Ruang Sederhana Berbagi

Tampilkan postingan dengan label Dongeng. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dongeng. Tampilkan semua postingan

Jumat, Februari 10, 2017

Kisah Raja Awan dan Ratu Angin Yang Baik Hati

Suatu hari Raja Awan bersedih. Sudah lama ia tidak melihat keceriaan petani yang mengolah tanah. Raja Awan memanggil Ratu Angin. Mereka berbicara tentang petani yang kesulitan air.

Nun jauh di negeri seberang, ada pengganggu yang bernama Raja Awan Hitam. Dia gak suka melihat petani bersuka cita. 

Untungnya, Raja Awan dan Ratu Angin punya pengawal sejati yang bisa menghilangkan Raja Awan Hitam. Mereka adalah Ksatria Petir dan Pangeran Gemuruh.

Kalau ksatria petir dan pangeran gemuruh sudah datang, raja awan hitam hilang lalu turun hujan. 

Raja Matahari kemudian muncul dari balik awan. Titik-titik air hujan kemudian mewujud pelangi yang indah. 

Hujan turun dan petanipun riang gembira. Bersenang hati karena tanamannya kini tumbuh dengan baik.
Raja Awan dan Ratu Angin pun tersenyum senang hatinya.


Kisah Raja Awan dan Ratu Angin Yang Baik Hati (Iden Wildensyah)


Share:

Kamis, November 17, 2016

Merayakan Kebahagiaan di Festival Dongeng dan Cerita Menarik Lainnya

Hujan, badai, dan banjir di Bandung pada bulan November ini sedang banyak terjadi. Sebagian menyebutnya dengan banjir bandang, sebagian lagi menyebutnya banjir biasa musim hujan. Kenyataan akan adanya hujan dan badai tidak menyurutkan orangtua dan anak-anak untuk datang ke Gedung Indonesia Menggugat untuk merayakan kebahagiaan di Festival Dongeng bertajuk Festival Bandung Mendongeng pada tanggal 13 November 2016.
Di dalam gedung sudah berjajar anak-anak duduk dengan rapi. Stand penjual makanan di samping sebelah kanan dan pojok mainan di samping kiri. Beberapa anak membaca di sudut bersama Elmuloka. Sebagian lagi anak-anak bermain di sudut boardgame bersama Manikmaya. Beberapa lagi menghias dan bermain melihat teman-temannya berkarya.
Kak Yuda dan Kak Dhiko sedang memandu acara festival dongeng (inimagz.com)

Di ruang tengah, tampak beberapa pendongeng dengan penuh keceriaan dan ekspresi bercerita banyak hal. Sesekali tawa terdengar riuh rendah dari ruang tengah. Anak-anak duduk tertib mendengarkan satu persatu pendongeng yang tampil. Mereka benar-benar antusias siang itu. Melebur satu dan lainnya dengan cerita yang mereka ikuti.
Sebut saja dongeng kota hujan yang menampilkan kisah kelomang dan kancil. Dengan ekspresi yang menarik, pendongeng dari dongeng kota hujan menyerupai tokoh yang sedang dibawakannya. Sesekali ia meraih penonton untuk meneriakan sesuatu yang selanjutnya diikuti oleh penonton. Bukan hanya anak-anak, tetapi orang dewasa juga turut serta menirukan gerakan atau membunyikan sesuatu sesuai ajakan pendongeng.
Kelomang yang cerdik tetapi juga licik berhasil memenangkan permainan. Ia tahu kecerdikannya itu mampu mengalahkan lawannya. Pada saat yang bersamaan, ia juga menyadari ketika lawannya menjadi bersedih. Ia meminta maaf dan menyampaikan trik-trik khusus dan membuka topeng teman-temannya sepanjang perjalanan.
Kejutan-kejutan yang dibuat pendongeng cukup membuat siang itu terasa semarak. Anak-anak banyak yang terkaget, terkejut, sekaligus senang dan tertawa-tawa. Inilah ekspresi kebahagiaan yang muncul di festival dongeng tersebut.
Dongeng kota hujan hanya satu pendongeng yang saya ceritakan, sisanya banyak sekali yang memeriahkan kebahagian siang itu. Tercatat ada beberapa pendongeng dari luar negeri seperti Singapura, India, dan Inggris. Oh iya, sebelum mereka pentas, ada workshop seputar dongeng yang juga berlangsung selama festival. Kak Aio dari Komunitas Ayo Dongeng Indonesia hadir juga Gedung Indonesia Menggugat Tersebut. Kak Aio sudah lama malang melintang di jagad dongeng Indonesia, ia yang menginisiasi Festival Dongeng Indonesia di Museum Nasional Indonesia beberapa waktu yang lalu.
Dari dalam negeri, pendongeng yang datang bukan hanya dari Kota Bandung saja tetapi juga dari luar kota seperti Bogor, Lampung, dan Jakarta. Mereka membagi keceriaan dalam dongeng yang menarik. Ada yang menggunakan musik dan alat peraga lainnya. Musik dan alat peraga dongeng ini membuat suasana semakin menarik dan menyenangkan.
Buat saya, festival dongeng selain merasakan kebahagiaan berbagi juga menjadi ajang bertemu dengan teman-teman pegiat dongeng dan juga pegiat pendidikan alternatif di Kota Bandung. Saking sempit dunia ini, kadang ungkapan 4L itu benar adanya. Lo Lagi Lo Lagi! Saya bertemu dengan teman-teman baru dan juga teman-teman lama yang menginpirasi saya bergiat. Mereka tak segan membagikan tips-tips menarik seputar pendidikan ditataran praktis.      
Kebersihan Pangkal Kesehatan
Saya mengingat petikan lagu ini sejak pertama kali berdiskusi di Temu Pendidik Nusantara di Cikal beberapa bulan yang lalu. Kebersihan memang menjadi hal yang menarik. Selama kegiatan berlangsung, semua pihak sigap untuk saling menjaga kebersihan. Tak terkecuali pengunjung. Untuk panitia, saya yakin mereka sudah melakukan briefing dengan baik agar menjaga kebersihan ini. Pengunjung yang datang ke festival dongeng tersebut juga benar-benar memperhatikan kebersihan ini.
Di setiap pojok yang saya datangi, nyaris tak menyisakan sampah yang berserakan khas Indonesia kalau ada event-event sekalipun bernama kegiatan lingkungan. Pengunjung membawa kembali sampahnya atau minimal menaruh ke tempat sampah yang disediakan. Jika terlupa, panitia kebersihan memungut sampah tersebut kemudian menyimpannya di tempat yang semestinya.
Saat petikan lirik lagu itu masih berdengung di kepala saya, seorang pengisi dongeng yang juga aktif menyuarakan kepeduliannya kepada musik anak muncul. Mas Ibut atau nama lengkapnya Ribut Cahyono tepat berada di depan saya. Ya sudah, berdendanglah kita “Kebersihan pangkal kesehatan”
Share:

Senin, Maret 30, 2015

Lee Kuan Yew dan Kisah Anak Durhaka

Lee Kuan Yew seorang perdana menteri Singapura yang sudah meninggalkan kita semua adalah sosok inspiratif. Walaupun dalam beberapa hal, seperti HAM, Lee Kuan Yew masih menyisakan cela. Buat saya, itu bagian kecil dari konsekuensi untuk mendapatkan pembangunan Singapura seperti yang bisa dinikmati sekarang. Tangan besi Lee Kuan Yew mampu membuat pembangunan menjadi lancar tanpa gangguan dari golongan etnis ataupun isu-isu lainnya.

Lee Kuan Yew (id.images.search.yahoo.com)
Lee Kuan Yew mampu menyatukan warga Singapura. Ia bisa membuat semua warga dari berbagai latar belakang hidup tenteram. Misalnya dari golongan Tiongkok, India, Melayu, dan lain-lain. Bersatu membangun Singapura tanpa merasa tersisihkan. Sebuah perjuangan yang patut diapresiasi.

Dibalik semua gemerlap pembangunan, ada kisah yang membuat saya berpikir. Awalnya hanya menganggap sebagai buah imajinasi penulis tetapi ternyata berdasarkan fakta yang terjadi. Kisah itu adalah tentang anak dan orangtua. Saya menyebutnya sebagai kisah anak durhaka dari Singapura yang beberapa tahun lalu beredar di media sosial. Tidak mudah percaya dengan semua cerita di media sosial karena banyak juga yang tidak berdasar, hoax, dan kisah fiktif. Kenyataannya, cerita anak durhaka ini memang benar-benar terjadi. Kisah ini yang membuat Lee Kuan Yew turun tangan untuk membereskan masalah dan membuat regulasi tentang hak waris. Kalau di Indonesia, kisah anak durhaka ini setengah berbau fiksi walaupun ada bukti karang yang berupa manusia bersujud. Kisah tentang Malin Kundang.

Nah, inilah lengkapnya kisah anak durhaka di Singapura. Dikisahkan ada orang kaya raya di Singapura mantan pengusaha sukses yang mengundurkan diri dari dunia bisnis ketika istrinya meninggal dunia. Jadilah ia single parent yang berusaha membesarkan dan mendidik dengan baik anak laki-laki satu-satunya hingga mampu mandiri dan menjadi seorang Sarjana.

Kemudian setelah anak tunggalnya tersebut menikah, ia minta ijin kepada ayahnya untuk tinggal bersama di Apartemen Ayahnya yang mewah dan besar. Dan ayahnya pun dengan senang hati mengijinkan anak menantunya tinggal bersama-sama dengannya.

Terbayang dibenak orangtua tersebut bahwa apartemen nya yang luas dan mewah tersebut tidak akan sepi, terlebih jika ia mempunyai cucu. Betapa bahagianya hati bapak tersebut bisa berkumpul dan membagi kebahagiaan dengan anak dan menantunya.

Pada mulanya terjadi komunikasi yang sangat baik antara Ayah-Anak-Menantu yang membuat Ayahnya yang sangat mencintai anak tunggalnya itu tersebut tanpa sedikitpun ragu-ragu mewariskankan seluruh harta kekayaan termasuk apartment yang mereka tinggali, dibaliknamakan ke anaknya itu melalui Notaris terkenal di sana.

Tahun-tahun berlalu, seperti biasa, masalah klasik dalam rumah tangga, jika anak menantu tinggal seatap dengan orang tua, entah sebab mengapa akhirnya pada suatu hari mereka bertengkar hebat yang pada akhirnya, anaknya tega mengusir sang Ayah keluar dari apartment mereka yang ia warisi dari Ayahnya.

Karena seluruh hartanya, Apartemen, Saham, Deposito, Emas dan uang tunai sudah diberikan kepada anaknya, maka mulai hari itu dia menjadi pengemis di Orchard Rd. Bayangkan, orang kaya mantan pebisnis yang cukup terkenal di Singapura tersebut, tiba-tiba menjadi pengemis!

Suatu hari, tanpa disengaja melintas mantan teman bisnisnya dulu dan memberikan sedekah, dia langsung mengenali si ayah ini dan menanyakan kepadanya, apakah ia teman bisnisnya dulu. Tentu saja, si ayah malu dan menjawab bukan, mungkin Anda salah orang, katanya. Akan tetapi temannya curiga dan yakin, bahwa orang tua yang mengemis di Orchad Road itu adalah temannya yang sudah beberapa lama tidak ada kabar beritanya. 
Kemudian, temannya ini mengabarkan hal ini kepada teman-temannya yang lain, dan mereka akhirnya bersama-sama mendatangi orang tersebut. Semua mantan sahabat karibnya tersebut langsung yakin bahwa pengemis tua itu adalah Mantan pebisnis kaya yang dulu mereka kenal.

Dihadapan para sahabatnya, si ayah dengan menangis tersedu-sedu, menceritakan semua kejadian yang sudah dialaminya. Maka, terjadilah kegemparan di sana, karena semua orang tua di sana merasa sangat marah terhadap anak yang sangat tidak bermoral itu.

Kegemparan berita tersebut akhirnya terdengar sampai ke telinga PM Lee Kwan Yew Senior. PM Lee sangat marah dan langsung memanggil anak dan menantu durhaka tersebut. Mereka dimaki-maki dan dimarahi habis-habisan oleh PM Lee dan PM Lee mengatakan "Sungguh sangat memalukan bahwa di Singapura ada anak durhaka seperti kalian" .

Lalu PM Lee memanggil sang Notaris dan saat itu juga surat warisan itu dibatalkan demi hukum! Dan surat warisan yang sudah balik nama ke atas nama anaknya tersebut disobek-sobek oleh PM Lee. Sehingga semua harta milik yang sudah diwariskan tersebut kembali ke atas nama Ayahnya, bahkan sejak saat itu anak menantu itu dilarang masuk ke Apartment ayahnya.

Mr Lee Kwan Yew ini ternyata terkenal sebagai orang yang sangat berbakti kepada orangtuanya dan menghargai para lanjut usia. Sehingga, agar kejadian serupa tidak terulang lagi, Mr Lee mengeluarkan Kebijakan atau Dekrit yaitu "Larangan kepada para orangtua untuk tidak mengwariskan harta bendanya kepada siapapun sebelum mereka meninggal.

Kemudian, agar para lansia itu tetap dihormati dan dihargai hingga akhir hayatnya, maka dia buat Kebijakan berupa Dekrit lagi, yaitu agar semua Perusahaan Negara dan swasta di Singapura memberi pekerjaan kepada para lansia.

Agar para lansia ini tidak tergantung kepada anak menantunya dan mempunyai penghasilan sendiri dan mereka sangat bangga bisa memberi angpao kepada cucu-cucunya dari hasil keringat mereka sendiri selama 1 tahun bekerja.

Anda tidak perlu heran jika Anda pergi ke Toilet di Changi Airport, Mall, Restaurant, Petugas cleaning service adalah para lansia. Jadi selain para lansia itu juga bahagia karena di usia tua mereka masih bisa bekerja, juga mereka bisa bersosialisasi dan sehat karena banyak bergerak.

Satu lagi sebagaimana di negeri maju lainnya, PM Lee juga memberikan pendidikan sosial yang sangat bagus buat anak-anak dan remaja di sana, bahwa pekerjaan membersihkan toilet, meja makan diresto dsbnya itu bukan pekerjaan hina, sehingga anak-anak tsb dari kecil diajarkan untuk tahu menghargai orang yang lebih tua, siapapun mereka dan apapun profesinya.

Sebaliknya, Anak di sana dididik menjadi bijak dan terus memelihara rasa hormat dan sayang kepada orangtuanya, apapun kondisi orangtuanya. Meskipun orangtua mereka sudah tidak sanggup duduk atau berdiri,atau mungkin sudah selamanya terbaring diatas tempat tidur, mereka harus tetap menghormatinya dengan cara merawatnya.

Mereka, warganegara Singapura seolah diingatkan oleh PM Lee agar selalu mengenang saat mereka masih balita, orangtua merekalah yang membersihkan tubuh mereka dari semua bentuk kotoran, juga yang memberi makan dan kadang menyuapinya dengan tangan mereka sendiri, dan menggendongnya kala mereka menangis meski dini hari dan merawatnya ketika mereka sakit. Hormatilah, Kasihilah, Sayangilah orang tuamu selama mereka masih ada di sisimu .

Share:

Kamis, Februari 26, 2015

Gajah dan Kijang

Gong gali gali galigong gali gali gong
Gong gali gali galigong gali gali gong

Ada seekor gajah di dalam hutan

Gajah dan Kijang
Gong gali gali galigong gali gali gong

Gajah berjalan sendiri mencari teman

Gong gali gali galigong gali gali gong

Gajah bersedih tak ada teman

Gong gali gali galigong gali gali gong

Tiba-tiba, ia mendengar langkah kaki kijang

Jang sikijang kijang si kijang

Kijang mendekati Gajah, dan bertanya " Kenapa kamu sedih gajah?"

Gong gali gali galigong gali gali gong

Gajah menjawab "Aku bersedih karena tak ada teman di hutan ini"

Gong gali gali galigong gali gali gong
Jang sikijang kijang si kijang

"Gak usah sedih gajah, kamu bisa bermain denganku. Mungkin teman-teman yang lain sedang di rumahnya. Mereka masih membantu ibu dan bapaknya" kata si kijang

Gong gali gali galigong gali gali gong
"baiklah, terima kasih kijang, aku senang kamu mau main denganku, yuk kita main petak umpet.

Tiba-tiba hujan rintik-rintik turun membasahi!

Hujan rintik rintik Turun rintik rintik
Di halaman di jalan Hujan rintik rintik
Ambilkan payung Untuk berlindung
Hujan turun Hujan rintik rintik
Hujan rintik rintik Turun tak berhenti
Di tengah rintik hujan Payung warna warni
Seperti Jamur Yang tubuh subur
Disirami hujan rintik rintik
Gajah dan kijang kemudian berteduh. Saat berteduh gajah cerita tentang pamannya yang kemarin datang ke rumahnya, membawa oleh-oleh, dan juga rambutan dari kebunnya.
Kemarin paman datang,pamanku dari desa.Dibawakannya rambutan,pisangDan sayur mayur segala rupaBercrita paman tentang ternaknyaBerkembang biak semua
Padaku,paman berjanjiMengajak libur didesaHatiku girang tidak terperiTerbayang sudah aku disanaMandi disungai,turun kesawah
Menggiring kerbau kekandang 
Setelah bercerita, hujan berhenti. Gajah mengajak kijang berjalan-berjalan keliling hutan kemudian menuju bukit. Dari bukit yang tinggi, mereka melihat pemandangan yang sangat indah sekali, ada sawah, ada sungai yang meliuk, dan burung-burung yang berkicau.
Memandang alam dari atas bukit,
Sejauh pandang kulepaskan
Sungai nampak berliku
sawah hijau terbentang
Bagai permadani di kaki langit
Gunung menjulang,
berpayung awan,
Oh.. indah pemandangan
Gajah dan kijang terus berjalan-jalan, sepanjang jalan mereka bertemu teman-teman baru, ada kuda, ada kerbau, ada monyet, ada burung, ada kelinci, dan banyak lagi.
Gajah senang hari itu, ia tidak lagi bersedih karena bisa bermain dan bertemu dengan banyak teman. 
Hari sudah sore, menjelang malam, matahari sudah mau terbenam di ufuk barat, hari mulai malam, lalu terdengar suara burung hantu.
Matahari terbenam, hari mulai malamTerdengar burung hantu, suaranya merdu
Kukuk, kukuk, kukuk kukuk kukukKukuk, kukuk, kukuk kukuk kukuk
Haripun sudah malam, gajah sudah berada di rumahnya dan bersiap tidur, kijang juga sudah bersama orangtuanya. Mereka senang berteman, mereka akan bermain lagi dengan ceria, saling berbagi cerita.
Gong gali gali galigong gali gali gong
Gong gali gali galigong gali gali gong


Share:

Rabu, Desember 04, 2013

Semut dan Murai

Di tepi danau yang berair jernih, terdapat sebuah pohon. Pohon rindang dengan daun yang hijau, batang dan dahan yang kuat. Dahan pohon itu adalah tempat menarik untuk burung-burung bertengger. Siang itu, seekor burung murai bertengger sambil bernyanyi.

Angin bertiup kencang. Seekor semut yang sedang berjalan di dahan pohon jatuh ke air. Semut itu berjuang keras berusaha menepi. Sayangnya, ia tidak bisa berenang. Lama sekali semut itu berputar-putar di atas air.

Murai melihat dari atas. Ia merasa iba. Ia mematuk beberapa helai daun. Daun itu jatuh di dekat semut.

"Semut, naiklah ke daun itu!" teriak Murai kepada Semut.

Semut menuruti perintah Murai. Angin bertiup. Daun dan Semut akhirnya sampai ke tepi danau.

"Terima kasih, Murai! Aku selamat berkat pertolonganmu!" Teriak Semut.

Beberapa saat kemudian, seorang pemburu datang. Pemburu itu membidik Murai. Semut segera menggigit kaki pemburu. Si pemburu berteriak kesakitan.

"Murai, terbanglah menjauh! Pemburu hendak menembakmu!" teriak Semut.

Murai segera pergi sambil berteriak gembira, "Terima kasih atas pertolonganmu, kawan!"

Share:

Senin, Desember 02, 2013

Tupai Pemarah

Alkisah di sebuah hutan yang lebat, hidup seekor tupai di dalam pohon yang rindang. Pohon dengan daun yang lebat, batang-batang yang kokoh, serta ranting yang berderet rapi di atas. Tepat di sebuah lubang dekat batang pohon yang tengah, seekor tupai bersarang. Membuat rumah pohon yang nyaman. Sekilas tidak terlihat ada kehidupan. Tetapi di balik itu, di dalam pohon, sebuah rumah tupai begitu indah. Setiap ruangannya ditata dengan rapih. Setiap hari, tupai itu membersihkan ruangannya dengan baik.

Sayangnya, ia terkenal sering marah-marah tidak jelas kepada apapun benda atau mahluk hidup di depannya. Ia juga suka meledek dan menyombongkan dirinya. Kalau ada barang yang jatuh, ia akan marahi. Kalau ada barang yang tidak pada tempatnya, ia akan marah-marah dan meledek. Semua temannya tidak suka pada dia karena sikap marah-marahnya yang tidak jelas.

Suatu hari, ia melihat pohon. Ia kemudian berkata "hei, pohon kok kamu jelek. Rantingmu ke sana ke mari tidak beraturan". Setelah itu ia bertemu dengan seekor gajah, "hei gajah, kok badanmu gemuk. Gerakanmu tidak lincah!". Saat ia bertemu dengan burung, ''hei burung, kamu jelek banget. Tanganmu kok begitu, cuma punya kaki, yah?"

Semua yang ada dihadapannya selalu ia ledek dan ia marahi. Ia merasa senang saat teman-temannya sedih. Sampai suatu hari, ia tidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu, ia sedang berada di sebuah tempat yang gersang. tidak ada pohon satu pun. Ketika itu ia berjalan dan melihat ada sebuah pohon. Ia hendak berteduh tapi pohon berkata, ''aku tidak mau meneduhimu, kamu sudah sering berbuat tidak baik. Kamu tidak bersyukur bahkan pada pohon tempat tinggalmu." Ia kemudian meneruskan perjalanan. Ia semakin kepanasan dan kelelahan. Setelah lama berjalan ia bertemu seekor gajah. Kepada gajah itu ia berkata, "hei gajah, bawa aku pergi dari sini. Aku haus dan ingin minum." Gajah kemudian menjawab, "aku tidak mau membawamu ke tempat yang banyak air, kamu sering meledek aku".

Ia semakin kepanasan dan kehausan. Sampai kemudian ia melihat burung. Ia berpikir burung itu akan membantunya mencari air minum. "Hei burung, bawa aku ke tempat yang banyak air minum." Lalu burung itu berkata, "aku tidak mau menunjukan tempat yang banyak air dan pohon kepadamu. Kamu sering meledek dan marah-marah tidak jelas."

Semakin lama semakin lemah tubuhnya. Ia pun kemudian pingsan. Saat itu juga terbangun dari tidurnya. Ia kemudian melihat sekelilingnya. Ia ternyata masih berada di rumah pohonnya. Ia merenungi mimpinya. Tersadarlah ia bahwa selama ini ia tidak bersyukur atas semua yang sudah ia dapatkan.

Sejak saat itu, tupai mulai mengubah semuanya. Ia tidak lagi marah-marah dan tidak suka meledek. Ia banyak bersyukur kepada semuanya. Ia melihat pohon dan tersenyum berterima kasih. Ia melihat gajah kemudian meminta maaf dan merekapun berteman. Ia bertemu burung, ia menyapa dan berterima kasih juga. Ia berubah menjadi tupai yang baik hati dan penuh syukur.

Share:

Rabu, Oktober 30, 2013

Menanti Hujan

Sepagian ia menantikan hujan. Ia belum beranjak dari dalam tanah yang gelap. Cuaca yang panas dan manusia yang sering bermain di atas bisa mengganggu dirinya. 

Kulitnya memang sangat tipis. Walau lebih tebal dari jenis yang lain, ia tetap tidak kuat menerima sinar matahari yang terik. Berdiam diri di dalam tanah adalah pilihan tepat.

Ia berharap hujan. Hujan yang membawa banyak air. Ia akan bernyanyi-nyanyi sepanjang hujan turun untuk mengumpulkan teman-temannya. Bermain bersama di genangan air. Syukur-syukur ia menemukan kolam besar yang bisa ia diami untuk beberapa saat. Genangan cukup untuk membuat ia dan teman-temannya bergembira, keluar dari lubang bawah tanah, meloncat-loncat, menari, dan bernyanyi bersama-sama.

Sore hari, angin bertiup kencang. Awan mulai bergerak membawa butir-butir hujan. Ia sudah merasakan sebentar lagi akan hujan. Ia tersenyum lega. Hujan yang ia nantikan sebentar lagi datang.

Gemuruh mulai berbunyi. Titik-titik air berjatuhan dari langit. Sedikit demi sedikit bertambah. Semakin lama semakin banyak air yang turun dari langit. "Hmmm ini hujan!" Ia berbisik sambil bersiap keluar menyambut hujan. Bergembira saat melihat sudah banyak temannya yang bermain-main di genangan. Ia berjingkrak, meloncat, dan bernyanyi.

Hujan kini datang, ia pun senang!


Share:

Rabu, Oktober 23, 2013

Ulat Bulu

Sore itu ia sedang berjalan kaki di atas dahan biasa yang sudah lama ia lewati. Berpindah dari satu daun ke daun lainnya untuk menggemukan badannya. Kelak ia akan berhenti makan. Puasa untuk menyongsong kelahiran sosok baru yang lebih baik dari saat ini.

Saat dimana ia tidak bisa bergerak kemana-mana di tubuh yang rapuh terbungkus kepompong. Semedi dalam kedamaian, merenung, menanti proses selanjutnya.

Sore ini berjalan seperti biasa. Sekumpulan anak-anak bermain di bawah pohon. Saling kejar dan teriak. Terlihat bergembira bermain bersama-sama. Sampai tiba-tiba ada seorang manusia yang lebih besar dari ukuran anak-anak mendekati pohon yang ia hinggapi. Dari atas, ulat merasa ada sesuatu yang aneh. Pohon bergoyang! Dan jatuhlah ia tepat dileher orang yang duduk di bawah pohok tersebut.

Sedikit kaget, orang tersebut meraba lehernya. Sama halnya dengan ulat yang kaget dan buru-buru membuat rasa amannya terganggu. Ia melepaskan bulu-bulu yang akan menarik perhatian orang tersebut. Lewat kulitnya, orang tersebut mulai merasakan sengatan. Diusapnya  leher lalu digaruk. Rasa gatal mulai menjalari tubuhnya. Ia pindah menggaruk ke bagian tangan, wajah, dan perutnya.

Ulat masih menempel di bajunya. Tiba-tiba orang tersebut sadar. Ia berkata "oooh ini ulat bulu, pantas saja gatal-gatal". Dilemparkannya tubuh lemah ulat bulu itu ke tanah. Ia terus menggaruk karena efek sengatan ulat bulu.

Sementara itu, sang ulat bulu yang dilempar manusia kembali mencari dahan untuk dipanjat. Ia kelaparan. Ia ingin makan lagi untuk persiapan menjadi kepompong.

Share:

Selasa, Oktober 22, 2013

Mencuri Matahari

Alkisah di sebuah hutan yang sangat lebat, hiduplah dua orang manusia dalam satu rumah. Sepasang manusia itu belum tahu menghangatkan ruangan hingga mereka selalu kedinginan setiap malam. 

Gelap gulita dan kedingingan! Itulah yang terjadi pada mereka berdua. Mereka menikmati suasana gelap gulita dan kedinginan. 

Lama kelamaan mulailah salah satu dari mereka berpikir. Ia tidak mau begitu selamanya. Ia ingin malam yang bercahaya dan hangat. Bukan lagi malam yang dingin dan gelap.

Cahaya bulan adalah satu-satunya penerang mereka di malam hari. Sayangnya bulan tidak hadir setiap malam. Ada saatnya bulan hilang dan mereka kembali bersedih.

Mereka berharap kehangatan yang muncul seperti matahari. Merekapun berharap matahari bisa bersama mereka sepanjang hari. Tapi sayang, matahari tenggelam pada sore hari. Ia baru muncul keesokan harinya. 

Mereka berpikir mengambil matahari. Mereka akan mencuri kehangatan dan sinarnya untuk malam hari. Mereka akan menyimpan matahari di rumahnya. Segala upaya mereka lakukan saat matahari muncul. Dengan saling pangku mereka coba gapai matahari, dengan tongkat mereka coba raih matahari. Segala upaya mereka lakukan untuk mendapatkan matahari. Sayang, tak satupun usaha mereka yang berhasil menggapai matahari.

Kesal, digosok-gosokanlah tongkat pada papan rumah yang kering. Semakin lama semakin keras. Semakin keras dan mereka rasakan ada panas pada papan yang digosok. Tiba-tiba, percikan api muncul. Mereka semakin penasaran! Mereka gosok terus dan munculah api yang menggigit daun kering di sampingnya.

Gembira! Mereka menari di pinggir api yang baru saja menyala. Ada cahaya dan ada kehangatan sekarang. Mulai saat itulah mereka tak lagi berpikir mencuri matahari untuk mendapatkan kehangatan. Mereka bergembira dengan cahaya dan kehangatan yang hadir di antara mereka. Malam pun tak gelap gulita lagi.

Share:

Senin, Oktober 07, 2013

Kuda Poni Dan Kuda Zebra

Di sebuah padang rumput yang terbentang luas, tersebutlah dua kuda sedang menyaksikan balapan. Kuda-kuda balap berpacu dengan kencang. Melesat bagai anak panah yang dilepaskan dari busurnya. Secepat kilat melintas di antara mereka berdua.

"Ah seandainya aku bisa menjadi kuda balap, aku bisa berlari kencang menghindari musuh-musuhku" kata kuda poni.
"Kamu harus bersyukur, walau kamu tidak bisa berlari secepat kuda balap, warna kulitmu bisa menyamarkan dari musuhmu" kata kuda zebra. "Lihatlah aku, belang-belang ini memancing musuh untuk memangsaku" lanjut kuda zebra.

"Kamu juga tetap harus bersyukur, justru karena belang-belang itulah kamu sulit ditangkap musuhmu. Saat kamu berada di antara teman-temanmu, penglihatan musuhmu bisa kabur karena kesulitan fokus" jawab kuda poni.

"Oh benar, berarti kita tetap harus bersyukur. Bagaimanapun lambatnya kita berlari yang tak secepat kuda balap, kita masih tetap punya banyak keistimewaan yang tidak dimiliki yang lain" kata kuda zebra.

"Yah, kita harus bersyukur" jawab kuda poni.


Share:

Randu Dan Mawar

Alkisah di sebuah negeri hutan yang hijau dan lebat. Ada banyak pohon yang menjulang tinggi tetapi ada juga tanaman di bawah yang melata. Menghijau dan berwarna-warna bila dilihat dari dekat. 

Tersebutlah dua buah tanaman yang hidup berdampingan selalu setiap hari. Mereka berbagi cerita baik pengalaman sehari-harinya. Pohon randu yang tinggi dan bunga mawar. 

"Hai mawar, apakah kamu merasa cukup dengan hidup di bawah seperti itu?" Tanya pohon randu. "Aku senang, walaupun aku tidak setinggi kamu, tapi aku bisa memberikan bunga yang indah dan mudah dipetik siapa saja" Jawab mawar. 

"Kamu hidup setinggi itu, apa kamu tidak merasa kecapean ditempa angin kencang terus menerus" tanya mawar. "Aku senang dengan tinggiku, aku bisa melihat sekitar dengan luas. Setiap hari aku bisa mendapatkan sinar matahari yang sangat banyak" jawab randu.

"Lalu, bagaimana orang memanfaatkan kamu dari hutan ini" tanya mawar lagi. "Mawar, apakah kamu tidak lihat? Setiap pergantian musim aku selalu berbunga. Bunga-bungaku mekar kemudian muncul kapuk yang bisa dimanfaatkan untuk alas tempat tidur" jawab randu. 

"Dan, kemunculan bunga serta kapuk ini juga membuat orang bisa melihat pergantian musim ke musim berikutnya" kata randu melanjutkan.
Demikianlah mereka bercerita dan berbagi pengalaman setiap hari. Bunga mawar dan pohon randu selalu senang berbagi kebaikan.

Share:

Minggu, Oktober 06, 2013

Kisah Tiga Sapi

Nun jauh di sebuah negeri yang aman dan damai. Di dalam sebuah rumah yang mungil hidup tiga sapi. Masing-masing sapi berbeda dengan sapi lainnya. Ada yang berwarna cokelat, ada yang berwarna putih, dan ada yang berwarna putih hitam.

Setiap hari mereka pergi ke ladang yang luas, banyak rumput yang hijau, pepohonan yang rindang, dan burung-burung yang berkicau merdu. 

Sapi-sapi itu hidup rukun dengan semua temannya. Tidak suka bertengkar dan tidak suka mengejek. Mereka senang berteman. Mereka makan rumput yang hijau. Membiarkan burung hinggap dipunggungnya untuk mengambil kutu-kutu yang ada dibadannya.

Sapi-sapi itu suka dengan keramahan temannya. Mereka senang juga berbagi cerita kesehariannya. Misalnya mendongeng masa lalu, membuatkan mainan untuk hewan anak-anak yang masih kecil.

Ketiga sapi itu tidak pernah bertengkar. Walaupun warna kulit mereka berbeda, mereka tetap bisa bermain bersama. Mereka tidak membeda-bedakan warna. Mereka senang membantu satu sama lain yang membutuhkan.

Mereka sadar satu hal yang membuat mereka tetap rukun, ramah, dan bisa bekerja sama. Mereka adalah sapi yang hidup di rumah mungil.

#ceritaanak #dongeng
Share:

Selasa, September 10, 2013

Kelinci dan Anjing Pemburu

Pada suatu pagi seekor anjing pemburu mencari mangsa untuk sarapan paginya. Dia menjelajahi semak belukar di dekat hutan. Tak lama kemudian sampailah di padang rumput. Dia mendapatkan seekor kelinci yang sedang asyik makan rumput.
Anjing itupun menyalak keras sehingga kelinci itu terkejut bukan kepalang. Kelinci itu terus berlari sekencang-kencangnya. Sementara itu anjing mengejarnya. Kelinci larinya berbelok-belok, sehingga anjing sukar mengikutinya.
Karena kalah gesit, dia tidak berhasil menikmati daging kelinci. Dia pulang dengan kecewa. Di tengah jalan bertemu dengan seekor kambing. Kambing itu menyindir, “Kawan, bukankah anda pemburu yang cekatan? Alangkah malunya, kalau hal ini terdengar oleh binatang lain. Anda terkenal gesit kali ini menyerah kepada kelinci”.
“Bukan begitu” tukas anjing kecewa. “Kelinci itu lari karena dia ingin menyelamatkan jiwanya. Aku memburunya sekedar memenuhi selera makan pagiku. Masih banyak binatang untuk makananku. Bagi kelinci hanya ada satu nyawa saja.”


(diambil dari kumpulan dongeng “Kelinci dan Anjing Pemburu”, Sulartoyo S, dkk. 1977)




Share:

Postingan Populer