aspek lingkungan.
Share:

Senin, Juli 27, 2015

Sambutan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI

Pada Upacara Bendera di Hari Pertama Sekolah Tahun Ajaran 2015/2016.


Hari ini adalah hari istimewa bagi kita semua. Kita mengawali hari dengan berkumpul bersama di halaman ini. Kita bersama-sama melaksanakan upacara bendera, menyanyikan lagu kebangsaan kita, menghormat bendera sembari berbaris rapi sebagai satu komunitas sekolah yang sama. Hari ini istimewa karena inilah hari pertama kita pada tahun ajaran 2015/2016 ini.
Pada hari pertama sekolah ini pula, upacara yang sama ini digelar di setiap sekolah di seluruh penjuru negeri kita tercinta ini. Pada hari ini kalian berdiri rapi bersama saudara-saudara sebayamu dari Sabang sampai Merauke melaksanakan upacara hari pertama memasuki tahun ajaran baru. Semua berseragam rapi, menghormati bendera yang sama, sang dwi warna, menyanyikan lagu kebangsaan yang sama, Indonesia Raya.
Hari ini kita bukan sekadar berkumpul di lapangan. Panjang barisan kalian kalau bergandeng tangan sambung-menyambung akan menghubungkan Kota Sabang di Pulau We hingga Kota Merauke di Papua, yang panjangnya 8.514 km, hingga 4 kali. Berkumpulnya kalian di hari ini adalah juga mengirim pesan bahwa barisan besar ini adalah barisan anak bangsa yang sedang bergerak bersama mendorong kemajuan dan menyongsong masa depan gemilang untuk negeri ini.
Bagi para siswa semua yang saya cintai dan banggakan, di tahun ajaran baru ini, perbaruilah semangat kalian. Belajarlah dengan kesungguhan. Tuntaskanlah setiap pelajaran, terlibatlah dalam kegiatan-kegiatan di sekolah, berlatihlah untuk bisa memimpin dan dipimpin. 
Kalian adalah pemilik masa depan Republik tercinta ini. Kalian tidak hanya sekedar pewaris, tapi di tangan kalianlah masa depan bangsa ini berada. Masa depan negeri ini ada di genggaman anda sekalian! Namun masa depan gemilang tak datang dengan sendirinya, tapi harus diraih melalui kerja keras dan perjuangan, dimulai dari bangku sekolah ini. Pesan saya adalah tinggikan mimpimu, cita-citamu, lalu kerja keraslah, berdoa dengan kesungguhan lalu targetkan pada dirimu bukan hanya berusaha untuk meraih cita-citamu, tapi kalian harus bisa melampaui cita-citamu itu. 
Bagi Kepala Sekolah, Guru dan Tenaga Kependidikan yang saya hormati dan banggakan, anak-anak didik yang hadir disini adalah amanah dari orang tua dan bangsa. Mereka percayakan pada Ibu dan Bapak untuk mendidik, mencerdaskan dan mencerahkan mereka.
Bagi sebagian Guru, hari ini adalah hari pertama bertugas di kelas baru, mata pelajaran baru atau bertemu dengan siswa-siswa baru. Demikian juga bagi Kepala Sekolah, ini adalah hari pertama menyambut siswa-siswa yang masuk dari jenjang paling bawah. Jangan biarkan upacara setiap Senin ini menjadi sekadar kegiatan seremonial, tapi harus menjadi wahana bagi seluruh warga sekolah untuk berinteraksi secara reguler dan menjadi wahana bagi Kepala Sekolah untuk memberikan paparan dan arahan bagi seluruh warga sekolah secara rutin.
Mari bersama-sama kita tingkatkan kualitas pendidikan kita dengan menyadari bahwa bukan hanya para siswa, tetapi kita semua harus bisa dan harus tetap menjadi pembelajar. Mari kita tumbuh kembangkan anak didik kita bukan saja untuk meraih angka-angka tinggi di tiap mata pelajaran, tapi mari kita berikan pada mereka keteladanan dalam berbudi pekerti dan kita tumbuhkan karakter kepemimpinan mereka. Mari kita kembangkan budaya sekolah yang bisa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi efektif, bekerja sama dan berkreativitas bagi semua anak didik kita. Mulai hari ini, mari kita kuatkan jalinan silaturahmi sekolah dengan keluarga melalui interaksi yang baik dan rutin antara Kepala Sekolah, Guru, Siswa, dan Orang Tua/Wali. Mari kita kembangkan semua itu melalui kegiatan intra-kurikular, ekstra-kurikuler maupun kegiatan non-kurikuler. Republik ini membutuhkan generasi baru yang bisa menjawab dan memenangkan tantangan di jamannya nanti. 
Karena itu pulalah, hari ini adalah saat yang tepat untuk memulai babak baru bagi kita semua. Ini saat bagi kita untuk membentuk sekolah menjadi taman, menjadi ekosistem pendidikan yang penuh tantangan tapi menyenangkan bagi semua warganya. Siswa senang belajar di sekolah, guru-guru tulus dan gembira dalam mendidik serta menginspirasi, Kepala Sekolah yang bersemangat membangun budaya baik di sekolahnya serta membina warganya.
Ini juga kesempatan bagi kita untuk memulai pembiasaan dalam ekosistem sekolah ini. Saat kita menumbuhkan kebiasaan-kebiasaan baik yang akan menjadi karakter dan budaya warganya. Mari biasakan lakukan hal baik, mari kerjakan dengan rutin, karena apa yang kita biasakan akan membentuk budi pekerti kita. 
Perlu diingat bahwa budi pekerti ini bukan hanya tentang siswa, tapi juga budi pekerti dari kita semua di dunia pendidikan; termasuk budi pekerti dari seluruh warga sekolah, dari Siswa, Guru, Kepala Sekolah dan Tenaga Kependidikan lainnya.
Dalam usaha penumbuhan budi pekerti ini, mari kita libatkan orangtua secara dekat, karena Orangtua dan Guru adalah mitra yang perlu bergandengan tangan saat menuntun tumbuh kembang siswa. Jangan lupakan pula pelibatan masyarakat dalam proses pendidikan di sekolah. Jangan jadikan sekolah sebagai ruang tertutup, namun bukalah satu dindingnya kepada luasnya kenyataan yang ada di masyarakat. Ajak berbagai elemen masyarakat untuk ikut berbagi kepada siswa di sekolah dan ajak siswa terlibat aktif dalam kehidupan masyarakat di sekitar sekolah.
Mari kita niatkan ikhtiar ini sebagai langkah awal untuk menumbuhkan siswa kita menjadi anak-anak pembelajar. Langkah pertama di tahun ajaran ini bagi Kepala Sekolah dan Guru untuk menjadi teladan sepanjang tahun. Dan bila kita terus bekerja dengan semangat yang sama di sepanjang tahun dan diikuti tahun-tahun berikutnya, maka kita semua sedang bergerak cepat membentuk bangsa kokoh. 
Para siswa yang sedang berdiri di lapangan ini adalah putra-putri bangsa yang akan memimpin Indonesia saat kita merayakan  100 tahun Indonesia Merdeka. Izinkan anak-anak kita tumbuh semua potensinya, menjadi yang terbaik dari dirinya, dan kelak mereka bisa bersama-sama menjadi generasi baru, pembuat Indonesia jadi negeri maju, sejahtera yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. 
Selamat berjuang sepanjang satu tahun ke depan!
Salam hangat dan hormat dari seluruh jajaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
Anies Baswedan
Share:

Postingan Populer