Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Refleksi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Refleksi. Tampilkan semua postingan

Kamis, Juni 05, 2014

Terbebas Dari Pikiran Buruk

"Segalanya ada mantera-manteranya, harus terbebas dari segala pikiran buruk" (Nyungsang Bungo). 
Terlambat lebih baik daripada tidak sama sekali, tepat untuk menggambarkan catatan ini. Film Sokola-nya sendiri sudah tidak diputar lagi di bioskop tapi ada satu hal menarik dalam ingatan saya yaitu kata-kata Nyungsang Bungo yang saya tulis di atas. ""Segalanya ada mantera-manteranya, harus terbebas dari segala pikiran buruk" kata Nyungsang Bungo kepada bu guru saat menjelaskan sebuah prosesi adat memanjat pohon besar.
Mari Jaga dan Pelihara Pohon ( 5 Juni)
Sebuah pohon yang besar, memiliki makna yang besar untuk kehidupan. Dulu dan sekarang, pohon adalah bagian penting yang menopang hidupnya jutaan mahluk hidup. Oksigen dihasilkan oleh sebuah pohon lewat proses fotosintesis. Masyarakat adat sangat patuh dan menghormati pohon. Terlepas dari masalah kepercayaan, sebuah pohon mengandung banyak makna buat masyarakat adat. Dalam film Sokola digambarkan pohon itu tempat sumber makanan, tempat lebah bersarang, dll.
Jangan lupakan mantera-manteranya, seperti kata Nyungsang Bungo. Mungkin saja kita melupakan hal ini, melupakan sebuah pranata yang akan melancarkan setiap tindakan sehingga terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dilupakan atau terlupakan, sama saja. Padahal, tata krama dan sopan santun dalam memperlakukan alam ini sangat penting.
Hari Lingkungan Hidup yang biasa jatuh pada tanggal 5 Juni, akan menjadi bermakna jika semua orang sadar dan bisa memperlakukan setiap kehidupan dengan sopan santun dan tata krama yang baik. Menghormati pohon yang sudah mendukung kehidupan. 5 Juni bukan sekedar seremoni tahunan, menanam tetapi tidak merawatnya. Menanam lalu merawatnya adalah tindakan bijaksana untuk kehidupan dengan tanpa melupakan sikap hormat pada alam yang sudah ada sejak dahulu.
Pesan Nyungsang Bungo yang terpenting lagi adalah harus terbebas dari segala pikiran buruk. Ayoo.. masih punya pikiran buruk, hilangkan! Kerusakan alam bisa saja terjadi karena pikiran buruk manusianya. Ada juga yang menyebutkan salah satu parameter kebaikan manusia yang ada di alam ini dengan alam sekitarnya. Kalau sungainya bersih, maka orang-orangnya juga bersih dan pikirannya bersih. Sebaliknya kalau sungainya tercemar, kotor, dan berbau, mungkin orang-orang di sekitarnya juga mempunyai pikiran kotor, tercemar, dan bau. Mari merefleksikan diri di 5 Juni ini.
Share:

Senin, April 28, 2014

Tanya Google Ajaa...!

Suatu sore di hari Sabtu, seperti biasa jadwal rutin bergiat di Studi Group Diagonal. Diskusi tentang Sekolah Waldorf, membahas pemikiran Rudolf Steiner, kajian guru, kajian tradisional, serta berkarya. Teman saya @carolinenajoan berbicara tentang ritme alam semesta. Dia berpesan untuk jeli melihat perubahan alam terutama kita yang hidup di wilayah tropis atau equator.

Ingatan saya kemudian melayang ke masa-masa di kampung. Saat waktu peralihan musim selalu ditandai dengan kehadiran bunga, tanaman, atau mahluk hidup lainnya seperti belalang, burung, serangga, dan lain-lain.

Google
"Oh iya, ada perhitungan waktu dalam masyarakat sunda yaitu mangsa-mangsa. (Belakangan tahu ada pranata mangsa)" kata saya. Lalu dicarilah mangsa dalam adat sunda. Muncul pranata mangsa. Dalam satu mangsa ada petunjuk tentang datangnya hama kungkang. Lalu @carolinenajoan bertanya "Kak, apa itu kungkang?". Lalu saya jawab, "Cari aja di google". Terus ia berkata, "Nah itu dia jeleknya sekarang, orang jadi malas menjelaskan malah menyuruh untuk mencari di google.

Rasanya kayak ditembak tepat dikepala kemudian terkapar tak berdaya. Benar! Sekarang rasanya google sudah menjadi dewa pengetahuan dan membuat orang jadi malas berpikir karena merasa sudah tersedia di luar dirinya.

Bayangkan jika itu tidak diingatkan, makin malas dan makin tidak berpikir dari dalam melalui pengolahan terlebih dahulu tetapi langsung berharap google bisa menjawabnya. Tak terbayang manusia menjadi seperti robot yang bergerak otomatis sementara kendalinya ada di luar. Makanya benar jika ajakan menjadi manusia kembali itu dengan mengurangi berinteraksi dengan teknologi. Batasi penggunaannya dan atur oleh kita saja sesuai kebutuhan. Menjadi manusia dan kembali melakukan aktivitas yang bermakna dengan alam.
Share:

Postingan Populer