Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel. Tampilkan semua postingan

Senin, Oktober 03, 2016

Pusaran Amuk: Sebuah Novel Yang Mengajari Kita Membuat Plot, Alur, dan Penokohan Yang Baik!

Mugia rame dongengna” Demikianlah kata yang tertulis di lembar pertama novel Pusaran Amuk karya Zaky Yamani. Ketika membaca kata dongeng yang saya ingat dan harus dicamkan kuat-kuat adalah mempercayai bahwa dongeng itu adalah kejadian nyata. Kejadian yang terjadi dimanapun adanya. Mau di sini atau di sebuah negeri antah berantah, yang pasti harus percaya!

Dibuka dengan plot yang langsung menanjak, Mahmud yang sedih karena sepatu anaknya hanyut dibawa arus sungai. Sedih bukan karena itu saja, Mahmud lebih sedih lagi karena ia tak bisa memberi hadiah buat anaknya. Mahmud yang bernasib sial digebuki tanpa alasan, bercucuran darah dari kepala dan bagian badan lainnya. Diamuk masa untuk sesuatu yang tidak ia ketahui alasannya adalah hal yang sangat menyakitkan. Di tempat lain, Rosid, Hendra, Abdul, dan Irawan yang mantan polisi berada di sebuah persidangan untuk mendengarkan putusan hakim. Hari itu mereka akan menyerahkan semua keputusan hidupnya di palu sidang hakim.
Digebuki untuk alasan yang tidak kita ketahui adalah hal yang sangat menyakitkan!

Alur mundur kemudian dimulai, cerita mengalir menuju muara yang sangat menarik. Dimulai dari sebuah tempat sakral yang saya yakin tidak ada satupun orang mau duduk sebagai terdakwa. Di persidangan, yah sama persis disebuah persidangan lengkap dengan hakim dan jaksa penuntut umum, serta penasehat hukum terdakwa, dan juga penonton.

Mahmud, Doddy, dan Jimmy, kedua orang ini (Doddy dan Jimmy) menjadi aktor penting dalam alur cerita yang dibangun penulis. Keduanya membuka banyak puzzle yang dibangun oleh penulis. Secara perlahan, sedikit demi sedikit mereka membuka kehadiran tokoh-tokoh lainnya yang membuat cerita dalam novel ini menjadi sangat menarik.

Ada banyak sekali tokoh yang terlibat dalam novel ini. Semuanya memiliki tempat yang sama, adil! Yah katakan saja demikian. Tidak ada yang dispesialkan oleh penulisnya. Semua memiliki kadar cerita yang sama. Misalnya tentang penceritaan yang detil pada setiap tokohnya. Walaupun ada juga yang datang hanya sekadar pemanis saja. Misalnya Wanda dan Fitri yang hanya muncul di depan tetapi hilang seiring mengalirnya cerita pada sisi yang lain. Kehilangan Wanda dan Fitri bukan berarti kejutan akan hilang, semakin dalam semakin bertambah kepenasaran kita terhadap alur yang dibangun oleh penulisnya.

Tokoh yang hadir belakangan tak kalah mentereng dan menariknya. Sebut saja Christina, tokoh yang gambarkan sangat cantik, puteri seorang pejabat yang kekayaannya begitu menggoda. Bukan hanya cantik dan seksinya saja yang menggoda tetapi juga latar belakangnya. Cantik, diberi perusahaan yang bonafide, menantikan lelaki yang bertanggungjawab dan bisa menjadi ayah baik untuk anak semata wayangnya.

Semakin penasaran, kan? Yah itulah kerennya novel ini.  Kepenasaran yang muncul ini membuat semua pembaca tidak bisa berhenti begitu saja. Kalau bukan rasa cape atau mengantuk yang sangat, baca novel ini bisa sehari tuntas.

Buat saya ini adalah novel kedua yang dibaca dan karya ketiga dari Zaky Yamani. Novel pertama yang saya baca berjudul Bandar: Keluarga, Darah, dan Dosa Yang Diwariskan penuh dengan sensasi mengejutkan. Persis seperti menonton film action, setiap lembarannya membuat jantung berdegup dan penasaran akan kejutan lainnya.
Pusaran Amuk (iden wildensyah)

Membaca novel ini seperti sedang diajari untuk membuat plot, alur, penokohan, dan cara bagaimana membuat sebuah cerita menarik. Sebuah cara belajar yang sangat menarik karena sejatinya menulis yang baik diawali dengan membaca yang baik. Semakin banyak membaca maka semakin kuat juga untuk membuat karya tulis. Membaca novel ini memberikan dasar-dasar teori untuk membuat sebuah novel yang bikin penasaran dalam setiap lembarannya. Teori menulis yang dimulai dengan membaca. Nah, tidak salah jika saya katakan novel ini mengajari banyak hal untuk kita belajar dengan baik penokohan, alur, dan plot yang baik.

Share:

Senin, Januari 26, 2015

Bandar, Tipisnya Batas Fiksi dan Realitas

Saat membaca novel Bandar, saya merasakan tipisnya batas antara fiksi dan nonfiksi, imajinasi dan kenyataan, mimpi dan realitas. Diombang-ambing sedari awal sampai akhir. Disinilah letaknya mengapa saya tahan membaca novel Bandar dibanding novel lainnya. Terbius antara cerita fiksi dengan realitas.

Bandar, menceritakan sosok perempuan dari sebuah kampung yang kemudian melalui proses berat hidupnya membentuk karakter yang tangguh bahkan sampai tua. Prosesnya yang berliku dan penuh kejutan dalam setiap babaknya membuat kita dibawa untuk meresapi sisi terdalam orang-orang yang dianggap gelap dalam kehidupan masyarakat. Profesi-profesi yang bahkan tak ada dalam kamus anak-anak Sekolah Dasar dengan gamblang diceritakan oleh penulisnya dengan baik. 

Gelap, kalau boleh membuat sebuah gambaran suasana novelnya. Kalau disandingkan dengan film, saya membayangkan novel ini adalah film "The Raid". Mencekam dan penuh misteri. Misteri dibuka secara perlahan-lahan dari satu lembar ke lembar lainnya. Inilah yang akan membuat penasaran dan selalu ingin terjaga untuk terus membaca dan membaca sampai akhirnya seperti menemukan puzle untuk melengkapi puzle lainnya. 

Seperti mengurai benang rajut yang kusut sekusut-kusutnya. Ada keasyikan saat kita berhasil mengurainya secara perlahan kemudian menggulung kembali dan merajutnya menjadi sebuah karya. Keasyikan tersebut hadir saat menuntaskan sampai akhir dan menarik kesimpulan dari berbagai fakta yang dihadirkan oleh penulis di novelnya.

Keasyikan lainnya dari novel Bandar yang ditulis Zaky Yamani ini bisa jadi diombang-ambingnya pembaca untuk selalu berada dibatas tipis antara fakta dan fiktif, antara kenyataan dan imajinasi. Sejujurnya saya merasa ada bagian-bagian penting dalam cerita novel tersebut yang memang benar-benar fakta, bukan semata-mata kelihaian imajinasi penulisnya dalam merangkai kata. Misalnya tentang sebuah tempat di Kota Bandung yang menjadi hilir mudiknya penjual dan pembeli barang-barang bekas yang disinyalir berawal dari kisah para bandar narkoba yang berhasil mengambil barang dari pemakai yang tak mampu membayar tunai. Barang elektronik sitaan banyak tersimpan di rumah kemudian secara perlahan di jual ke masyarakat umum dan terbentuklah sebuah pasar barang bekas daripada teronggok percuma. Bayangan saya menebak-nebak tempat seperti itu di Kota Bandung lalu menebak lokasi tempat bandar itu berada seperti yang digambarkan dalam novel tersebut.

Permainan fakta dan fiktif yang menarik ini mirip kisah Harry Potter di stasiun London yang kemudian untuk menuntaskan imajinasi penyuka kisah Harry Potter dihadirkan peron 9 3/4 (dibaca peron sembilan tiga perempat) dengan sebuah trolly yang menempel hendak menembus dinding. Diombang-ambingnya fakta dan fiktif ini juga mirip kisah Moammar Emka dalam novelnya "Jakarta Undercover" yang membuat banyak orang penasaran dengan lokasi dan kisah-kisah orang dalam novelnya. 

Kepenasaran saya tentang sisi fakta dan fiktif ini tidak berhenti sampai cerita novelnya. Sisi penulisnya yang seorang wartawan juga membuat saya semakin terombang-ambing. Sebelumnya saya diberikan sebuah cerita tentang Investigasi kasus pencurian air di Kota Bandung yang melibatkan banyak orang dalam lembaga yang mengurus masalah air oleh penulis yang sama, Zaky Yamani. Dalam benak saya bertanya-tanya, "jangan-jangan ini adalah sebuah liputan investigasi tentang Bandar narkoba?" Atau "Ini pasti hasil liputan tentang dunia malam Kota Bandung saat membaca babak perempuan yang menjual dirinya untuk keperluan anak-anaknya" dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan seputar kisah Bandar.

Terlepas dari pertanyaan yang banyak dan asumsi tentang cerita fiktif atau nyata, imajinasi atau realitas, membaca Bandar adalah sebentuk hiburan yang menyenangkan. Lepaskan semua hal yang mengganggu untuk dibuktikan, novel adalah karya seorang penulis yang perlu kita apresiasi. Ruh penulis lewat rangkaian kata-kata yang dramatis sangat mengasyikan untuk dilahap setiap lembarnya. Ada semacam ekstraksi pengalaman penulis saat melakukan investigasi yang tertuang dalam novel ini untuk menampilkan sisi-sisi lain yang tidak terlihat mata masyarakat umum. Hal-hal yang manusiawi tetapi juga keras. Hal-hal yang menyentuh tetapi juga bergidik. Dan segala macam perasaan yang bercampur aduk setelah menuntaskan seluruh rangkaian ceritanya. Muncul sebuah kesimpulan "Hebat betul ibu ini!?"

Share:

Postingan Populer