Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Sekolah Manusia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sekolah Manusia. Tampilkan semua postingan

Senin, Januari 09, 2017

Ludwig Wittgenstein, Pengaruh Russel, Dan Guru Sekolah Dasar

Dari sekian banyak filsuf yang beredar, Ludwig Wittgenstein saya pilih karena memberikan hal yang sangat menarik sebagai guru. Tentu saja di samping cerita-cerita lainnya yang ia bawa sebagai manusia biasa yang lahir ke dunia ini. Ludwig Wittgenstein berlatar belakang yang jauh dari dunia filsafat adalah seorang mahasiswa Teknik Mesin di Universitas Manchester saat pertama kali berkenalan dengan filsafat. Ia terkejut dengan sebuah pertanyaan, “Apa angka itu?”

Pertanyaan itu yang ternyata jauh lebih menarik dibandingkan materi perkuliahan yang ia dapatkan di bidang teknik mesin. Ia menyadari bahwa pertanyaan itu sangat sulit untuk dijawab.

Ludwig Wittgenstein Bersama Siswa Sekolah Dasar (sumber: theparisreview)

Bertrand Russel
Dari sebuah pertanyaan itu kemudian ia pergi ke Cambrigde untuk menemui Bertrand Russel seorang ahli matematika yang terkenal pada masa itu. Alih-alih memberikan jawaban, Russel malah menyuruh Wittgenstein pergi dan menulis tentang pertanyaan itu. Ketika ia kembali dengan esainya beberapa bulan kemudian, Russel sangat terkesan dengan esainya dan memintanya menjadi seorang filsuf.

Wittgenstein yang awalnya dari bidang teknik mesin di Universitas Manchester kemudian pergi meninggalkan bidang tersebut dan ia pindah ke Cambridge untuk belajar di bawah bimbingan Russel.
Secara tidak langsung, Russel sangat memengaruhi Wittgenstein dan dia menjadi sangat serius menekuni berbagai masalah dan isu filsafat bahasa yang sedang dikembangkan oleh Frege dan Russel. Aliran ini berusaha keras mencari jawaban dari pertanyaan yang dalam dan sangat membingungkan, yaitu “Apa yang membuat bahasa menjadi bermakna?” Para filsuf bahasa biasanya menghabiskan banyak waktu memikirkan mengapa, misalnya kata “ayam” dan “kentang goreng” memiliki arti seperti yang dimaksudkan.

Wittgenstein muda mengembangkan filsafatnya tentang bagaimana kata-kata memperoleh artinya. Menurutnya, bahasa manusia menjadi berarti karena mewakili kenyataan seperti gambar. Sebuah kalimat (para filsuf lebih suka menyebutnya proposisi) punya makna bila kalimat tersebut menggambarkan suatu hubungan yang mungkin. Teori ini kadang disebut teori arti gambar. Dari sini, Wittgenstein memublikasikannya dalam buku Tractatus Logico-philosophicus yang terbit pada tahun 1921.

Buku Tractatus Logico-philosophicus memiliki cerita yang menarik juga. Buku tersebut ditulis dalam parit perlindungan saat Perang Dunia I berkecamuk. Ketika itu, ia menjadi sukarelawan dalam tentara Austria. Menurut catatan, buku ini adalah salah satu buku yang paling sulit dimengerti dalam sejarah filsafat. Kejadian ini mengingat saya pada sosok Tan Malaka yang menyusun buku Madilog dalam berbagai kondisi kritis yang dialami oleh penulisnya. Dalam pengejaran polisi, atau dalam kondisi yang sangat sulit dibayangkan untuk keadaan sekarang.

Menjadi Guru Sekolah Dasar

Salah satu fase perjalanan yang menarik dari filsuf ini adalah guru. Wittgenstein adalah seorang guru sekolah dasar. Setelah menyelesaikan bukunya dan yakin telah menyelesaikan semua masalah filsafat, ia mulai bekerja sebagai guru di sekolah dasar di Austria. Namun jangan dibayangkan ia menjadi guru kreatif, menyenangkan, dan mengasyikan. Kenyataannya semua tidak selancar yang dibayangkannya. Para orangtua murid mengeluh bahwa anak-anak mereka sering diperlakukan kasar oleh Wittgenstein. Mereka bahkan menuntut Wittgenstein dengan tuduhan telah berbuat keji. Wittgenstein akhirnya berhenti mengajar dan kembali ke Cambridge.

Pertanyaan kenapa ia menjadi guru yang kejam buat saya sangat menarik. Kenapa ia berlaku keji saat menjadi pengajar di sekolah dasar tersebut? Saya menganggap ekspektasi dia terhadap anak didiknya terlalu tinggi sementara kenyataan tidak sesuai ekspektasi. Terutama dia yang sangat fokus pada konsep-konsep dasar yang berawal dari bahasa kemudian mentok ketika berhadapan dengan anak-anak atau bisa jadi banyak sekali pertanyaan anak-anak yang mendasar yang ia tidak bisa jawab sebagaimana adanya anak-anak.

Menjadi guru di sekolah dasar bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak sekali hal yang harus dipersiapkan terutama hal-hal yang sifatnya filosofis, psikologis, dan persiapan mental lainnya . Ada kesadaran anak yang belum bisa dijangkau oleh orang dewasa yang membuat mereka terkadang sulit untuk dimengerti dalam wacana orang dewasa. Di sinilah saya menaruh respect kepada guru-guru senior di jenjang pendidikan anak yang sudah lama berkecimpung dengan dunia anak dan tetap bisa objektif dalam membangun pembelajaran menarik dan menyenangkan untuk anak-anak. Saya kira, Wittgenstein tidak sampai pada kesadaran pendidikan anak seperti itu.



Share:

Rabu, September 14, 2016

Pentingnya Memahami Makna Kata Untuk Anak-Anak

Sebut saja namanya Mawar Merah, usianya 10 tahun bersekolah di sebuah sekolah yang mentereng. Sehari-hari diantar jemput oleh supir pribadinya dari rumah ke sekolah dan sebaliknya. Dalam tas yang besar selain buku-buku pelajaran yang tebal, terselip sebuah telepon genggam pintar. Untuk ukuran anak seusianya, keberadaan telepon genggam tersebut seolah sudah lumrah. Di dalamnya terdapat banyak aplikasi yang didominasi oleh permainan. Sisanya aplikasi media sosial dan aplikasi fotografi instan. 

Selepas sekolah, Mawar berkumpul dengan teman-temannya di sudut sekolah, cekikikan atau tertawa-tawa bersama. Mereka asyik bermain menggunakan telepon pintarnya. 
Membaca kemudian memahaminya!

Jauh sebelum waktu sekolah bubar, ia mengikuti ulangan Bahasa Indonesia. Betapa sulitnya ia mengerjakan soal-soal ulangan tersebut. Berkali-kali ia mendatangi gurunya di depan kelas hanya untuk bertanya arti dari kata yang ada di soal tersebut. Kata-kata "Rutin, menyinggung, melambai, dan kata-kata lainnya yang ia tak mengerti.

Cerita di atas adalah gambaran betapa anak-anak sekarang begitu sulit memahami arti kata. Jangankan ditanya makna kata, untuk mengartikannya juga sangat butuh waktu yang panjang sampai akhirnya bisa mengerti. 

Jangan sepelekan masalah bahasa ini, bahasa adalah awal untuk anak memahami fenomena di sekitar. Setelah mengerti lalu memahami dan bisa melaksanakan. Lalu bagaimana selanjutnya agar anak mencintai bahasa Indonesia. Inilah beberapa tips yang bisa dilakukan di rumah dan juga di sekolah untuk membangun kesadaran berbahasa dan mampu memahami setiap kata yang terdapat dalam setiap kalimat. 

1. Budayakan membaca buku. Membaca buku di era sekarang itu sangat menantang. Keasyikan membaca seolah hilang tergantikan oleh asyiknya bermain games di tablet atau di telepon genggam. Sekolah dan rumah harus menyediakan waktu khusus untuk membaca. Dengan sedikit paksaan membaca rutin, diharapkan anak mampu membiasakan diri dekat dengan buku. Kalau sudah biasa, secara perlahan ia akan mencintai buku bacaan.

2. Sediakan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Saat anak bertanya tentang sebuah kata yang tidak dimengerti, arahkan langsung untuk mencari di kamus. Apapun yang anak tidak mengerti arti kata, kamus menyediakan penjelasan yang memadai. Jangan reaktif menjawab karena anak hanya akan menunggu jawaban kita, arahkan untuk mencari agar ia aktif belajar.

3. Menulis jurnal atau diari. Terbiasa menulis jurnal harian atau diari akan membuat anak terbiasa mengolah kata-katanya. Selain mengolah kata, anak juga akan terbiasa untuk mengolah emosi. Ia tahu kapan menuliskan hal baik yang akan baik dibaca orang lain atau hal tak baik yang akan mengakibatkan hal tak baik saat dibaca orang lain.

4. Review setiap bacaan dengan membuat resensi atau catatan singkat. Mengajak anak meresensi adalah tahap selanjutnya dari menyukai bacaan. Meresensi akan mengasah kepekaan anak terhadap apapun yang ia baca. Kadang, ide-ide baru muncul saat kita meresensi sebuah buku bacaan. 

Nah, dengan membiasakan keempat hal tadi, Mawar Merah yang tadinya kesulitan memahami kata, mudah-mudahan ia menjadi lancar mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia. Bukan hanya itu saja, Mawar Merah juga akan lancar dipelajaran lain misalnya sains, terpadu, bahasa Inggris dan lain-lain.
Share:

Rabu, September 07, 2016

Kenapa Pendidikan Alternatif?

"Pendidikan bukan cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubungkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri" (Anatole France, 1817-1895 pemenang Nobel Sastra, Prancis)

Beberapa hari ini blogpost saya berbicara seputar pendidikan alternatif yang diusung oleh sekolah-sekolah alternatif yang ada di Kota Bandung. Saya menaruh hormat dan apresiasi yang besar untuk setiap sekolah alternatif yang sudah mengembangkan metode pendekatan belajar yang manusiawi. 


Salah satu bentuk pembelajaran di Sekolah Alternatif
Istilah pendidikan alternatif merupakan istilah generik dari berbagai program pendidikan yang dilakukan dengan cara berbeda dari cara tradisional. Secara umum pendidikan alternatif memiliki persamaan, yaitu: pendekatannya bersifat individual, memberi perhatian besar kepada peserta didik, orang tua/keluarga, dan pendidik serta dikembangkan berdasarkan minat dan pengalaman.

Pemikiran tentang pendidikan alternatif ini bermula dari kritik-kritik Romo Mangun terhadap bentuk pendidikan yang sejak berlakunya kurikulum 1974, berkembang hingga kurikulum 1994.

Pendidikan alternatif tidak diartikan sebagai pengganti sekolah formal, melainkan mencari materi dan metode dedaktik baru sampai kurikulum baru. Menurut Nunuk Murniati, pendidikan seharusnya bersifat kontekstual, harus disesuaikan dengan lingkungan. Pendidikan untuk kaum marjinal pun demikian. Dimana konsep link and macth yang digembar-gemborkan oleh pemerintah orde baru dalam pendidikan hanya menghasilkan sekrup-sekrup kapitalis yang dibuat hanya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan tenaga kerja dalam mesin industri.

Menurut Jery Mintz (1994:xi) Pendidikan alternatif dapat dikategorikan dalam empat bentuk pengorganisasian, yaitu:

  1. sekolah publik pilihan (public choice);
  2. sekolah/lembaga pendidikan publik untuk siswa bermasalah (student at risk);
  3. sekolah/lembaga pendidikan swasta/independent dan
  4. pendidikan di rumah (homeschooling).

Woodworking di Sekolah Waldorf 
Bentuk pendidikan alternatif tertua yang dikelola masyarakat untuk masyarakat adalah pesantren. Diperkirakan dimulai pada abad 15, kali pertama dikembangkan oleh Raden Rahmad alias Sunan Ampel. Kemudian muncul pesantren Giri oleh Sunan Giri, pesantren Demak oleh Raden Fatah dan Pesantren Tuban oleh Sunan Bonang.

Selain pesantren, Taman Siswa didirikan pada tahun 1922. Selain Taman Siswa, Mohammad Syafei membuka sekolah di Kayutaman. Sekolah dengan semboyan, “Carilah sendiri dan kerjakanlah sendiri”. Siswa diberi keterampilan untuk membuat sendiri meja dan kursi yang digunakan bagi mereka belajar. Namun Belanda telah membumihanguskan sekolah tersebut.

Semangat Alternatif
Walaupun jarak yang jauh sejak Taman Siswa dan Sekolah Kayutaman, kini sekolah-sekolah alternatif semakin tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia. Hal yang patut kita banggakan karena masyarakat memiliki banyak pilihan untuk mendapatkan kesempatan belajar yang lebih baik untuk anak-anaknya. Nah, semangat memberikan pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi adalah hal yang saya pikirkan. Pendidikan alternatif bisa menjadi bagian yang menarik untuk membangun sumber daya manusia Indonesia di masa depan yang lebih baik.


Mengolah tanah untuk pertanian di sekolah
Sekolah alternatif terbukti mampu memberikan dimensi lain dalam dunia pendidikan Indonesia. Sekolah alternatif berani keluar dari pakem-pakem pembelajaran yang begitu-begitu saja. Anak pasif dan guru ceramah seharian. Walaupun semangat ini juga sudah hadir dalam perencanaan pendidikan di kurikulum tetapi kenyataannya jauh panggang dari api. 

Sekolah-sekolah yang konvensional masih kesulitan menerapkan hal-hal yang menarik dalam menyampaikan pembelajarannya. Alokasi dana pelatihan sudah dikeluarkan banyak sekali tetapi alih-alih memperbaiki sistem pendidikan yang ada hanya pemborosan  anggaran. Guru di kelas akan kembali mengambil jalan teraman, cari di internet, copy paste kemudian sebarkan di kelas. Lebih parah lagi, jual LKS kemudian suruh anak mengerjakan sendiri dan guru tinggal ongkang-ongkang kaki dengan santainya sambil menghembuskan asap rokok yang dihisapnya. Sebuah potret buruk pendidikan yang sudah sangat akut. 

Sementara di sekolah-sekolah alternatif, guru berjibaku mencari bentuk-bentuk menarik dalam menghantarkan pembelajaran yang menarik dan mudah dipahami oleh anak-anak lewat berbagai macam kegiatan yang variatif. Guru mengolah semua materi berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi inti untuk disampaikan kepada anak didiknya. 
Nah semangat berpikir kreatif dalam pendidikan alternatif inilah yang ingin saya bagikan untuk semua. Pendidikan yang kreatif, pendidikan yang menyenangkan, mendidik kreatif adalah semangat yang harus muncul dalam setiap diri pendidik di seluruh Indonesia. Semoga saja semakin banyak sekolah-sekolah alternatif yang mampu memberikan kontribusi positif dalam membangun manusia Indonesia yang merdeka, mandiri, kreatif, dan berdaya! 






Share:

Selasa, September 06, 2016

Sains yang menyenangkan di Sekolah Kuntum Cemerlang

‎”Ada benda-benda di sekitar kita dan sangat dekat dengan kaki kita. Tetapi kita belum pernah melihatnya, karena kita tidak benar-benar berusaha melihatnya.” (Alexander Graham Bell)
‎”Sains bukan daftar fakta dan prinsip yang harus dipelajari dengan cara dihafal. Sains adalah cara melihat dunia dan mengajukan pertanyaan.” (F. James Rutherford)

Menembus padatnya lalu lintas di Jalan Setiabudi, Bandung kemudian berbelok ke arah kanan menuju Cipaku. Sebuah sekolah di kawasan yang rimbun, asri, dan sejuk bersiap menyambut. Seperti biasa, matahari selalu memberikan kehangatan pada pagi hari yang dingin. 

Bandung yang dingin pada pagi hari bahkan jika mencapai puncaknya musim kemarau atau musim hujan, pagi hari di Bandung bisa diselimuti oleh kabut yang turun kemudian perlahan-lahan pergi ketika hangatnya matahari mulai terasa.
Anak-anak di Sekolah Kuntum Cemerlang
 sedang melakukan percobaan sains (dok. Iden Wildensyah

Sekolah Kuntum Cemerlang atau lebih banyak dikenal dengan singkatan SKC adalah sekolah menarik yang ada di Bandung. Banyak sekali program yang ditawarkan untuk anak didiknya dalam memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan. Dengan pendekatan belajar yang holistik, di SKC kita akan menemukan paduan belajar dengan kegiatan yang menarik untuk anak-anak. Anak-anak akan diajak untuk berpikir kritis terhadap segala sesuatu yang terjadi. Berpikir kritis adalah salah satu pondasi dasar pendidikan alternatif. Anak-anak begitu menyukai setiap kegiatan yang mereka ikuti. Sebut saja salah satunya yaitu kegiatan sains. Sains memiliki tempat yang baik di SKC. Sedari dini, anak-anak sudah dikenalkan dengan konsep-konsep sains yang menarik. Sains di sekitar kita kemudian dikaji bersama-sama antara siswa dan guru. 

Tak jarang, penelitian untuk membuktikan sesuatu dilakukan untuk menarik minat anak-anak terhadap sains. Misalnya penelitian tentang tumbuhan yang menyerap Karbondioksida dan melepaskan oksigen. Mereka akan lakukan penelitian di laboratorium yang cukup lengkap untuk ukuran sekolah di Kota Bandung. 

Bukan hanya di sekolah saja, praktik lapangan juga sering dilakukan di SKC dengan mengunjungi lokasi-lokasi yang akan diobservasi. Misalnya meninjau kehidupan laut dengan langsung belajar di lokasi seperti Pangandaran. Mengenal hutan langsung belajar ke Taman Hutan Raya. Mengenal kenampakan alam dan fenomena gunung berapi langsung belajar dan meninjau lokasi gunung berapi. 

Bukan hanya sains, praktik observasi lapangan juga berhubungan dengan sejarah. Misalnya mengunjungi lokasi candi, tempat adat, dan masih banyak lagi lagi kegiatan menarik seputar observasi lapangan yang dilakukan oleh anak-anak di SKC. 

Kekuatan sains di SKC ini tidak bisa dianggap enteng. Pengalaman membuktikan jika Sekolah Kuntum Cemerlang selalu berkontribusi dalam lomba sains yang dilakukan oleh dinas-dinas terkait. Penelitian siswa-siswanya sangat menarik untuk dikaji. Sains menjadi sangat menyenangkan di SKC. 

Bukan hanya sains, kegiatan lainnya juga tak kalah menarik. Sebut saja belajar dengan menggunakan media LEGO. Dengan LEGO yang sudah mereka miliki, anak-anak diajak untuk merancang mulai dari bangunan atau konstruksi sederhana sampai konstruksi yang rumit. Mulai dari yang pasif sampai bentuk konstruksi yang aktif atau bisa digerak-gerakan untuk tujuan tertentu. 

Salah satu hal yang juga menarik perhatian saya adalah pelajaran creative writing atau menulis kreatif. Buat ini juga menjadi keistimewaan dari SKC. Anak-anak diajak untuk mampu menuliskan setiap ide yang mereka miliki dengan cara-cara yang kreatif. Kreativitas adalah bentuk menarik dari sekolah alternatif. Keberadaan kreativitas menjadi nyawa untuk mengembangkan ide-ide. Ketika anak mampu menuliskan ide-ide secara kreatif dan menyampaikan ke khalayak dengan menarik, ia sudah memiliki satu poin untuk bekal kehidupan. 

Sebagaimana sekolah alternatif lainnya, sekolah tidak boleh jauh dari masalah-masalah kehidupan karena sekolah adalah kehidupan itu sendiri. Anak diajak untuk kreatif sejak dini pada hakikatnya adalah untuk memberi pengalaman hidup secara kreatif di kemudian hari. Saya yakin SKC termasuk salah satu bentuk miniatur kehidupan dimana anak-anak belajar lebih banyak dari pengalamannya setiap hari beraktivitas di sekolah bersama guru dan teman-temannya. 
Share:

Senin, September 05, 2016

Belajar Kreatif di Rumah Belajar Semi Palar

Pagi-pagi sekali dengan wajah senang anak-anak berbaju oranye dengan celana biru kotak-kotak berkumpul di depan parkiran sebuah pusat pertokoan. Bercengkerama satu sama lain sambil menunggu kehadiran teman-temannya yang lain. Hari itu tanggal 22 April yang bertepatan dengan Hari Bumi. Anak-anak yang didampingi guru bersiap untuk melakukan perjalanan ke sekolah. Anak-anak di Semi Palar sudah terbiasa melakukan rutinitas berjalan ke sekolah setiap tanggal 22 setiap bulannya. Rutinitas yang sangat positif untuk membangun kesadaran lingkungan sejak dini dimulai dengan mengurangi menggunakan kendaraan bermotor. Jika biasanya mereka diantar jemput, maka satu hari dalam sebulan, anak-anak harus bisa berjalan kaki ke sekolah tanpa di antar orangtua.
Semi Palar merupakan salah satu sekolah alternatif di Kota Bandung. Sebagaimana sekolah-sekolah alternatif lainnya, Semi Palar menawarkan hal yang menarik untuk masa depan pendidikan Indonesia lewat pendekatan metode belajar holistik dan terpadu. Dengan pendekatan yang holistik, tak heran jika kita menemukan perpaduan yang unik dalam setiap karya anak-anak di Semi Palar.
Saya bisa katakan bahwa pembelajaran kreatif di Semi Palar tidak lepas dari pentingnya membangun cara pandang yang holistik pada pendidikan. Contoh sederhana misalnya matematika yang tidak bisa lepas dari logika, seni, dan bahasa. Ketiganya berbaur membuat satu kesatuan yang utuh. Matematika juga tidak bisa lepas dari kehidupan. Untuk itu, pendekatan soal-soal matematika dalam kehidupan serta praktik dalam kegiatan atau dalam berkarya akan kita temukan di Semi Palar.

Kreativitas
Salah satu hal yang menarik lainnya di Semi Palar adalah kreativitas. Kreativitas adalah kunci! Dengan kreativitas, pembelajaran di dalam kelas menjadi sangat menyenangkan. Perpaduan antara teori dan praksis pendidikan kritis bisa saya rasakan di Semi Palar ini.
Salah satu karya anak-anak di Semi Palar (dok.Iden Widensyah)
Proses dialogis yang menarik antara guru dengan anak-anak, guru dengan guru, dan guru dengan orangtua terjalin dengan harmonis. Secara berkala sekolah mengadakan pertemuan orangtua untuk membangun komunikasi yang baik antara rumah dan sekolah. Demikian juga dengan pertemuan antar guru yang rutin dilakukan setiap minggunya dalam rangka belajar bersama.
Dalam pertemuan guru ini tak jarang ide-ide kreatif dalam belajar bermunculan satu sama lain. Setiap guru memberikan feedback satu sama atas proses yang terjadi di kelas masing-masing. Sebuah proses pembelajaran yang menarik untuk menumbuhkan jiwa-jiwa guru yang kreatif.
Guru yang kreatif kemudian melahirkan murid-murid yang kreatif juga. Proses mengapresiasi karya siswa ini sering diselenggarakan oleh sekolah lewat pameran akhir tahun atau pada moment-moment tertentu. Kita bisa melihat bagaimana kreatifnya anak-anak di Semi Palar lewat karya yang mereka pamerkan.
Sekali lagi sekolah alternatif! Saya selalu mengapresiasi setiap sekolah alternatif karena keberanian dalam mengembangkan cara dan pendekatan belajar yang lebih keren dari sekadar tuntutan kurikulum pendidikan nasional dengan standarisasi-standarisasinya yang kaku. Semoga pembelajaran kreatif di Semi Palar bisa menular ke sekolah-sekolah alternatif lainnya di Bandung khususnya dan di Indonesia umumnya!
Share:

Minggu, September 04, 2016

Ceria di Sekolah Bianglala

"Kami siswa siswi SD Bianglala, anak yang jujur, jujur, jujur. Tanggungjawab, tanggungjawab, tanggungjawab. Visioner, visioner, visioner. Disiplin, disiplin, disiplin, Kerjasama, kerjasama, kerjasama. Adil, adil, adil. Peduli, peduli, peduli!"
Suara anak-anak terdengar serentak ketika memasuki Sekolah Bianglala pada pagi hari. Nilai-nilai yang diucapkan tersebut rutin diucapkan sebelum memulai kegiatan di masing-masing kelas. Pun ketika akan bergiat dengan orangtua, nilai-nilai yang menjadi cita-cita sekolah selalu diucapkan bersama-sama. Hal ini mengingatkan saya pada kegiatan kepanduan yang selalu diucapkan bersama-sama setiap pagi sebelum bergiat dan malam hari sebelum istirahat.
Sekolah Bianglala
Sekolah Bianglala bisa jadi salah satu sekolah alternatif yang juga menarik di Kota Bandung. Dengan semangat membangun pendidikan Indonesia yang lebih baik, sekolah-sekolah alternatif akan terus saya tulis dan saya dukung kehadirannya di Indonesia. Termasuk salahsatunya adalah Sekolah Bianglala ini. Sekolah Bianglala dengan tagline sport, art, good ethic, dan music ini sudah lama menjadi perbincangan di kalangan pendidik di Kota Bandung karena kiprahnya dalam menjadikan musik dan olah raga sebagai bagian penting dalam pembelajarannya. Team musik yang ada di Sekolah Bianglala termasuk salah satu team yang sering mendapat tempat di setiap event di Kota Bandung. Mulai dari musik modern sampai musik tradisional mendapat tempat yang sama di Sekolah Bianglala.
Angklung misalnya, dengan group angklung yang mereka bina, Sekolah Bianglala sering tampil di acara-acara seperti kegiatan lingkungan, seni dan budaya. Anak-anak yang belajar musik tradisional selalu dilibatkan dalam setiap acara tersebut. Mereka silih berganti bersama-sama memainkan musik-musik yang menarik dalam pembelajarannya.
Setiap akhir tahun, Sekolah Bianglala rutin mengadakan pentas akhir tahun dengan tema-tema yang menarik seperti the soul of music, dll. Pentas yang memberikan pembelajaran kemandirian dan percaya diri dalam anak-anak ini patut diapresiasi. Tak banyak sekolah-sekolah apalagi sekolah umum yang mampu menghadirkan hal-hal menarik untuk anak didiknya. Bisa jadi karena keterbatasan ruang dan waktu atau juga banyaknya peserta didik di sekolah umum yang membuat sulit dalam mengorganisir jika harus mementaskan dan semua memiliki peran yang sama dalam setiap acara pementasan. Bisa dimaklumi!
Dalam hal olah raga, Sekolah Bianglala termasuk sekolah yang peduli dan memiliki pandangan yang menarik yang menjadikan olah raga sebagai bagian dari pembentukan karakter dalam pendidikan karakter yang mereka bangun dalam diri anak didiknya. Yah, olah raga mengajarkan banyak hal untuk anak didik, seperti sportivitas, kerjasama, kemandirian, dan respek serta nilai-nilai pendidikan lainnya yang menarik dalam sebuah kegiatan olah raga. Saya termasuk orang yang dahulu lebih suka pelajaran olah raga daripada terlalu lama duduk manis di dalam kelas.
Bisbol, Softball, kasti, basket, beladiri, futsal, adalah kegiatan olah raga yang populer di Sekolah Bianglala. Khusus untuk Softball, Sekolah Bianglala bekerjasama dengan klub Rusa Hitam untuk membina atlet-atlet mudanya. Rusa Hitam adalah klub profesional di Kota Bandung. Pembinaan atlet usia muda ini sangat menarik karena seyogianya anak-anak memiliki porsi yang besar dalam keterampilan fisik. Anak-anak yang bergerak dalam aktivitas hariannya di sekolah akan berbeda dengan anak-anak yang terlalu banyak dipapar oleh akademis di dalam kelas.
Nah, sebagai sekolah alternatif di Kota Bandung, buat saya olah raga bersama anak-anak menjadi penting untuk selalu dilakukan. Sayangnya menurut beberapa orangtua yang menyekolahkan anaknya di sana, hubungan antara sekolah dengan rumah belum terbangun dengan baik, seolah-olah sekolah berjalan sendiri dan orangtua tinggal dukung saja. Ada sisi positif dan negatifnya dari hal tersebut. Positif dan negatifnya tergantung dari persfektif orangtua atau sekolah. Walau demikian, sekolah alternatif tetap saja mendapat tempat yang menarik bagi pegiat pendidikan yang sudah lama menantikan bentuk pendekatan yang baru. Sudah terlalu lama berdinamika dengan masalah akut pendidikan di Indonesia, maka kehadiran sekolah alternatif seperti Sekolah Bianglala ini menjadi angin segar bagi masa depan pendidikan di Indonesia. Semoga saja semakin banyak orang yang terinspirasi dari Sekolah Bianglala dan muncul sekolah-sekolah alternatif lainnya yang menawarkan pendekatan pendidikan yang manusiawi, holistik, ramah anak, dan kreatif. Aamiin!


Share:

Sabtu, September 03, 2016

Senangnya di Sekolah Prima

Sinar matahari menyelusup di antara dedaunan. Di lapangan terbuka, sinar matahari pagi itu memberikan kehangatan tersendiri. Beberapa anak sudah masuk ke dalam kelas masing-masing. Terdengar riuh rendah di dalam kelas yang begitu hangat. Guru sedang membimbing baca Al Quran. Beberapa siswa membaca sendiri secara mandiri. 
Ruang kelas yang cukup untuk menampung anak-anak untuk selalu berdekatan itu sangat terasa nyaman. Udara dingin di luar tidak akan terasa ketika mereka berkumpul. Kehangatan langsung terasa dari dalam kelas. Hangat karena suasana yang menyenangkan. 
Kursi dan meja tertata dengan rapi. Di setiap dinding kelas terdapat banyak sekali karya anak-anak. Gambar serta karya-karya lainnya seolah menyambut setiap anak dengan pertanyaan "Apa yang bisa kita buat hari ini? Karya apa yang akan kau buat hari ini?" Sebuah sapaan kreatif untuk mengajak anak-anak mandiri membuat sesuatu. 
Suasana di Sekolah Prima (iden wildensyah)
Yah, berkarya membuat anak mandiri. Berkarya membuat anak belajar utuh tentang segala sesuatu yang dipelajari. Bisa jadi, anak tidak menyadari pelajaran yang sedang di pelajarinya saat ia berkarya. Terlebih misalnya ketika anak sudah tenggelam dalam karyanya atau juga dalam kegiatannya.
Sekolah Prima atau SD Prima yang merupakan kependekan dari Sekolah Dasar Peradaban Insan Mulia terletak di Kota Cimahi. Saya menyebutnya sebagai sekolah alternatif. Terlebih, dalam beberapa tahun ini kegiatan saya di sekolah-sekolah alternatif di Kota Bandung. Saya menyukai konsep-konsep sekolah alternatif ini karena meyakini bisi menjadi tonggak perbaikan sistem pendidikan nasional. 
Proses mendekatkan konsep pendidikan yang menyenangkan di SD Prima yang saya catat misalnya membuat semacam tantangan mingguan yang dikeluarkan (diterbitkan) setiap jumat. Anak secara mandiri diajak untuk mencari tahu, mengkaji hal-hal yang sudah dipelajari di sekolah dan belajar di rumah. Tantangan ini sangat menarik karena melibatkan banyak pengetahuan. Anak diajak untuk kreatif mengemas, mencari atau mengeksplorasi setiap hal yang menjadi tantangannya.
Ruang kelas yang dibuat ramah memungkinkan anak untuk merasa nyaman saat berada di sekolah. Bukan lagi seolah berada di dalam ruang yang kotak begitu-begitu saja. Atau sebagian orang menyebutnya sedang berada dalam penjara kelas. Di Sekolah Prima tidak demikian. Ruang kelas begitu terasa nyaman dan mengasyikan untuk belajar.

Perbaikan Sistem Pendidikan Nasional
Sekolah alternatif yang tumbuh subur di kota-kota besar di Indonesia sesungguhnya bisa menjadi angin segar untuk pendidikan Indonesia yang kadung akut sekali masalahnya. Sekolah alternatif berarti memberikan alternatif, cara-cara pendekatan pendidikan yang lebih manusiawi, lebih mudah diserap anak-anak dibandingkan sekolah umum yang sudah lama berdiri. 
Nyaman di dalam kelas SD Prima (Iden Wildensyah)
Beberapa sekolah alternatif berani untuk melakukan revolusi dalam pendekatan pendidikannya. Misalnya mengubah cara pandang pendidikan yang gaya bank (Paulo Preire dalam bukunya Pendidikan Kaum Tertindas menjelaskan lebih detail tentang gaya bank ini). Pendidikan di sekolah alternatif tidak lagi melihat murid sebagai benda pasif yang tidak berdaya. Di sini saya melihat banyak sekali pendekatan sekolah alternatif yang memanusiakan manusia lewat diskusi-diskusi, kedekatan guru dan siswa, kedekatan guru dan orangtua, serta masyarakat pada umumnnya.
Sekolah bukan lagi menara gading yang jauh dari realitas masyarakat. Sekolah menjadi bagian dari masyarakat itu sendiri. 
Masalah-masalah masyarakat kemudian didekatkan dengan cara yang elegan untuk mencari solusinya. Di sisi praksis ini misalnya mengajarkan anak-anak terjun langsung bertani, mengolah tanah, mengolah kayu, mengolah karya-karya kreatif lainnya untuk membuat anak didik menjadi mandiri dan mampu berdaya dikemudian hari.
Tentu saja tantangan pendidikan alternatif ini adalah standarisasi. Beberapa sekolah alternatif banyak yang kemudian akhirnya tunduk pada sistem pemerintahan karena berbagai hal seperti keharusan mengikuti akreditasi. Sekolah alternatif yang awalnya mampu menyeimbangkan kreativitas dengan kurikulum nasional akhirnya tidak berdaya untuk kembali mengikuti cara-cara pendidikan di sekolah-sekolah pada umumnya. Misalnya dengan sistem penilaian, raport, seragam sekolah, fasilitas sekolah sesuai yang tertera di dokumen akreditasi.
Walaupun demikian, ada juga sekolah-sekolah alternatif yang mampu menyeimbangkan antara kemauan dinas pendidikan dengan tetap mempertahankan idealisme sekolah alternatif yang sudah mengakar sebelumnya. Nah, saya yakin Sekolah Prima termasuk salah satu sekolah alternatif yang mampu menyeimbangkan hal tersebut dengan baik. 
Share:

Jumat, Mei 01, 2015

Bermain, Bertualang, Belajar di Sekolah Alam Bandung

Bulan Mei 2015 ini akan hadir buku baru yang ditulis anak-anak Sekolah Alam Bandung angkatam 8 tahun pendidikan 2014-2015. Sebuah buku yang inspiratif karena berisi catatan pengalaman mereka selama belajar di Sekolah Alam Bandung.

Nantikan yah, tanggal untuk launching dan pemberitahuannya akan disampaikan menyusul. Pokoknya tunggu kehadiran buku "Bermain, Bertualang, Belajar: Catatan Pengalaman Sekolah Menyenangkan"

Sekolah Alam Bandung bisa dilihat di sini, di bawah ini!

Sekolah Alam Bandung bisa juga disebut sebagai Sekolah Alternatif di daerah Bandung yang nyaman dan asri serta berwawasan lingkungan.

Share:

Selasa, Januari 20, 2015

Treking

Kegiatan yang dilakukan sehari-hari mempengaruhi perkembangan fisik manusia. Terlalu sering duduk di kursi karena tuntutan pekerjaan dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas. Rutinitas tersebut tanpa disadari bisa membunuh secara pelan-pelan. Penumpukan lemak di beberapa bagian tubuh menyebabkan tubuh mudah terserang penyakit.

Tak hanya dialami orang yang bekerja, anak-anak yang terlalu lama duduk di sekolahnya juga akan menyebabkan pertumbuhan fisiknya terganggu. Itulah kenapa saya sangat terinspirasi oleh Sekolah Waldorf yang bisa memadukan banyak sense dari manusia agar berkembang dengan baik. Mereka memadukan secara seimbang antara kegiatan yang mengasah skil berpikir, merasakan, dan mengalaminya secara langsung yang berhubungan dengan fisik. Di Sekolah Waldorf, perkembangan fisik yang baik akan mendukung perkembangan yang lainnya. Fisik yang distimulasi dengan berbagai kegiatan akan membangunkan saraf-saraf yang harus tumbuh sering tahapan tumbuh kembang anak.
Salah satu hal yang menyenangkan dilakukan di sekolah sehubungan dengan fisik ini adalah treking.

Treking atau menjelajah atau menyusuri jalan setapak sangat menantang buat anak-anak. Media treking bisa bermacam-macam. Mulai dari yang sederhana sampai fase treking tersulit. Jalan jauh menyusuri jalan setapak di kawasan kebun teh atau dikenal dengan nama tea walk bisa menjadi alternatif untuk anak-anak dalam fase SD Kecil atau rentang usia 0-7 tahun dan 7-14 tahun. Kebun teh akan menyajikan pengalaman yang menyenangkan. Hijaunya daun teh akan memberikan pemandangan yang enak buat anak-anak.

Sementara untuk naik gunung, yakinkan anak-anak siap mental karena naik gunung itu sangat berat medannya. Turun sedikit levelnya, treking ke bukit adalah pilihan yang tidak kalah menantang. Saat dipuncak bukit, anak-anak akan merasa senang.
Banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan dari kegiatan treking selain menstimulus perkembangan fisik. Keuntungan tersebut antara lain:
1. Melatih kesabaran. Jalan jauh itu butuh kesabaran. Anak-anak harus sabar saat menjalaninya. Mengantri dan tidak saling menyusul.
2. Mengasah kepekaan. Jalan jauh itu akan berhubungan dengan orang dan lingkungan yang baru. Saat menemukan hal baru, anak akan senang untuk melihatnya. Terkadang anak-anak bisa menemukan hal baru pada jalur yang sepertinya bukan baru.
3. Membangun kerjasama. Saat jalan jauh bersama kelompoknya, anak-anak akan berjalan bersama kelompoknya. Untuk tetap bersama mereka harus kompak dan saling memperhatikan satu sama lain.
4. Kepedulian kepada teman. Jalan jauh akan membuat anak terikat satu sama lain. Saat ada yang ketinggalan, biasanya anak-anak yang peduli akan membantu satu sama lain.
Nah, itulah manfaat kegiatan treking yang bisa anak-anak rasakan. Treking bisa dijadikan alternatir pembelajaran di sekolah agar tidak membosankan. Treking akan membuat anak bergerak dinamis dan menyehatkan.


Share:

Postingan Populer