Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label konservasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label konservasi. Tampilkan semua postingan

Selasa, Januari 13, 2015

Tekad

Pagi-pagi terbangun kemudian bersiap-siap menuju kampung tempat bergiat sehari-hari. Setelah mandi, gosok gigi, sholat, sarapan, hidupkan motor melajulah melewati lembah dan punggungan.

Di setiap belokan lembah, ia temui banyak hewan yang riang gembira di pohon. Burung-burung yang berkicau. Tupai yang meloncat dari satu dahan ke dahan lainnya. Sesekali kutemui musang yang melintasi jalanan. Bergegas lari untuk menghindari pemangsa dan manusia. Manusia yang sering memburu hewan-hewan tak berdosa. Apa salah mereka sampai harus diburu? Buat dijual? Dipelihara? Sesungguhnya mereka para pemburu, pembeli, dan pemelihara itu tidak tahu apa yang dirasakan oleh hewan-hewan peliharaannya. Mereka mengurung dalam sangkar, menebak-nebak tentang perasaannya. Lapar beri makan demikian dan seterusnya. Padahal ada perasaan lain yang dirasakan hewan dan tidak diketahui manusia. Perasaan terasing dan tercerabut dari habibatnya adalah hal yang menyiksanya. Bayangkan mereka terpisah dari keluarganya. Anak yang kehilangan induknya. Induk yang kehilangan anaknya.

Perasaan itu mengaduk-aduk sepanjang jalan menuju kampung tempatnya mengajar. Ia pun bertekad untuk mengubah cara pandang anak-anak di kampung itu untuk tidak lagi memburu hewan-hewan tak berdosa. Ia bertekad untuk menghentikan perburuan hewan liar yang dilindungi. Memerangi penjualan hewan dan menggantinya dengan memberdayakan pertanian.

Memutus mata rantai penjualan hewan-hewan liar mulai dari pemburunya. Para pemburu hewan liar akan dibina kegiatan ekonomi yang lebih kreatif dari sekedar memburu. Misalnya dengan mengemas penjualan pertanian di kampungnya dengan lebih kreatif.

Melaju terus motor trailnya melewati jalan setapak sebelum menemui jalan desa. Dengan segudang tekad, ia berjuang untuk kebaikan alam semesta dan semuanya.

Share:

Postingan Populer